Berbagi Kebahagiaan Lewat Kopi Dinding

id Bahagia lewat kopi gratis

Berbagi Kebahagiaan Lewat  Kopi Dinding

Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno berpartisipasi pada program kopi dinding dengan menempel stiker bertuliskan menu yang dipesan di Kedai Kopi Ongga.(Foto Iggoy El Fitra/Antara)

Ada beragam kisah yang hadir dari segelas kopi, minuman berwarna hitam dengan rasa pahit yang setia memanggil penikmatnya untuk menghirup aroma wangi nan tak pernah menjemukan.

Ketika di tempat lain segelas kopi adalah simbol prestise, ego dan keangkuhan peminum atas pencapaian hidup, di Kedai Kopi Ongga, lewat secangkir kopi orang dapat menebar kebahagiaan dan kepedulian kepada mereka yang kurang beruntung.

Berlokasi di Jalan Pasar Mudiak, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang, program kopi dinding menyentak kesadaran publik, bahwa ternyata berbagi segelas kopi kepada mereka yang membutuhkan itu membahagiakan.

Pagi itu seorang warga Padang Candra melintas di depan Kedai Kopi Ongga. Ia berkesempatan menikmati lahapnya sepiring lontong dan segelas kopi susu secara gratis.

Pria berkulit gelap itu hanya seorang pekerja serabutan. Bahkan sejak beberapa hari lalu nyaris tidak bekerja. Suguhan sepiring lontong dan segelas kopi gratis ala kopi dinding jadi penebus sarapan yang belum sempat dilakoninya.

Ada banyak Candra lain yang dalam keterbatasan, dapat menikmati hidangan kopi dinding Kedai Ongga dengan gratis.

Salah seorang pengagas program kopi dinding Miko Kamal menceritakan program ini untuk berbagi kepada sesama dengan cara setiap pengunjung yang ingin berpartisipasi, ketika memesan makan dan minum di Kedai Ongga membayar dua kali lipat.

Misalnya jika pesan segelas kopi harganya Rp8.000 maka yang bersangkutan membayar Rp16.000 karena segelas yang satunya untuk kopi dinding, kemudian tulis menu yang dipesan pada selembar stiker dan tempelkan di dinding.

"Kalau pesan kopi susu, berarti pengunjung akan menulis kopi susu di stiker dan tempel di dinding kedai," kata dia.

Ketika ada pengunjung lain yang kurang mampu, mereka dapat menikmati menu yang ada di kedai tersebut secara gratis dengan mengambil stiker yang ditempel di dinding dan menyerahkan kepada kasir.

Kalau ingin kopi ambil saja stiker yang bertuliskan kopi, serahkan kepada kasir maka akan diberikan cuma-cuma karena sudah dibayar oleh pengunjung yang menempelkan stiker, ujarnya.

Ia mengatakan program ini ditujukan kepada mereka yang kurang mampu seperti petugas kebersihan, kaum dhuafa, buruh angkat, tukang parkir dan lainnya.

Apalagi kawasan Pasar Mudiak merupakan pusat pergudangan dan bongkar muat barang yang ramai dengan kehadiran buruh angkat setiap hari.

Jadi prinsipnya orang yang membayar tidak tahu siapa yang ditraktir, dan yang menerima juga tidak tahu siapa yang telah membayar menu yang disantap, ujar dia yang sehari-hari berprofesi sebagai pengacara dan dosen.

Miko mengatakan program ini sudah dimulai sejak 27 Februari 2016 dan mendapat sambutan cukup baik dari warga kota.

"Dengan berbagi akan membuat hidup lebih bahagia," katanya.

Ia menyampaikan program ini berawal dari tulisan yang dibagikan lewat grup media sosial tentang keheranan salah seorang pengunjung cafe di Venesia.

Setiap ada yang datang bilang kepada pelayan pesan untuk kopi dinding satu, rupanya itu adalah program berbagi, ujarnya.

Tanpa pikir panjang, Miko langsung dan mengajak teman-temannya untuk menerapkan hal serupa di Padang.

"Karena rutin menyambangi Kedai Kopi Ongga, saya tertarik menerapkannya, ketika disampaikan kepada pengelola kedai langsung setuju," lanjut dia.

Ia menyampaikan Kedai Kopi Ongga dipilih karena lokasinya strategis dan yang paling penting di kawasan itu banyak gudang sehingga ramai oleh para buruh.

Sejak itu Miko rajin mengajak teman, relasi untuk sarapan dan berpartisipasi pada program kopi dinding di Kedai Ongga hingga tiga kali seminggu.

