Tingkatan okupansi hotel di Sumbar 40 persen

id berita padang, berita sumbar, wisata, corona

Tingkatan okupansi hotel di Sumbar 40 persen

Salah satu hotel di Padang. (antarasumbar/Intan Gumala dan Harizona)

Sekarang ini kita dilema, kita tidak bisa bicara peningkatan, karena ditengah situasi seperti ini tidak pantas kita melakukan promosi,
Padang (ANTARA) - Kepala Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sumatera Barat (Sumbar), Maulana Yusran mengatakan okupansi (keterisian kamar hotel) selama 2020 di Sumbar sebesar 40 persen, turun dari 2019 yang mencapai rata 50 hingga 60 persen, antara lain disebabkan arus kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke provinsi ini menurun sekitar 20 persen.

COVID-19 yang tengah mewabah dan juga berdampak pada perekonomian nasional. Sektor hiburan dan pariwisata pun mulai merasakan imbas penyebaran virus tersebut dan merasa dilema dalam melakukan promosi.

“Sekarang ini kita dilema, kita tidak bisa bicara peningkatan, karena ditengah situasi seperti ini tidak pantas kita melakukan promosi,” katanya di Padang, Rabu (16/3).

Untuk wisman yang masih ada berasal dari Kuala Lumpur, Malaysia. Sedangkan wisatawan nusantara lebih banyak berasal dari Pekanbaru.

Ia menambahkan sebelum wabah COVID-19 terjadi, cancelation sudah mulai terjadi, namun semenjak dikeluarkannya kebijakan tentang membatasi kegiatan di luar atau social distancing dan selama wabah COVID-19 ini seluruh kegiatan korporasi dibatalkan untuk pemesanan pada bulan Maret 2020.

Begitu pula dengan Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA), menurut Kepala ASITA Ian Hanafiah kondisi ASITA saat ini sangat parah, beberapa perusahaan mungkin akan tutup.

Sejak awal ASITA berencana akan mengembalikan kejayaan wisatawan domestic, karena ditahun 2019 mengalami penurunan yang disebab karena harga tiket mahal. Namun semenjak wabah COVID-19 terjadi, ada banyak acara yang dibatalkan.

“Seluruh tur yang ada dibulan Maret dan April 2020 semua di cancel. Januari, Febuari, Maret adalah booking period. Awalnya ramai, Namun akibat adanya virus corona yang sudah mulai masuk ke Indonesia, semua dicancel.” jelas Ketua ASITA Ian Hanafiah.

Ia menambahkan, bagi media dan instansi terkait untuk memberi edukasi kepada masyarakat mengenai istilah-istilah yang berkaitan dengan COVID-19 ini.

Pihak PHRI juga berharap kepada pemerintah mengenai kebijakan untuk para pebisnis selama COVID-19 seperti pemberian pajak untuk hotel dan restoran.

“Secara nasional kita sedang mendorong pemerintah agar dapat memberikan stimulus sehingga beban dari perusahaan bisa terakomodir, selama situasi wabah berlangsung. Karena jika tidak, dampak negatifnya akan panjang, kami memiliki para pekerja,” terang Yusran.

(Penulis mahasiswa magang di portal sumbar.antaranews.com)