Padang (ANTARA) - Pameran seni rupa bertajuk "Pulang" yang digelar Komunitas Seni Belanak di Galeri Taman Budaya Sumatera Barat, di Padang, mulai 4-7 September akan dimeriahkan oleh pertunjukan seni dan workshop oleh berbagai komunitas.
"Selain pameran seni rupa, di pameran ini juga ada performce art dari Benny Saputra, Alfarizi Andrinaldi, Edi Bonetski, Febrian Maulana, Indra Gunawan, dan Zekalver Muharam." kata Ketua Komunitas Seni Belanak, Novando Mushil di Padang, Kamis.
Selain pertunjukan seni, kata Novando, juga ada pertunjukan band dari Dio Classical Guitar, Sending Rasa, Blue Moon, Great God, Rules 18, Lalang, Papan Iklan, Pelangi Belanak dan Hototo.
Kemudian ada workshop seni oleh berbagai komunitas seni kota Padang seperti Art Therapy dari Dangau Studio, Workshop Clay dari Monobi Studi, Interaksi Konsentrasi dari Kadai Loket, Bioskop Taman dari Ladang Rupa, dan Worskhop Sablon dari Indonesiasia.
“Kegiatan ini tidak dipungut biaya. Karenanya kami mengajak seluruh warga Sumatera Barat untuk hadir mengapresiasi karya seni rupa seniman Indonesia,” katanya.
Pameran “Pulang” juga didukung oleh berbagai komunitas dan media yang ada di kota Sumatera Barat seperti Telik, Ladang Rupa, Komunitas Kadai Loket, Komunitas Seni nan Tumpah, Monobi, Zenith Graff, Dangau Studio, Gazp, Sarga, Indonesiasia, Pelita Padang, Minang lip, Ota Lapau, Media Seni Indonesia, Seni Sumatera, HMJ Seni Rupa, RRI Padang, Infosumbar, Unit Kegiatan Kesenian UNP, Info Seni Sumatera dan lainnya.
Lebih jauh ia menjelaskan, Komunitas Seni Belanak didirikan pada tanggal 23 Agustus 2003, merupakan ruang studi dan aktivitas perupa muda di Padang Sumatera Barat.
Komunitas ini mencoba mengakomodasi perupa-perupa muda maupun karya-karyanya, lewat pencermatan pada proses dan alur perkembangannya. Komunitas Seni Belanak bergerak secara non profit, dan melakukan hubungan kerja dengan berbagai pihak demi menyemarakkan aktivitas berkesenian dan pencerahan apresiasi publik.
Komunitas seni Belanak didirikan oleh puluhan perupa kota Padang yang berasal dari kelompok Kantau. Mereka memiliki sekretariat yang terletak di Jalan Belanak.
Pada tahun 2023 mereka sepakat untuk membuat komunitas yang namanya diambil dari lokasi sekretariat yaitu Belanak.
“Salah satu alasan lain soal penamaan Belanak karena ikan belanak itu hidup berkomunal. Ketika satu ekor mengarah ke kiri maka semuanya akan mengarah ke kiri. Begitu sebaliknya. Karenanya, filosofi itu menjadi semangat bagi komunitas seni Belanak untuk membangun kebersamaan dan kolektivitas bersama anggotanya,” jelas Novando.
Kepala UPTD Taman Budaya Sumatera Barat, Supriyadi berharap dengan pameran seni rupa ini, dapat melahirkan karya-karya yang berkualitas untuk memajukan seni rupa di Ranah Minang dan bisa menjadi barometer seni rupa Sumatera Barat.
"Langkah ini semoga menginspirasi komunitas dan kelompok-kelompok seni lainnya untuk terus melahirkan karya terbaik dan UPTD Taman Budaya Sumbar siap untuk memfasilitasi," katanya.
