Harga sawit di Mukomuko naik, ini harga teranyar

id EKONOMI

Harga sawit di Mukomuko naik, ini harga teranyar

Ilustrasi - Pekerja menaikkan tandan buah segar sawit ke dalam truk untuk diangkut ke pabrik pengolahan (dokumen kementan)

Mukomuko (ANTARA) - Harga pembelian tandan buah segar (TBS) kelapa sawit oleh dua pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) di Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, naik sekitar Rp20 per kilogram hingga Rp30 per kilogram dibandingkan sebelumnya. “Harga sawit naik sebesar Rp20 per kg hingga Rp30 per kg di PT SAP dan PT SSS. Harga sawit di dua pabrik ini karena pengaruh kenaikan harga minyak mentah kelapa sawit/CPO dunia,” kata Kepala Seksi Kemitraan dan Perizinan Perkebunan Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko Sudianto di Mukomuko, Selasa.

Ia mengatakan hal itu setelah mendapatkan data harga tandan buah segar kelapa sawit dari sebanyak 11 pabrik minyak kelapa sawit yang tersebar di sejumlah kecamatan di daerah ini.

Ia menyebutkan, harga pembelian tandan buah segar kelapa sawit oleh pabrik minyak kelapa sawit milik PT SAP di daerah ini naik dari sebesar Rp1.000 per kg menjadi Rp1.030 per kg sedangkan harga sawit di PT SSS naik dari sebesar Rp1.000 per kg menjadi Rp1.020 per kg

Harga sawit di sembilan pabrik minyak kelapa sawit yang tersebar di 15 kecamatan daerah ini masih bertahan dengan harga lebih rendah dibandingkan sebelumnya.

Ia menyebutkan, harga sawit PT SSJA sebesar RpRp845 per kg, harga sawit di PT USM sebesar Rp1.110 per kg, harga sawit di PT BMK sebesar Rp1.100 per kg, harga sawit di pabrik PT KSM sebesar Rp1.020 per kg, harga sawit di PT MMIL Rp1.020 per kg, harga sawit di PT AMK sebesar Rp1.020 per kg.

Kemudian harga sawit di PT KAS sebesar Rp1.020 per kg, harga sawit di PT DDP di Desa Lubuk Bento dan Kecamatan Ipuh sebesar Rp1.070 per kg.

Ia mengatakan, instansinya sebelumnya telah mempertanyakan penyebab harga pembelian tandan buah segar kelapa sawit oleh pabrik minyak kelapa sawit sejak 17 hari terakhir sebanyak lima kali mengalami penurunan kepada para pimpinan PMKS.

“Kamis telah menanyakan penyebabnya. Menurut pihak pabrik karena pengaruh penurunan harga minyak mentah sawit dunia atau CPO,” ujarnya.