Bukittinggi (ANTARA) - Gunung Marapi, Sumatera Barat kembali alami erupsi pada Rabu (6/11) pagi. Hujan abu vulkanik sempat menghujani daerah utara dan timur laut termasuk Kota Bukittinggi.
"Aktivitas pagi sempat terhalang dengan turunnya hujan abu. Apalagi kami pengendara sepeda motor yang mengantarkan anak ke sekolah," kata seorang warga Bukittinggi, Sri Nurhayati (37).
Warga terpaksa memakai masker pelindung dengan kendaraan mereka yang tampak memutih terkena abu vulkanik.
Sementara di daerah kaki pegunungan Marapi, Bukit Batabuah, warga mengaku erupsi diiringi suara dentuman yang terdengar cukup jelas.
Walinagari atau Kepala Desa Sungai Pua, Ade Firmansyah, mengatakan di sebagian wilayah Sungai Pua sempat terjadi hujan abu tipis.
"Tadi memang sempat terjadi hujan abu tipis, tapi sekarang bisa dikatakan tidak ada, mungkin karena arah anginnya sudah berubah," ungkap Ade.
Ade juga mengatakan bahwa dirinya tidak terlalu mendengar letusan yang terjadi pagi tadi.
Sementara itu, aktivitas masyarakat masih berjalan normal seperti biasanya.
"Sepertinya tadi tidak terlalu keras suaranya, saya sendiri pun tidak mendengarnya tadi. Masyarakat pun seperti biasa saja, masih beraktivitas normal," ujarnya.
Menurut petugas Pos PGA Bukittinggi, Ahmad Rifandi, letusan pertama terjadi pada pukul 05.44 WIB dengan ketinggian kolom abu erupsi tidak teramati karena tertutup awan dari arah pos.
"Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum ± 30 mm dan durasi ± 4 menit 35 detik," jelasnya.
Sementara itu, berdasarkan laporan dari BMKG, arah angin di sekitaran Gunung Marapi mengarah ke Timur Laut atau ke Tanah Datar.
Saat ini G. Marapi berada pada Status Level II (Waspada) dengan rekomendasi Masyarakat di sekitar G. Marapi dan pendaki/pengunjung/wisatawan agar tidak memasuki dan tidak melakukan kegiatan di dalam wilayah radius 3 km dari pusat erupsi (Kawah Verbeek) G. Marapi.
Masyarakat yang bermukim di sekitar lembah/aliran/bantaran sungai-sungai yang berhulu di puncak G. Marapi agar selalu mewaspadai potensi ancaman bahaya lahar yang dapat terjadi terutama di saat musim hujan.
Jika terjadi hujan abu maka masyarakat diimbau untuk menggunakan masker penutup hidung dan mulut untuk menghindari gangguan saluran pernapasan (ISPA), serta perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit. Selain itu agar mengamankan sarana air bersih serta membersihkan atap rumah dari abu vulkanik yang tebal agar tidak roboh.
Seluruh pihak agar menjaga suasana yang kondusif di masyarakat, tidak menyebarkan narasi bohong (hoax), dan tidak terpancing isu-isu yang tidak jelas sumbernya. Masyarakat harap selalu mengikuti arahan dari Pemerintah Daerah.
"Aktivitas pagi sempat terhalang dengan turunnya hujan abu. Apalagi kami pengendara sepeda motor yang mengantarkan anak ke sekolah," kata seorang warga Bukittinggi, Sri Nurhayati (37).
Warga terpaksa memakai masker pelindung dengan kendaraan mereka yang tampak memutih terkena abu vulkanik.
Sementara di daerah kaki pegunungan Marapi, Bukit Batabuah, warga mengaku erupsi diiringi suara dentuman yang terdengar cukup jelas.
Walinagari atau Kepala Desa Sungai Pua, Ade Firmansyah, mengatakan di sebagian wilayah Sungai Pua sempat terjadi hujan abu tipis.
"Tadi memang sempat terjadi hujan abu tipis, tapi sekarang bisa dikatakan tidak ada, mungkin karena arah anginnya sudah berubah," ungkap Ade.
Ade juga mengatakan bahwa dirinya tidak terlalu mendengar letusan yang terjadi pagi tadi.
Sementara itu, aktivitas masyarakat masih berjalan normal seperti biasanya.
"Sepertinya tadi tidak terlalu keras suaranya, saya sendiri pun tidak mendengarnya tadi. Masyarakat pun seperti biasa saja, masih beraktivitas normal," ujarnya.
Menurut petugas Pos PGA Bukittinggi, Ahmad Rifandi, letusan pertama terjadi pada pukul 05.44 WIB dengan ketinggian kolom abu erupsi tidak teramati karena tertutup awan dari arah pos.
"Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum ± 30 mm dan durasi ± 4 menit 35 detik," jelasnya.
Sementara itu, berdasarkan laporan dari BMKG, arah angin di sekitaran Gunung Marapi mengarah ke Timur Laut atau ke Tanah Datar.
Saat ini G. Marapi berada pada Status Level II (Waspada) dengan rekomendasi Masyarakat di sekitar G. Marapi dan pendaki/pengunjung/wisatawan agar tidak memasuki dan tidak melakukan kegiatan di dalam wilayah radius 3 km dari pusat erupsi (Kawah Verbeek) G. Marapi.
Masyarakat yang bermukim di sekitar lembah/aliran/bantaran sungai-sungai yang berhulu di puncak G. Marapi agar selalu mewaspadai potensi ancaman bahaya lahar yang dapat terjadi terutama di saat musim hujan.
Jika terjadi hujan abu maka masyarakat diimbau untuk menggunakan masker penutup hidung dan mulut untuk menghindari gangguan saluran pernapasan (ISPA), serta perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit. Selain itu agar mengamankan sarana air bersih serta membersihkan atap rumah dari abu vulkanik yang tebal agar tidak roboh.
Seluruh pihak agar menjaga suasana yang kondusif di masyarakat, tidak menyebarkan narasi bohong (hoax), dan tidak terpancing isu-isu yang tidak jelas sumbernya. Masyarakat harap selalu mengikuti arahan dari Pemerintah Daerah.