Ambon (ANTARA) - Pulau Buru, Maluku, kembali menjadi sorotan setelah tim Research and Creative (RnC) Buru eXpedition – Rediscover Buru melakukan eksplorasi sosial-budaya di Desa Kaiely dan Masarete, Kecamatan Teluk Kaiely, pada 20–25 September 2025.

Tim yang beranggotakan Aldiansyah (Wanadri), Zongga, Azizah, Griselda (Kappa Fikom Unpad), dan Aji (Kanal Buru) menjalankan metode imersif dengan tinggal bersama masyarakat untuk mendokumentasikan warisan sejarah, dinamika sosial, hingga potensi ekowisata.

“Di Kaiely–Masarete, kami menelusuri jejak sejarah dari bangunan kolonial, kisah Islam, hingga kehidupan masyarakat dan potensi wisatanya,” kata Aldiansyah di Namlea, Rabu (1/10).

Selain sejarah, tim juga bertemu dengan Suku Alifuru di Kampung Waefefa yang masih memegang teguh tradisi berburu serta menjaga kawasan sakral. “Kalau adat hilang, kita hilang,” ujar Pak Elis, tokoh masyarakat Alifuru.

Di Masarete, potret sosial-ekonomi terlihat dari peralihan warga seperti Pak Euwi yang meninggalkan tambang emas Gunung Botak untuk beralih ke penyulingan minyak kayu putih. Sementara itu, Pulau Nirwana di perairan Masarete menghadirkan potensi ekowisata laut dengan terumbu karang yang masih terjaga.

Program Rediscover Buru sendiri sudah berjalan sejak April 2025. Saat ini, rangkaian ekspedisi berlanjut melalui Tim Dayung Jelajah Nusantara (DJN) yang melakukan sirkumnavigasi Pulau Buru dengan kayak laut. Tim singgah di Namrole pada 29 September dan disambut Bupati Buru Selatan, La Hamidi, yang sekaligus memberi dukungan logistik.

Hasil dokumentasi ekspedisi ini nantinya akan dipublikasikan dalam bentuk feature untuk memperkenalkan kembali sejarah, budaya, dan potensi ekowisata Pulau Buru.


Pewarta : Syarif Abdullah
Editor :
Copyright © ANTARA 2025