Jakarta (ANTARA) - Menteri Kebudayaan Fadli Zon menilai tempe bisa menjadi senjata gastrodiplomasi --bentuk diplomasi publik yang menggunakan makanan untuk mempromosikan citra suatu negara di luar negeri-- bagi Indonesia.
Dia menyampaikan peran penting para ahli makanan, koki, dan pelaku usaha kuliner dalam mengolah dan menyajikan hidangan berbahan tempe dalam upaya menjadikan tempe sebagai alat gastrodiplomasi.
"Tempe sebagai salah satu sumber protein nabati. Dan kita harapkan para chef, para ahli, terutama yang punya kearifan lokal itu menjadikan tempe itu baik dari bentuknya, dari rasanya, ini bisa semakin kreatif ke depan dan bisa menjadi gastrodiplomasi," katanya dalam ajang Festival Budaya Tempe di Jakarta, Minggu.
Menteri Kebudayaan juga mengemukakan perlunya lokakarya dan pelatihan bagi para perajin tempe untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam memproduksi dan mengolah tempe.
"Bagaimana membuat tempe yang juga higienis, sehat, dan mungkin menggunakan bahan-bahan yang lebih organik. Itu akan mempertinggi nilai tempenya," kata dia.
Ia menambahkan, para perajin bisa menikmati peningkatan pendapatan kalau bisa memproduksi dan menghasilkan produk olahan tempe berkualitas tinggi.
Menteri Kebudayaan menyampaikan bahwa salah satu tantangan yang dihadapi dalam upaya untuk meningkatkan produksi tempe adalah masalah ketersediaan bahan baku.
Karena produksi kedelai di dalam negeri belum mencukupi, Indonesia masih bergantung pada kedelai impor untuk memenuhi kebutuhan produksi bahan makanan berbahan kedelai seperti tahu dan tempe.
"Jadi, mungkin nanti di ahli-ahli pertanian kita juga bisa memproduksi kedelai kita sendiri ya, dengan sekarang ini kemajuan teknologi di bidang pertanian itu mudah-mudahan kita bisa mendapatkan tempe dari dalam negeri juga," kata Fadli.
Menteri Kebudayaan menyebut tempe sebagai bagian dari tradisi dan budaya masyarakat Indonesia yang perlu dilestarikan.
Menurut dia, pangan lokal seperti tempe termasuk objek pemajuan kebudayaan.
"Jadi ini bagian juga dari ekonomi budaya, karena budaya itu, termasuk di dalam objek pemajuan kebudayaan itu, termasuk juga pangan lokal. Karena pangan lokal ini ada ekspresi budaya di dalamnya, tidak bisa dipisahkan dari cultural expression atau ekspresi budaya," ia menjelaskan.
Kementerian Kebudayaan sudah mengajukan permohonan penetapan tempe sebagai bagian dari warisan budaya tak benda Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO).
Harapannya, tempe bisa dimasukkan ke dalam daftar warisan budaya tak benda UNESCO pada 2026.