Pengamat Nilai OTT Hakim Akibat Lemahnya Pengawasan

id palu hakim

Pengamat Nilai OTT Hakim Akibat Lemahnya Pengawasan

Ilustrasi, palu hakim. (Antara)

Jakarta, (Antara Sumbar) - Direktur Puskapsi Universitas Negeri Jember Bayu Dwi Anggono berpendapat operasi tangkap tangan (OTT) terhadap sejumlah hakim baru-baru ini oleh KPK merupakan akibat dari lemahnya pengawasan terhadap hakim baik secara internal maupun eksternal.

"Menurut saya, ini karena lemahnya pengawasan internal maupun eksternal, karena kejadian antar satu OTT dengan yang lainnya terjadi dalam waktu yang berdekatan," kata Bayu ketika dihubungi di Jakarta, Kamis.

Bayu mengatakan bahwa pola pengawasan yang dilakukan oleh Komisi Yudisial (KY) dan Badan Pengawas Mahkamah Agung (Bawas MA) belum mampu untuk menemukan modus-modus baru dalam tindak pidana korupsi.

"Padahal korupsi ini ibarat perkembangan zaman, selalu punya model baru tapi KY maupun Bawas MA belum bisa menemukan modus-modus itu," ujar Bayu.

Lebih lanjut bayu mengatakan bahwa hakim-hakim masih banyak yang belum mendapatkan efek jera dari OTT.

"Seolah-olah kalau terkena OTT berarti hakim itu sedang sial saja, sehingga peristiwa ini terus berulang dan tidak ada efek jera," kata Bayu.

Menurutn dia, mental hakim yang memperjualbelikan putusan perkara sudah tidak lagi takut dengan persoalan tertangkap KPK atau tidak.

"Ini penyebabnya karena toleransi Mahkamah Agung (MA) atas pelanggaran etik mulai dari ringan, sedang, hingga berat," jelas Bayu.

Akibat dari sikap toleransi MA tersebut, maka banyak hakim dinilai Bayu seperti merasa memiliki imunitas sehingga timbul perasaan nyaman.

"Nyaman karena ketika teman-temannya melakukan pelanggaran etik, MA masih memberikan toleransi, tidak digubris oleh MA," pungkas Bayu. (*)