Kabupaten Solok (ANTARA) - Disudut hamparan sawah yang satu persatu mulai menguning, deru mesin diesel tua yang selalu memekakan telinga tidak lagi terdengar.
Tidak seperti huller umumnya terdengar hingga radius 500 meter kala aktifitas penggilingan tengah berlangsung.
Huller Nadira yang berada di Jorong (dusun) Batu Palano, Nagari (desa) Selayo, Kabupaten Solok, Sumatera Barat tetap sibuk dengan kesenyapan aktivitas penggilingannya.
Foto udara suasa penjemuran gabah di Huller Nadira yang berada di Jorong Batu Palano, Nagari Selayo, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, Selasa (21/10/2025). ANTARA/Fandi Yogari (ANTARA/Fandi Yogari/Fandi Yogari) Yon Herman (51) pemilik Huller Nadira di Jorong Batu Palano, Nagari Selayo, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, Sabtu (11/10/2025). ANTARA/Fandi Yogari (ANTARA/Fandi Yogari/Fandi Yogari)
Sejak tahun 2023, huller atau tempat penggilingan padi milik Yon Herman (51) menjadi pioner hingga percontohan dalam penerapan energi terbarukan pada huller di Ranah Minang.
Hal tersebut tidak lepas dari keputusannya yang mulai beralih dari mesin penggilingan diesel ke mesin penggilingan bertenaga listrik.
Hal tersebut bukan tanpa alasan, kesulitan Yon Herman dalam mencari pasokan solar sebagai bahan bakar mesin dieselnya menjadi salah satu dari berbagai persoalan yang dihadapinya kala merintis usaha penggilingan padi sejak 2020.
Pekerja Huller Nadira di Jorong Batu Palano, Nagari Selayo, Kabupaten Solok, Sumatera Barat menampung beras yang telah melewati proses penggilingan padi menggunakan mesin bertenaga listrik, Sabtu (11/10/2025). ANTARA/Fandi Yogari (ANTARA/Fandi Yogari/Fandi Yogari) Pekerja Huller Nadira di Jorong Batu Palano, Nagari Selayo, Kabupaten Solok, Sumatera Barat memasukan beras yang telah digiling ke mesin pembersihan sebelum dikemas dalam ukuran 10 kilogram, Sabtu (11/10/2025). ANTARA/Fandi Yogari (ANTARA/Fandi Yogari/Fandi Yogari)
Dalam sebulan atau sekitar 20 hari kerja, dirinya membutuhkan setidaknya 660 liter solar dengan harga Rp 10 ribu atau sekitar Rp 6,6 juta perbulan hanya untuk pembelian solar.
Biaya itu tidak jarang membengkak karena dirinya harus berkelana ke beberapa daerah di Sumatera Barat hanya untuk mendapatkan solar agar operasional penggilingan tetap berjalan.
Permasalahan itulah yang akhirnya membuat Yon Herman memutuskan untuk beralih ke mesin penggilingan bertenaga listrik pada akhir 2023.
Di awal peralihan dari mesin diesel ke listrik, PLN menyarankan Yon menggunakan daya sebesar 41.500 volt ampere (VA) yang merupakan kategori bisnis dengan skema token.
Dampaknya, setelah satu bulan pemakaian Yon hanya perlu mengeluarkan biaya sebesar Rp4 juta perbulan atau sekitar Rp200 ribu untuk pembelian token selama 1 hari kerja.
Yon Herman meratakan gabah kering yang akan masuk dalam tempat penggilingan padi di Jorong Batu Palano, Nagari Selayo, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, Sabtu (11/10/2025). ANTARA/Fandi Yogari (ANTARA/Fandi Yogari/Fandi Yogari) Yon Herman mengecek kualitas beras hasil penggilingan menggunakan mesin bertenaga listrik di Jorong Batu Palano, Nagari Selayo, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, Sabtu (11/10/2025). ANTARA/Fandi Yogari (ANTARA/Fandi Yogari/Fandi Yogari)
Tidak saja memberikan dampak besar pada pengurangan biaya operasional penggilingan, di sisi kualitas penggilingan padi menggunakan tenaga listrik juga memberikan dampak besar pada kualitas dan efisiensinya.
