Padang, (Antara Sumbar) - Kabupaten Kepulauan Mentawai berpeluang besar menjadi pusat budi daya kerapu dengan telah ditetapkannya sebagai salah satu daerah Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) di Indonesia.
"Salah satu bantuan untuk daerah SKPT adalah bibit kerapu. Kita dorong agar daerah itu bisa memproduksi setidaknya 15 ton sekali panen," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sumbar, Yosmeri di Padang, Jumat.
Ia mengatakan batasan minimal hasil panen 15 ton itu sangat penting untuk diperhatikan, karena menjadi salah satu syarat agar kapal asing pembeli ikan bisa masuk.
"Aturannya sekarang seperti itu. Karenanya, jika Mentawai bisa mencapai panen kerapu minimal 15 ton, bisa ditetapkan menjadi salah satu titik kumpul untuk pembelian ikan oleh kapal asing," katanya.
Kapal asing yang masuk itu biasanya dari Hongkong, Cina, Taiwan, dan Jepang.
Harga jual pada kapal asing tersebut jauh lebih tinggi dari pada dijual dipasaran lokal. Namun kendala yang dihadapi selama ini adalah jumlah panen ikan yang tidak sampai jumlah minimal.
Biasanya yang paling diminati oleh pengusaha asing tersebut adalah kerapu macan dengan ukuran 500-1.200 gram.
Selain bantuan bibit, daerah yang menjadi Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) juga akan dibantu sarana fisik serta akses distribusi produk.
Pengembangan sektor kelautan dan perikanan tersebut juga harus diintegrasikan dengan sektor pariwisata yang selama ini telah menjadi keunggulan Mentawai.
Bupati Mentawai Yudas Sabaggalet mengatakan pihaknya terbuka untuk semua program yang bisa memajukan daerah itu.
Peluang yang ada akan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk meningkatkan kesejahteraan masyarat daerah kepulauan itu.
Sementara itu Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit meminta agar Dinas Kelautan dan Perikanan Mentawai berkoordinasi dengan DKP Sumbar untuk mengembangkan sektor perikanan guna membantu mengeluarkan daerah itu dari status tertinggal.
"Semua yang bisa diintervensi provinsi untuk membantu Mentawai keluar dari ketertinggalan, akan kita upayakan," kata dia.*