Pekanbaru, (Antaranews Sumbar) - Sebanyak sembilan titik panas terdeteksi satelit Terra dan Aqua, yang mengindikasikan terjadi kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau, Senin.
Berdasarkan laporan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, pantauan terakhir pada pukul 06.00 WIB menunjukkan ada sembilan titik panas (hotspot) di tiga kabupaten. Kabupaten Bengkalis dan Pelalawan masing-masing ada empat titik, dan satu di Indragiri Hilir.
Dari semua titik panas tersebut, enam titik memiliki tingkat keakuratan di atas 70 persen sehingga bisa dipastikan merupakan kebakaran. Sebanyak empat titik di Bengkalis dan dua di Pelalawan.
Sebelumnya, selama tiga hari terakhir kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) belum bisa dikendalikan di Kecamatan Medang Kampai, Kota Dumai. Daerah tersebut merupakan perbatasan Dumai dengan Bengkalis.
"Kebakaran sudah hampir tiga hari. Luasnya diperkirakan sudah sampai 10 hektare," kata Anggota Masyarakat Perduli Api (MPA) dan juga Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) Teluk Makmur, Budi, ketika dihubungi Antara dari Pekanbaru, Minggu (3/2).
Ia menjelaskan, lokasi kebakaran di Kelurahan Teluk Makmur, Kecamatan Medang Kampai, Kota Dumai, sangat jauh dari akses jalan sehingga sulit untuk dipadamkan. Titik api di lahan gambut berjarak sekitar 10 kilometer dari jalan aspal di rute Dumai-Pakning, yang hanya bisa dijangkau dengan berjalan kaki.
"Medan sangat sulit karena hutan yang terbakar jauh di dalam," katanya.
Selain itu, angin juga bertiup kencang sehingga api cepat menyebar. Orang setempat menyebutnya kini sebagai musim angin "taru", ketika angin sangat kencang.
Kebakaran sudah menghanguskan hutan, semak dan kebun kelapa sawit yang belum diketahui siapa pemiliknya.
"Sepertinya itu sawit yang gagal, kita tidak tahu siapa pemiliknya. Sepertinya itu orang luar yang punya lahan," katanya. Sebanyak 15 anggota MPA Teluk Makmur berjibaku mencoba memadamkan kebakaran dengan peralatan seadanya, bahkan tidak ada honor yang mereka terima sebagai pemadam kebakaran.
"Mau bagaimana lagi, karena ini adalah kampung kita, mau tidak mau ini harus dijaga dan dipadamkan. Banyak kesulitannya, seperti tidak ada kendaraan operasional sehingga kita pakai motor sendiri untuk survei lokasi kebakaran yang jauh, dan juga peralatan masih kurang," katanya.
Ia mengatakan pemadam kebakaran dari Manggala Agni dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Dumai, TNI dan Polri juga ada membantu. Namun, api masih belum bisa dipadamkan. (*)
Berita Terkait
Polisi ungkap aksi perampokan bersenjata api mainan di Bukittinggi
Jumat, 6 Desember 2024 19:31 Wib
Badan Geologi turunkan status Gunung Marapi jadi Waspada
Senin, 2 Desember 2024 12:54 Wib
Wadankorbrimob: Personel wajib kedepankan sisi humanis saat bertugas
Selasa, 26 November 2024 21:01 Wib
Kompolnas sarankan Polda cek psikologi polisi yang pegang senjata
Senin, 25 November 2024 19:21 Wib
Pulih dari DBD Berkat Program JKN: Kisah Api Anggraini yang Terbebas dari Beban Biaya
Selasa, 12 November 2024 18:53 Wib
Kemenhub: Tidak ada korban jiwa dari pesawat Trigana Air keluarkan api
Selasa, 5 November 2024 18:06 Wib
Badan Geologi: Aktivitas Gunung Marapi alami peningkatan
Senin, 4 November 2024 16:51 Wib
PVMBG catat tiga kali erupsi Gunung Marapi pada Minggu pagi
Minggu, 27 Oktober 2024 12:25 Wib