Kabupaten Solok menyimpan berbagai potensi wisata alam, budaya, sejarah dan wisata kesehatan.
Dilihat dari topografi daerahnya yang bervariasi antara daratan dan perbukitan dengan ketinggian antara 350 m - 1.458 m di atas permukaan laut, Kabupaten Solok memiliki berbagai objek dan daya tarik wisata alam yang beragam.
Seperti Danau Singkarak, Danau Kembar (Danau Diatas dan Danau Dibawah, Danau Talang, Taman Hutan Kota Arosuka, Angin Berembus Aripan dan lainnya.
Di Kabupaten Solok juga terdapat gunung berapi aktif, Gunung Talang. Keberadaan Gunung Talang ini mendatangkan berkah sumber panas bumi bagi Kabupaten Solok, yakni sumber panas bumi Gunung Talang dan sumber panas bumi Bukit Kili.
Selain itu Kabupaten Solok juga mempunyai dua sumber panas bumi lainnya, masing-masing di Surian dan Koto Sani.
Sumber panas bumi Kabupaten Solok turut memberikan konstribusi terhadap keberadaan wisata kesehatan di Kabupaten Solok. Dari sumber panas bumi Bukit Kili misalnya terdapat kawasan wisata pemandian air panas Bukit Kili.
Begitu juga sumber panas bumi Koto Sani melahirkan pemandian air panas Padang Belimbing Koto Sani.
Kawasan pemandian air panas Bukit Kili lebih dikenal sebagai kawasan wisata kesehatan di Kabupaten Solok. Karena di kawasan ini selain bisa menikmati keindahan alam, wisatawan lokal dan mancanegara juga bisa berendam dan berenang di kolam pemandian air panas.
Pada hari biasa suhu airnya 42 derajat C. Khusus pada hari selasa dan Sabtu suhu air meningkat sampai 45 derajat C.
Menurut sejumlah warga, pemandian air panas Bukit Kili dikenal juga dapat menyembuhkan penyakit rematik, asam urat, kram laut, penyakit kulit dan berbagai penyakit lainnya.
Untuk menuju lokasi ini juga tidak sulit. Pengunjung dapat menempuhnya dengan menggunakan kendaraan roda dua dan empat.
Dari arah Kota Solok hanya berjarak sekitar 8 Km, sebaliknya kalau dari Kota Padang jarak tempuh sekitar 44 Km.
Khusus dari ibu kota Kabupaten Solok, Arosuka Bukit Kili hanya berjarak sekitar 15 km.
Di pintu masuk pemandian, pengunjung menjumpai gerbang atau gapura dihuni dua hingga tiga orang petugas. Mereka bertugas memberi karcis masuk dan menerima uang restribusi sebesar Rp2.000 per orang sebagai tanda masuk kawasan pemandian air panas Bukit Kili.
Sebanyak 20 persen dari hasil pungutan karcis diserahkan kepada pemerintahan nagari, sementara 80 persen lainnya dipergunakan untuk merawat, mengelola serta membayar gaji petugas pengelola wisata dan guru mengaji MDA/TPA.
Usai membayar, pengujung dapat masuk ke kolasi pemandian, yang berjarak sekitar 200 m dari pintu gerbang. Setiba di depan Masjid Al-Ikhwan, pengunjung akan dihadapkan pada dua tikungan jalan, sebelah kiri menuju kolam pemandian laki-laki dan sebelah kanan menuju kolam pemandian wanita.
Selain memiliki kolam pemandian laki-laki seluas 17 x 20 M dan kolam pemandian wanita seluas 12 x 15 M, pemandian air panas Bukit Kili juga memiliki penginapan dengan jumlah kamar sebanyak 13 kamar atau kapasitas orang sebanyak 26 orang.
Penginapan tersebut berada persis di antara dua kolam pemandian laki-laki dan wanita. Penginapan ini dapat disewa pengunjung yang ingin menginap dengan harga Rp15 ribu hingga Rp30 ribu per hari.
Pemandian air panas Bukit Kili terbuka 24 jam, sehingga pengunjung bisa datang kapan saja ke kawasan wisata ini.
Eka dan Mori misalnya, dua sahabat karib ini pergi berendam di air panas Bukit Kili sekitar pukul 01.20 WIB dini hari.
Tadi kita habis ngobrol-ngobrol setelah lama tidak jumpa, kata mereka menjawab antara-sumbar.com.
Eka mengakui pemandian air panas Bukit Kili selalu dibanjiri pengunjung, terutama pada hari Sabtu, Minggu dan hari libur. Tak heran keberadaan air panas ini ikut mengangkat perekonomian masyarakat setempat.
"Dengan adanya pemandian air panas, peluang usaha masyarakat menjadi terbuka dengan cara berjualan atau membuka kedai makanan dan minuman di kawasan ini, katanya.
Apa yang dikatakan Eka memang terbukti. Sepanjang jalan dari gerbang masuk hingga tempat pemandian berjejer warung makanan dan minuman. A
da yang menjual pecal, lontong, mie goreng, mie rebus, kedai kopi dan warung menjual peralatan mandi seperti sabun, shampo, sikat gigi, odol dan lainnya.
Elizabeth Akmal salah seorang pemilik kedai menjelaskan selama ini dia bersama suaminya Syafrizal menggantungkan hidup dengan cara berjualan di kawasan air panas Bukit Kili.
Melalui usaha ini mereka mampu membiayai kebutuhan hidup sehari-hari dan membayar uang sekolah tiga orang anaknya. (*/wij)