Dimana biasanya dalam sehari ketika menggunakan mesin diesel, maksimal penggilingan hanya sebanyak 3 ton beras saja. Namun saat beralih ke listrik, hasil penggilingan meningkat antara 4 hingga 5 ton satu hari.
Selain itu, kualitas padi hasil penggilingan menggunakan mesin listrik tersebut juga meningkat dengan minimnya potensi beras pecah karena kestabilan putaran mesin.
Sejumlah pekerja mengangkat gabah kering milik petani di Jorong Batu Palano, Nagari Selayo, Kabupaten Solok, Sumatera Barat ke ruang penyimpanan sebelum menjalani proses penggilingan, Sabtu (11/10/2025). ANTARA/Fandi Yogari (ANTARA/Fandi Yogari/Fandi Yogari)
Seiring meningkatnya volume penggilingan, Yon memutuskan untuk kembali menaikan daya listrik huller tersebut dari 41.500 VA menjadi 53.000 VA yang merupakan kategori industri.
Selain hemat, efektif dan efisien, peralihan usaha Yon Harmen ke kategori industri sejak tiga bulan lalu itu ditujukan agar dapat menggunakan mesin oven padi.
Dimana dengan mesin tersebut dirinya tidak perlu pusing untuk mengeringkan gabah dari petani. Sebab, dengan mesin oven tersebut proses pengeringan masih tetap bisa berjalan meskipun saat musim penghujan.
Tidak hanya itu, dengan beralih ke kategori industri Yon kembali berhasil menekan biaya operasional dari Rp4 juta perbulan saat di kategori bisnis menjadi Rp2,2 juta perbulan saat naik ke kategori industri.
Seorang pekerja Huller Nadira di Jorong Batu Palano, Nagari Selayo, Kabupaten Solok, Sumatera Barat tengah menumpuk beras yang telah melewati proses penggilingan sebelum dimasukan kedalam mesin pembersihan, Sabtu (11/10/2025). ANTARA/Fandi Yogari (ANTARA/Fandi Yogari/Fandi Yogari) Seorang pekerja Huller Nadira di Jorong Batu Palano, Nagari Selayo, Kabupaten Solok, Sumatera Barat memasukan beras yang telah melewati proses pembersihan sisa penggilingan ke dalam kemasan 10 kilogram, Sabtu (11/10/2025). ANTARA/Fandi Yogari (ANTARA/Fandi Yogari/Fandi Yogari)
Masa ini, Yon Harmen tidak hanya ikut berkontribusi terhadap implementasi energi hijau dan bersih, tetapi ia juga sukses membuka lapangan pekerjaan bagi warga di desanya. Dia sudah mempekerjakan 25 orang dengan gaji bervariasi antara Rp2,5 juta hingga Rp 8 juta per bulannya.
Perusahaan Listrik Negara (PLN) Unit Induk Distribusi Sumatera Barat mencatat selain Huller Nadira milik Yon Herman, saat ini terdapat 38 huller lainnya di Ranah Minang yang telah melakukan transisi dari mesin diesel ke listrik.
Dimana untuk jangka panjang, PLN setempat berupaya mengajak semua pemilik huller agar mau berpindah ke listrik karena jauh lebih efektif, efisien dan menguntungkan.
Pekerja Huller Nadira di Jorong Batu Palano, Nagari Selayo, Kabupaten Solok, Sumatera Barat meratakan gabah yang sedang dijemur, Sabtu (11/10/2025). ANTARA/Fandi Yogari (ANTARA/Fandi Yogari/Fandi Yogari)
Terlebih produksi gabah kering giling di Ranah Minang dalam setahun berkisar di angka 1,3 juta ton. Hal ini berarti para petani sangat bergantung pada tempat penggilingan agar hasil panen mereka bisa digiling menjadi beras.
Tidak hanya itu, dengan skema kerja sama antara PLN dan Bank Nagari, pelanggan juga bisa mendapatkan pinjaman serta cicilan pembayaran maksimal hingga tiga tahun.