Ia juga menghimbau masyarakat untuk mengapresiasi karya-karya seni rupa ini dengan turut menyaksikan pameran di Galeri dan membeli karya seniman yang sangat layak untuk dipajang di rumah, kantor, hotel, kafe, dan bangunan- bangunan publik. (*)
"Selain pameran seni rupa, di pameran ini juga ada performce art dari Benny Saputra, Alfarizi Andrinaldi, Edi Bonetski, Febrian Maulana, Indra Gunawan, dan Zekalver Muharam." kata Ketua Komunitas Seni Belanak, Novando Mushil di Padang, Kamis.
Selain pertunjukan seni, kata Novando, juga ada pertunjukan band dari Dio Classical Guitar, Sending Rasa, Blue Moon, Great God, Rules 18, Lalang, Papan Iklan, Pelangi Belanak dan Hototo.
Kemudian ada workshop seni oleh berbagai komunitas seni kota Padang seperti Art Therapy dari Dangau Studio, Workshop Clay dari Monobi Studi, Interaksi Konsentrasi dari Kadai Loket, Bioskop Taman dari Ladang Rupa, dan Worskhop Sablon dari Indonesiasia.
“Kegiatan ini tidak dipungut biaya. Karenanya kami mengajak seluruh warga Sumatera Barat untuk hadir mengapresiasi karya seni rupa seniman Indonesia,” katanya.
Pameran “Pulang” juga didukung oleh berbagai komunitas dan media yang ada di kota Sumatera Barat seperti Telik, Ladang Rupa, Komunitas Kadai Loket, Komunitas Seni nan Tumpah, Monobi, Zenith Graff, Dangau Studio, Gazp, Sarga, Indonesiasia, Pelita Padang, Minang lip, Ota Lapau, Media Seni Indonesia, Seni Sumatera, HMJ Seni Rupa, RRI Padang, Infosumbar, Unit Kegiatan Kesenian UNP, Info Seni Sumatera dan lainnya.
Lebih jauh ia menjelaskan, Komunitas Seni Belanak didirikan pada tanggal 23 Agustus 2003, merupakan ruang studi dan aktivitas perupa muda di Padang Sumatera Barat.
Komunitas ini mencoba mengakomodasi perupa-perupa muda maupun karya-karyanya, lewat pencermatan pada proses dan alur perkembangannya. Komunitas Seni Belanak bergerak secara non profit, dan melakukan hubungan kerja dengan berbagai pihak demi menyemarakkan aktivitas berkesenian dan pencerahan apresiasi publik.
Komunitas seni Belanak didirikan oleh puluhan perupa kota Padang yang berasal dari kelompok Kantau. Mereka memiliki sekretariat yang terletak di Jalan Belanak.
Pada tahun 2023 mereka sepakat untuk membuat komunitas yang namanya diambil dari lokasi sekretariat yaitu Belanak.
“Salah satu alasan lain soal penamaan Belanak karena ikan belanak itu hidup berkomunal. Ketika satu ekor mengarah ke kiri maka semuanya akan mengarah ke kiri. Begitu sebaliknya. Karenanya, filosofi itu menjadi semangat bagi komunitas seni Belanak untuk membangun kebersamaan dan kolektivitas bersama anggotanya,” jelas Novando.
Kepala UPTD Taman Budaya Sumatera Barat, Supriyadi berharap dengan pameran seni rupa ini, dapat melahirkan karya-karya yang berkualitas untuk memajukan seni rupa di Ranah Minang dan bisa menjadi barometer seni rupa Sumatera Barat.
"Langkah ini semoga menginspirasi komunitas dan kelompok-kelompok seni lainnya untuk terus melahirkan karya terbaik dan UPTD Taman Budaya Sumbar siap untuk memfasilitasi," katanya.
Ia juga menghimbau masyarakat untuk mengapresiasi karya-karya seni rupa ini dengan turut menyaksikan pameran di Galeri dan membeli karya seniman yang sangat layak untuk dipajang di rumah, kantor, hotel, kafe, dan bangunan- bangunan publik. (*)