Menjawab kekhawatiran sejumlah pihak seandainya kopi dinding dinikmati oleh orang yang tidak tepat ia mengatakan program ini sepenuhnya memegang teguh prinsip kepercayaan dan kejujuran.

"Memang tidak bisa sepenuhnya tepat, tapi kami percaya kepada pengelola untuk mengawasi, kalau semua selalu diawali kecurigaan tidak akan jalan," kata dia.

Menurutnya berdasarkan informasi pengelola kedai, orang yang berkecukupan tidak ada yang mau mengambil dan menikmati menu gratis.

"Kami yakin orang yang mampu tidak akan mau mengambilnya, tapi kalau lupa bawa uang saat minum kopi, ambil stiker di dinding boleh saja," ucapnya.

Rupanya program kopi dinding menarik perhatian warga Padang yang mendapatkan cerita dari mulut ke mulut dan media sosial.

Pada, Jumat 11 Maret 2016 Gubernur Sumbar Irwan Prayitno menyambangi Kedai Kopi Ongga untuk ikut berbagi lewat program itu.

"Saya dapat cerita dari kawan-kawan ada program kopi dinding, akhirnya karena penasaran ke sini," ucapnya.

Menurut Irwan program ini bagus, memfasilitasi orang untuk berbagi kepada sesama, pada dasarnya setiap orang punya jiwa sosial dan keinginan untuk berbagi namun sarananya tidak ada.

"Dengan kopi dinding akan muncul peluang untuk saling berbagi dan beramal," ujarnya.

Ia mengatakan secara nilai memang tidak seberapa, namun memfasilitasi orang untuk saling berbagi perlu diacungi jempol.

Usai menikmati hidangan di kedai kopi Ongga, Irwan meminta stiker kepada pengelola dan menulis langsung menu untuk ditempel di dinding.

Gubernur Irwan langsung menulis kopi 10 gelas, lontong 10 piring, mi goreng 10 porsi dan paruik ayam 10 kemudian langsung menempel sendiri stiker tersebut di dinding kedai.

Branch Manajer Dompet Dhuafa Singgalang Musfi Yendra melihat dalam program ini ada nilai-nilai keikhlasan bagi yang membayar dan ada kejujuran buat yang mengambil.

"Bagi yang ingin menikmati tentu akan berpikir apakah berhak untuk menikmatinya," kata dia.

Menurutnya kopi dinding adalah cara sederhana tapi unik untuk mengasah sikap kedermawanan. Setiap kali mau makan atau minum, bisa mengingat orang miskin yang tak punya uang untuk membeli makanan.

Dengan menempel di dinding juga menjaga keikhlasan dalam beramal, sebab pengunjung tidak tahu siapa yang akan mengambil minuman atau makanan yang dibagi, lanjutnya.

Pengelola Kedai Kopi Ongga, Sutoyo mengatakan sejak program kopi dinding tersebut diluncurkan pengunjung jadi lebih ramai dan omzet meningkat.

"Ada penambahan pengunjung hingga 30 persen, banyak wajah baru yang datang, dari wisatawan asing hingga Gubernur Sumbar juga ke sini," kata dia.

Ia memastikan yang berhak menikmati kopi dinding adalah mereka yang membutuhkan dan selama ini berjalan dengan baik.

Pada awalnya karena belum tahu program kopi dinding, sosok yang akrab di sapa Mas Yoyok ini sengaja mengajak beberapa orang yang dinilai pantas menerima program ini.

"Ada tukang sampah saya panggil ini ada kopi dinding, silahkan ambil stiker nikmati makanannya gratis tolong sampaikan juga kepada yang lain," ujarnya.

"Memang ada yang curiga ini dalam rangka apa, siapa yang memberi, tapi setelah dijelaskan akhirnya orang mau," lanjutnya.

Kedai Ongga merupakan warung kopi tradisional yang berdiri sejak tahun 1952. Di dalam kedai berukuran sekitar 5 8 meter itu tersedia berbagai macam menu sarapan dan minuman.

Setelah pendirinya Zainoen Ongga wafat pada 1997 sekarang Lapau Ongga dikelola oleh anak-anak Zainoen Ongga Nuryetti dan Warnis beserta menantunya, Sutoyo.

Buka sejak pukul 06.00 WIB Kedai Ongga menyediakan sarapan lontong, kue kue, minuman berupa teh telur, teh manis panas, teh es, teh susu, kopi hitam panas, kopi susu panas, dan minuman favorit kopi es.

Dari kedai kopi tradisional itu lahir kebahagiaan bagi penikmat program dan tentunya lebih berbahagia pengunjung yang mau berpartisipasi mengacu pada prinsip orang bijak, yaitu kebahagiaan tertinggi adalah saat berbagi. (*)