Padang Aro, (Antara) - Perwakilan dari 13 negara di empat benua, yakni Amerika, Asia, Afrika dan Eropa berkunjung ke hutan nagari Simancuang, Nagari Alam Pauah Duo, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat (Sumbar), 12--13 Maret.
Bupati Solok Selatan Muzni Zakaria, di Padang Aro, Kamis, mengatakan bahwa hutan nagari tersebut merupakan perjuangan masyarakat yang memiliki untuk menjaga hutan yang tersisa saat ini. Hal ini merupakan suatu yang perlu dicontoh oleh yang lainnya.
"Masyarakat Simancuang mampu mengelola dan menjaga hutan yang tersisa secara alami sehingga memberikan dampak positif bagi mereka seperti peningkatan ekonomi," katanya.
Menurut dia, pengelolan hutan oleh masyarakat tradisional melalui hutan nagari jauh lebih baik dibandingkan dengan pengusaha.
"Jika dikelola masyarakat kealamiannya terjaga, sedangkan oleh pengusaha lebih banyak yang merusak hutan seperti perambahan sehingga kealamiannya menjadi hilang," katanya.
Dia mengungkapkan, awal mula ia tidak yakin dengan kemampuan masyarakat tradisional menjaga dan mengelola hutan. Tetapi seiring keberhasilan masyarakat Simancuang, sekarang ini pengelolaan hutan berbasis nagari harus terus ditingkatkan karena bisa meningkatkan perekonomian dan mengurangi konflik antara manusia dan alam.
Ia menyebutkan, pengelolaan hutan oleh masyarakat simancuang selama ini bisa menopang kehidupan mereka selama ini.
"Jika ada pengelolaan hutan di negara lain tolong sampaikan kepada Pemerintah Solok Selatan dan kami siap menerima semua masukan tentang pengelolaan hutan," katanya.
Ketua Lembaga Pengelolaan Hutan Berbasis Nagari (LPHN) Jorong Simancuang Edison, mengatakan luas hutan nagari di daerahnya yaitu 650 Hektare.
Dia mengatakan, pengusulan hutan nagari Simancuang tersebut kepada Kementerian Kehutanan Republik Indonesia dilakukan pada 2010 oleh Bupati Solok Selatan setelah ada kesepakatan oleh masyarakat setempat.
"Setelah didapat surat keputusan dari kementerian, baru pada 2012 diberikan izin pengelolaan hutan berbasis nagari oleh Gubernur Sumbar," katanya.
Dengan keberadaan hutan nagari tersebut, imbuhnya, sekarang ini kehidupan sosial maupun perekonomian masyarakat lebih meningkat.
"Daerah yang dulunya bukan apa-apa sekarang sudah memiliki berbagai infrastruktur yang memadai seperti tenaga listrik mikro hidro dan jenis pembangunan serta bantuan lain juga terus mengalir ke Simancuang," katanya.
Para perwakilan 13 negara yang sampai di Solok Selatan pada Rabu (12/3) malam tersebut selain meninjau hutan nagari Simancuang, juga akan melihat-lihat obyek wisata budaya di kabupaten itu, seperti Kawasan Saribu Rumah Gadang di Kota Baru, Kecamatan Sungai Pagu serta menikmati makan "bajamba" di Istano Balun, Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh. (*/erik/jno)
Perwakilan 13 Negara Tinjau Hutan Nagari Simancuang
Ilustrasi. (Antara)