Nusa Dua, Bali, (Antara) - Wakil Menteri Luar Negeri Wardana mengatakan demokrasi tidak akan tercipta tanpa adanya kebebasan pers dan berpendapat.
Hal tersebut disampaikan oleh Wamenlu Wardana ketika membuka "Bali Media Forum", yang digelar bersamaan dengan "Bali Democracy Forum" di Nusa Dua, Rabu.
"Pada kehidupan sekarang ini, tidak akan ada demokrasi tanpa adanya media/pers yang bebas.... Di sisi lain, tidak akan ada kebebasan pers tanpa adanya pemerintahan yang demokratis," kata Wamenlu Wardana.
Puluhan awak media dari 24 negara bergabung dalam forum diskusi wartawan yang tahun ini mengambil tema etika jurnalisme dan demokrasi, dengan sub-tema, menghilangkan kebencian dari media dan politik.
"Tirani adalah musuh alami kebebasan berekspresi. Ketika tirani yang kuat berkuasa, kebebasan berekspresi tidak akan punya ruang untuk bertahan," ucap Wardana.
Seperti hak asasi manusia, kebebasan mengungkapkan pendapat juga mempunyai batas, tutur dia.
Kebebasan berpendapat tidak bisa digunakan untuk menghancurkan masyarakat yang melindungi kebebasan. Kebebasan berpendapat juga tidak boleh digunakan untuk menyebarkan kebencian karena kebencian akan menghancurkan hal-hal yang baik, kata dia.
Pernyataan Wamenlu Wardana tersebut menyoroti kebebasan berpendapat yang cenderung menyebarkan kebencian yang mulai marak di internet atau dunia maya.
"Ketika kebencian yang merusak tersebar luas (dari internet), hal tersebut dapat mengacaukan sebuah populasi dalam hitungan menit," ujar Wardana.
Bahkan lebih parah lagi, penyebar kebencian tersebut bisa bebas dari hukuman karena dia berlindung dengan anonimitas di dunia maya, kata Wamenlu.
Bali Media Forum berlangsung dari 6-8 November di Nusa Dua, Bali, berbarengan dengan Bali Democracy Forum VI pada 7-8 November.
Sedangkan BDF VI akan mengusung satu tema besar yaitu Konsolidasi Demokrasi dalam Masyarakat Plural.
Dua sub-tema yang diangkat pada BDV VI adalah pelaksanaan pemilu yang bebas dan adil serta pembangunan dan penguatan institusi demokrasi.
Kepala negara dan perwakilan dari 81 negara dan tiga organisasi internasional akan menghadiri BDF VI.
BDF VI akan dibuka oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didampingi oleh dua kepala negara tetangga, Sultan Hassanal Bolkiah dari Brunei Darussalam dan Perdana Menteri Timor Leste Xanana Gusmao. (*/sun)