Sidang Majelis Umum ke-75 PBB, Presiden Jokowi ingatkan peran PBB

id Presiden Jokowi,sidang majelis umum,pbb

Sidang Majelis Umum ke-75 PBB, Presiden Jokowi ingatkan peran PBB

Presiden Jokowi tegaskan dukungan untuk Palestina di Sidang PBB (Biro Pers Setpres)

Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo dalam pidatonya pada pada Sidang Majelis Umum ke-75 PBB mengingatkan peran PBB sebagai organisasi dunia yang dibentuk untuk mewujudkan perdamaian dunia agar perang dunia tidak terjadi lagi.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pidatonya pada sesi debat umum Sidang Majelis Umum ke-75 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang disampaikan secara virtual, Rabu, mengingatkan peran PBB saat ini.

Kepala Negara mengatakan pada 75 tahun yang lalu, PBB dibentuk agar perang dunia II tidak terulang kembali dan agar dunia bisa lebih damai, stabil, dan sejahtera.

Menurut Presiden Jokowi, perang tidak akan menguntungkan siapapun. Tidak ada artinya sebuah kemenangan dirayakan di tengah kehancuran, dan tidak ada artinya menjadi kekuatan ekonomi terbesar di tengah dunia yang tenggelam.

"Di usia PBB yang ke-75 ini, kita patut bertanya, apakah dunia yang kita impikan tersebut sudah tercapai? Saya kira jawaban kita akan sama. Belum," kata Presiden.

Menurut Presiden Jokowi, saat ini konflik masih terjadi di berbagai belahan dunia. Kemiskinan dan bahkan kelaparan masih terus dirasakan. Prinsip-prinsip Piagam PBB dan hukum internasional kerap tidak diindahkan, termasuk penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas wilayah.

"Kita semua prihatin melihat situasi ini. Keprihatinan kita menjadi semakin besar di saat pandemi COVID-19. Di saat seharusnya kita semua bersatu padu bekerja sama melawan pandemi, yang justru kita lihat adalah masih terjadinya perpecahan dan rivalitas yang semakin menajam," paparnya.

Presiden Jokowi memandang bahwa seharusnya semua negara bersatu padu dan selalu menggunakan pendekatan “win-win” pola hubungan antarnegara yang saling menguntungkan. Menurutnya, dampak pandemi COVID-19 sangat luar biasa baik dari sisi kesehatan maupun sosial ekonomi.

"Kita juga paham virus ini tidak mengenal batas negara. ‘No one is safe until everyone is’," ungkapnya.

"Jika perpecahan dan rivalitas terus terjadi, maka saya khawatir pijakan bagi stabilitas dan perdamaian yang lestari akan goyah atau bahkan akan sirna. Dunia yang damai, stabil, dan sejahtera semakin sulit diwujudkan," imbuhnya.