Erdogan sebut Turki dapat "melindungi warga Suriah dan kepentingan AS

id Erdogan

Erdogan sebut Turki dapat "melindungi warga Suriah dan kepentingan AS

Presiden Turki Tayyip Erdogan. (Antara)

Ankara, Turki, (Antaranews Sumbar) - Penarikan tentara AS dari Suriah harus direncanakan secara seksama dan dilaksanakan melalui kerja sama dengan mitra sayap-kanan untuk melindungi kepentingan Washington, masyarakat internasional dan rakyat Suriah, kata Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Senin (7/1).

"Turki, yang memiliki kontingen militer terbesar kedua di NATO, adalah satu-satunya negara dengan kekuatan dan komitmen untuk melaksanakan tugas itu," kata Erdogan di dalam artikel yang diturunkan di The New York Times.

Erdogan menekankan di artikel tersebut bahwa Turki berkomitmen untuk mengalahkan Da'esh dan kelompok gerilyawan lain di Suriah.

Erdogan juga berbicara mengenai peran Turki dalam proses perdamaian Jenewa dan Astana dan posisinya sebagai "pemegang saham tunggal yang dapat bekerja secara berbarengan dengan Amerika Serikat dan Rusia". Ia mengatakan Turki "bermaksud bekerjasama dan mengkoordinasikan" tindakannya dengan sekutunya.

"Kami akan membangun kemitraan ini untuk melaksanakan pekerjaan di Suriah ini," ia menambahkan, sebagaimana dikutip Kantor Berita Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa pagi.

Erdogan, menyeru semua pemegang saham agar menggabungkan kekuataan guna mengakhiri aksi teror oleh Da'esh dan memelihara keutuhan wilayah Suriah, mengatakan Turki "secara sukarela mengemban beban berat pada masa kritis dalam sejarah".

"Kami mengandalkan masyarakat internasional untuk mendukung kami," ia menambahkan.

Erdogan mengatakan Presiden AS Donald Trump "mengeluarkan seruan yang benar" dalam memutuskan untuk menarik pasukan AS dari Suriah.

Trump mengeluarkan keputusan yang tak terduga pada Desember untuk menarik semua 2.000 tentara AS dari negara yang dicabik perang tersebut, sehingga menyulut kecaman dari banyak sekutu dan pembantuan keamanannya, termasuk di dalam Kabinetnya sendiri.

Saat mengenang bahwa pada 2016, Turki menjadi negara pertama yang mengerahkan tentara darat ke Suriah untuk memerangi organisasi gerilyawan Da'esh, Erdoga mengatakan tindakan itu menghalangi Da'esh mencapai perbatasan NATO dan melancarkan serangan di Turki serta Eropa.

Presiden itu mengatakan tentara Turki bersama dengan Tentara Suriah Bebas "bergerak dari pintu-ke-pintu untuk mengusir gerilyawan" di bekas kubu Da'esh, Al-Bab.

Ia menyatakan pendekatan Turki memungkinkan "terbentuknya lingkungan yang stabil" buat rakyat Suriah sebab prasarana tetap utuh, sekolah dibuka kembali, rumah sakit yang didanai Turki menyediakan dukungan medis dan proyek usaha menciptakan lapangan kerja.

"Lingkungan yang stabil ini adalah satu-satunya obat buat terorisme," ia menambahkan.

"Saya mengatakan ini lagi: Takkan ada kemenangan buat pelaku teror. Turki akan terus melakukan apa yang harus dikerjakan guna menjamin keselamatannya sendiri dan kesejahteraan masyarakat internasional," katanya.

Erdogan mengatakan, "Berbicara secara militer, apa yang disebut IS telah kalah di Suriah." Ia menggunakan nama lain buat Da'esh.

Namun ia mengatakan keprihatinan teta ada bahwa sisa anggota Da'esh akan digunakan sebagai alasan untuk mencampuri urusan dalam negeri Suriah.

Ia menekankan kemenangan militer atas kelompok gerilyawan itu "semata-mata langkah awal", dan Turki "mengusulkan strategis menyeluruh untuk menghapuskan pangkal radikalisasi". (*)