Gubernur Sumbar terima penghargaan pena emas dari PWI

id penghargaan

Gubernur Sumbar terima penghargaan pena emas dari PWI

Gubernur Sumbar menerima plakat penghargaan pena emas dari PWI Pusat. (ANTARASUMBAR/Miko Elfisha)

Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno menerima penghargaan pena emas dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan menjadi orang kedua dari provinsi itu yang pernah mendapatkan penghargaan tertinggi tersebut.
Padang, (Antaranews Sumbar) - Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno menerima penghargaan pena emas dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan menjadi orang kedua dari provinsi itu yang pernah mendapatkan penghargaan tertinggi tersebut.

"Tokoh Sumbar pertama yang menerima penghargaan serupa adalah "wartawan segala zaman", Rosihan Anwar," kata Ketua PWI Pusat, Margiono di Padang, Jumat.

Penghargaan itu diberikan karena Irwan dinilai berkontribusi konkret terhadap kebebasan dan perkembangan pers di Sumbar. Ia juga dinilai berkontribusi menciptakan suasana yang mendorong kebebasan pers.

"Dua itu adalah syarat seorang tokoh bisa dianugerahi penghargaan ini selain berkontribusi terhadap masyarakat," ujarnya.

Syarat lain yang juga teramat penting menurut dia, calon penerima penghargaan tidak pernah mencederai kebebasan pers, sehingga nantinya tidak memberikan noda pada PWI sebagai organisasi wartawan.

Margiono menjelaskan proses pemberian penghargaan pena emas dimulai dari pengusulan. Khusus untuk Irwan Prayitno pengusulan dilakukan oleh tokoh pers Basril Basyar dan PWI Sumbar.

Setelah masuk usulan, baru proses dilanjutkan hingga akhirnya orasi dan penilaian melalui rapat pleno diperluas.

"Biasanya rapat pleno ini terbatas hanya untuk panelis dan calon penerima penghargaan, tetapi kali ini ada pengecualian setelah dikonsultasikan dan disetujui Irwan Prayitno," katanya.

Sementara itu di hadapan panelis PWI, Irwan Prayitno menyampaikan orasinya berjudul 'Minangkabau dalam Jati Diri Pers Nasional.' Orasi itu menyinggung selintas adat budaya Minangkabau dan tokoh-tokoh penulis dan pers yang menonjol seperti Hamka, Abdul Muis, Marah Rusli, Ali Akbar Navis.

Budaya literasi Minangkabau disebutkannya juga melahirkan tokoh penyair seperti Chairil Anwar, Taufiq Ismail.

Tokoh pers berpengaruh juga lahir dari Sumbar di antaranya Jamaluddin Adinegoro, Rosihan Anwar, Rohana Kuddus.

Ia juga menyebutkan sinergi pemerintah dengan pers dibangun dalam kemitraan yang sejajar. Di satu sisi pers berperan sebagai sosial kontrol pelaksanaan pembangunan, tetapi pers juga butuh informasi perkembangan pembangunan dari pemerintah, sekaligus memberikan harapan serta optimisme kepada masyarakat.

Sementara di sisi pemerintah kita butuh sarana untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan pada masyarakat luas.

"Kita sangat mengapresiasi kritikan yang konstruktif dari pers dan kita butuh itu. Tanpa kritik yang sehat dan membangun, rasanya ibarat membawa mobil tanpa rambu lalu lintas. Kemitraan sejajar antara pemerintah daerah dengan pers selama ini menjadi salah satu kekuatan kami, sehingga hubungan pers dengan pemerintahan di Sumbar dapat berjalan dengan baik," ujarnya.

Orasi singkat tersebut mendapatkan nilai cumlaude dari 12 orang panelis.

Meski penghargaan telah diberikan, tetapi sesuai kebiasaan penyematan pin resmi penghargaan pena emas itu baru akan dilakukan dalam peringatan Hari Pers Nasional 2019.

Panelis penguji dari PWI Pusat masing-masing Ketua Umum PWI Margiono, Sekjen PWI Hendry Ch. Bangun, Ketua Dewan Kehormatan PWI Ilham Bintang, Ketua bidang Organisasi Sasongko Tedjo, Ketua Bidang Daerah Atal S. Depari, Ketua bidang Pendidikan Marah Sakti Siregar, Ketua bidang Luar Negeri Teguh Santosa. Selain itu, empat penasihat PWI juga menjadi panelis Pena Emas, yakni Soleh Thamrin, Muhammad Noeh, Djoko Saksono, dan Asro Kamal Rokan. (*)