Ini hakikat membaca menurut Mendikbud

id Kemendikbud, literasi, siswa

Ini hakikat membaca menurut Mendikbud

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy (Indriani)

Jakarta (ANTARA) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan hakikat dari membaca, adalah dapat memahami, mengkritisi, dan memberikan pendapat dari apa yang dibaca.

“Hakikat dari membaca itu adalah paham. Paham kemudian membuat nalar kita bisa berpikir dan berjalan dengan baik, karena dari situ kita bisa menemukan hubungan-hubungan dan menentukan sangkut-paut terhadap apa saja yang kita pahami melalui membaca itu,” ujar Muhadjir Effendy, saat membuka Festival Literasi Sekolah (FLS) ke-3 di Jakarta, Jumat (26/7).

Dalam keterangan pers disebutkan kegiatan itu berlangsung pada tanggal 25 - 29 Juli 2019, di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek).

Mendikbud menambahkan, cerita Nabi Muhammad SAW saat mendapat wahyu pertama dari Malaikat Jibril, Nabi Muhammad SAW disuruh membaca _(iqra)_, padahal saat itu Nabi Muhammad SAW termasuk golongan yang tidak bisa membaca.

“Artinya kita membaca tidak harus dengan huruf, fenomena alam ini juga bisa kita baca. Huruf itu hanya salah satu kode bikinan manusia agar kita bisa memahami sesuatu. Tetapi sebetulnya apa yang ada di jagad raya ini semua adalah merupakan pertanda. Penanda yang harus dipahami maknanya dan cara memahami itu kita harus bisa menemukan hubungan-hubungan satu sama lain, indikator-indikator satu sama lain, dan kemudian menentukan sangkut-pautnya, sebab hubungan, sebab akibat atau kausalitas dari semuanya itu,” kata Mendikbud menambahkan.

Oleh karena itu, melalui FLS 2019 ini, Muhadjir mengimbau agar para pendidik dapat mengubah metodologi pengajaran sehingga peserta didik tidak hanya membaca tetapi dapat memahami dari apa yang dibaca.

"Hal yang paling harus kita pikirkan adalah mungkin cara guru-guru kita, cara mengajarnya kurang tepat atau tidak dengan menggunakan metode yang tepat. Kenapa? karena kalau soal membacanya saja kita sudah termasuk kelompok masyarakat yang gemar membaca. Tetapi membaca tidak sekedar membaca tapi berusaha untuk bagaimana ketika membaca itu juga memahami,” kata Mendikbud.

Tahun ini, tema yang diangkat adalah "Multiliterasi: Mengembangkan Kemandirian dan Menumbuhkan Inovasi." Melalui tema ini, Pelaksana tugas (Plt) Ditjen Dikdasmen Kemendikbud, Didik Suhardi, berharap gerakan literasi yang dijalankan terutama di satuan pendidikan dapat mendorong tumbuh-kembangnya kemandirian dan inovasi warga sekolah.

“Di era Revolusi Industri 4.0, kemandirian dan inovasi merupakan dua komponen penting agar dapat menghadapi persaingan di abad 21,” kata Didik.

Selain itu, Didik Suhardi juga menyampaikan kegiatan FLS ke-3 tahun 2019 ini adalah upaya dari Kemendikbud untuk meningkatkan budaya literasi mulai dari membaca, menulis literasi terhadap IT, serta untuk memotivasi agar gerakan literasi di sekolah dapat berjalan dengan baik dan benar.

“Gerakan literasi sekolah dilaksanakan di seluruh sekolah dengan melibatkan sebanyak 45,2 juta siswa di seluruh tanah air, baik mereka yang ada di perkotaan, maupun di pedesaan. Sehingga harapan kami dengan literasi ini akan meningkatkan kualitas pendidikan baik di kota maupun di pedesaan,” ujar Didik.

Ajang tahunan yang sudah menginjak tahun ke-3 pelaksanaan ini terdiri dari dua acara besar._Pertama_, lomba literasi. Lomba ini melibatkan 704 siswa jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Sekolah Luar Biasa (SLB) se-Indonesia. Ke-704 siswa tersebut, akan berlaga di 25 jenis lomba, antara lain, lomba menulis cerpen, mencipta komik digital, dan vokasi moda literasi bergerak. Perlombaan akan berlangsung di Jakarta, Tangerang, dan Bogor.