Memfungsikan terminal merupakan persoalan pelik yang terjadi di beberapa daerah di Sumatera Barat, termasuk di Kota Solok. Di Kota Beras terdapat sebuah terminal yang cukup megah bernama Terminal Bareh Solok (TBS). Pemerintah Kota (Pemko) Solok awalnya berharap pembangunan terminal ini dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi baru bagi warga kota sehingga akan berimbas pada peningkatan ekonomi masyarakat.Namun apa hendak dikata, serupa dengan terminal lainnya di beberapa daerah di Sumatera Barat, TBS juga tidak berfungsi secara optimal. Seringkali kemegahan terminal hilang oleh sunyi dan sepinya aktifitas terminal. Penumpang dan sopir lebih suka memilih terminal bayangan untuk melakukan aktifitas transportasi.Sepinya TBS sangat berpengaruh terhadap perekonomian pedagang di kawasan terminal. Selama beberapa tahun terakhir tidak terhitung lagi jumlah pedagang di terminal yang gulung tikar. Namun bagi mereka yang tidak ada pilihan lain memilih tetap bertahan di terminal, meski dengan penghasilan minim dan pas-pasan.Siang itu, Minggu (14/2), seperti hari-hari lainnya Terminal Bareh Solok terlihat sepi. Kesepian ini terlihat akibat deretan puluhan toko yang ada di terminal dalam kondisi tertutup, sementara angkutan umum yang ngetem di terminal pun tidak terlihat.Tutupnya sejumlah toko di Terminal Bareh Solok bukan disebabkan pemiliknya sedang ada keperluan, namun mereka telah sejak lama menutup toko mereka akibat gulung tikar.Sejak Angkutan Kota Antar Provinsi (AKAP), Angkutan Perkotaan (Angkot) dan Angkutan Pedesaan (Angdes) tidak ngetem lagi di terminal, kehidupan di terminal menjadi sepi. Sejumlah pedagang banyak yang gulung tikar, jelas Dewi, salah seorang pedagang yang ditemui antara-sumbar.com di Terminal Bareh Solok.Dewi tetap bertahan dengan kedainya akibat dia tidak punya pilihan lain untuk mencari rezeki. Meski dengan pendapatan minim dan pas-pasan, dia tetap membuka tokonya yang menjual minuman mineral, roti maupun biskuit.Dewi mengaku setiap hari, dia berjual beli hanya sekitar Rp 80 ribu hingga Rp 150 ribu, dengan keuntungan sekitar Rp 30 hingga 60 ribu.Pendapatan sebesar ini tentu saja tidak mencukupi bagi saya dan keluarga, tegas Dewi, yang memiliki seorang suami, Riki serta dua orang anak masing-masing Yogi dan Lena.Untuk menutupi kekurangan ini, tambah Dewi, suaminya Riki terpaksa melakoni profesi sebagai Pedagang Kaki Lima (PKL) berjualan sandal jepit di Pasar Raya Solok.Semua ini kita lakukan untuk mencukupi kebutuhan keluarga dan biaya sekolah anak-anak, kata Dewi yang mengaku berasal dari Kabupaten Tanah Datar.Selain tidak memiliki aktifitas lain, hal lain yang membuat Dewi tetap bertahan berjualan di Terminal Bareh Solok karena di terminal ini ada masa-masa panen atau masa-masa ramai pengunjung. Masa tersebut adalah sewaktu lebaran Hari Raya Aidil Fitri.Kalau lebaran, penghasilan kita bisa meningkat tajam. Dalam satu hari kita bisa berjual beli antara Rp 1 juta hingga Rp 2 juta, dengan penghasilan bersih antara Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta, jelasnya.Makanya tambah Dewi, sebagai pedagang di TBS dia berharap setiap hari itu adalah hari lebaran agar TBS ramai pengunjung dan pembelipun melimpah ruah.Tapi mana mungkin juga ya, setiap hari lebaran. Tapi setidaknya tidak ada halangan juga untuk berharap, tegas Dewi. (***)
Berita Terkait
Pesisir Selatan prioritaskan pembangunan puskesmas pembantu di setiap nagari
Kamis, 14 November 2024 10:05 Wib
Setiap Badan Usaha di Kota Padang diwajibkan kelola sampah secara mandiri
Jumat, 11 Oktober 2024 15:35 Wib
Mahyeldi-Vasko Akan Ciptakan Entrepreneur di Setiap Nagari di Sumbar
Kamis, 12 September 2024 7:26 Wib
Wapres ajak masyarakat manfaatkan setiap peluang bangun Indonesia Maju
Sabtu, 17 Agustus 2024 8:12 Wib
PBB: Cuaca panas ekstrem menewaskan hampir 500 ribu orang setiap tahun
Jumat, 26 Juli 2024 7:57 Wib
Daya tampung SD dan SMP Pariaman setiap tahun berlebih
Rabu, 12 Juni 2024 15:55 Wib
Daya tampung SD dan SMP Pariaman setiap tahun berlebih
Rabu, 12 Juni 2024 14:36 Wib
Gubernur tegaskan penanganan sampah tanggung jawab setiap daerah
Rabu, 5 Juni 2024 14:12 Wib