Padang (ANTARA) - Pertunjukan seni sekaligus kampanye penyelamatan harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) ditampilkan sanggar Ranah Saiyo asal Pasaman di Pekan Kebudayaan Daerah (PKD) 2024 di Taman Budaya Sumatera Barat, di Padang, Sabtu.
"Tema yang diangkat dalam karya ini adalah tentang Harimau Pasaman yang disajikan dalam bentuk musik, puisi, silat dan tarian yang menjadi satu bentuk pertunjukkan tanpa jeda," kata Ketua Sanggar Ranah Saiyo Endang Pramana di Padang, Sabtu.
Endang menjelaskan, bagi masyarakat Pasaman, harimau dianggap sebagai jelmaan leluhur sehingga lekat sekali julukan sub spesies ini dengan Harimau Pasaman.
Beberapa tahun lalu dirinya sempat melihat momen tentang hubungan unik warga Pasaman dengan Harimau Sumatera, saat itu ada harimau sakit, kemudian mati dan dikafani oleh warga.
Harimau yang mati itu lalu dikuburkan secara adat, dan hal inilah yang menjadi latar belakang Endang mengangkat karya pertunjukan tersebut.
Pertunjukan diawali dengan permainan musik opening, dilanjutkan dengan pidato pasambahan "mamancang galanggang".
Aksi selanjutnya adalah pembacaan puisi tentang harimau, yang dilanjutkan dengan aksi Silek Harimau.
Sebagai penampilan terakhir adalah pertunjukkan tari Inyiak Balang kemudian ditutup dengan musik.
Endang mengatakan, melalui pertunjukan ini ia bersama sanggarnya ikut menyuarakan konservasi lewat budaya dan seni.
"Kita jangan seenaknya saja menggunakan logo dan falsafah Harimau Sumatera tapi tidak melakukan upaya untuk melindunginya, bahkan untuk Silek Harimau pun tidak ada kontribusinya terhadap konservasi," kata Endang.
Ia berharap, meskipun sedikit tetapi tetap menyuarakan tentang perlindungan Inyiak Balang itu, seminimal mungkin ajakan untuk melindungi Harimau Sumatera. (*)
"Tema yang diangkat dalam karya ini adalah tentang Harimau Pasaman yang disajikan dalam bentuk musik, puisi, silat dan tarian yang menjadi satu bentuk pertunjukkan tanpa jeda," kata Ketua Sanggar Ranah Saiyo Endang Pramana di Padang, Sabtu.
Endang menjelaskan, bagi masyarakat Pasaman, harimau dianggap sebagai jelmaan leluhur sehingga lekat sekali julukan sub spesies ini dengan Harimau Pasaman.
Beberapa tahun lalu dirinya sempat melihat momen tentang hubungan unik warga Pasaman dengan Harimau Sumatera, saat itu ada harimau sakit, kemudian mati dan dikafani oleh warga.
Harimau yang mati itu lalu dikuburkan secara adat, dan hal inilah yang menjadi latar belakang Endang mengangkat karya pertunjukan tersebut.
Pertunjukan diawali dengan permainan musik opening, dilanjutkan dengan pidato pasambahan "mamancang galanggang".
Aksi selanjutnya adalah pembacaan puisi tentang harimau, yang dilanjutkan dengan aksi Silek Harimau.
Sebagai penampilan terakhir adalah pertunjukkan tari Inyiak Balang kemudian ditutup dengan musik.
Endang mengatakan, melalui pertunjukan ini ia bersama sanggarnya ikut menyuarakan konservasi lewat budaya dan seni.
"Kita jangan seenaknya saja menggunakan logo dan falsafah Harimau Sumatera tapi tidak melakukan upaya untuk melindunginya, bahkan untuk Silek Harimau pun tidak ada kontribusinya terhadap konservasi," kata Endang.
Ia berharap, meskipun sedikit tetapi tetap menyuarakan tentang perlindungan Inyiak Balang itu, seminimal mungkin ajakan untuk melindungi Harimau Sumatera. (*)