Padang (ANTARA) - Upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3) dilaksanakan untuk melindungi para pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaannya baik di sektor formal maupun informal.
Di Indonesia sektor informal sangat besar peranannya karena mampu menyerap tenaga kerja yang cukup banyak, namun potensi bahaya yang dihadapi pekerja pada sektor informal juga cukup besar dan belum dilakukan upaya pengendaliannya, kata Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Fea Firdani, MKM seperti dirilis di Padang, Senin.
Menurut dia, faktor masih minimnya pemahaman pemilik dan pekerja sektor informal mengenai pentingnya penerapan K3 di tempat kerja.
Buktinya belum diperhatikannya norma keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dilakukan pada sektor formal.
Misalnya, pelaksanaan proses pekerjaan dengan tidak memakai Alat Pelindung Diri (APD), merupakan salah satu perilaku tidak aman yang dapat berisiko mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja maupun timbul penyakit akibat kerja.
Kebanyakan alasan yang muncul, kata dia, perasaan kurang nyaman ketika menggunakan APD saat bekerja, dan juga kesadaran akan manfaat penggunaan APD yang masih kurang pada pekerja.
Justru itu, perlu disosialisasikan pada setiap pekerja manfaat dari penerapan K3. "Bagi pekerja di sektor informal sangat dibutuhkan perhatian serius agar upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja dapat diterapkan," ujarnya.
Apalagi, pembuatan batu bata merupakan salah satu industri informal atau rumah tangga yang dimiliki perorangan atau non pemerintah yang banyak dijumpai di berbagai daerah, termasuk di Nagari Sarilamak Kabupaten Limapuluh Kota Provinsi Sumatera Barat.
Ia mengungkapkan, sikap kerja dalam melakukan proses produksi batu bata juga dapat menimbulkan gangguan nyeri tulang punggung belakang seperti gangguan musculoskeletal.
Oleh karena itu, Tim Pengabdian Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas yang diketuai oleh Fea Firdani, MKM beserta tim dari dosen dan mahasiswa bidang ilmu K3KL FKM Unand yaitu Intan Sahara Kusuma, Dwina Aulia Putri, dkk melaksanakan kegiatan pengabdian dari Mei hingga Juni 2024.
Tim Pengabdian Masyarakat FKM Unand memasang stiker pentingnya penerapan K3 pada pekerja produksi Batu Bata. (ANTARA/HO)
Kegiatan dimulai dengan observasi untuk mengetahui dengan proses kerja dan mengidentifikasi potensi bahaya yang dapat berdampak pada kesehatan dan keselamatan pada pekerja Batu Bata.
Kemudian dilanjutkan dengan pemberian edukasi prilaku aman dalam bekerja serta pemberian alat pelindung diri bagi pekerja Batu Bata di Kenagarian Sarilamak Kabupaten Limapuluh Kota.*
Di Indonesia sektor informal sangat besar peranannya karena mampu menyerap tenaga kerja yang cukup banyak, namun potensi bahaya yang dihadapi pekerja pada sektor informal juga cukup besar dan belum dilakukan upaya pengendaliannya, kata Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Fea Firdani, MKM seperti dirilis di Padang, Senin.
Menurut dia, faktor masih minimnya pemahaman pemilik dan pekerja sektor informal mengenai pentingnya penerapan K3 di tempat kerja.
Buktinya belum diperhatikannya norma keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dilakukan pada sektor formal.
Misalnya, pelaksanaan proses pekerjaan dengan tidak memakai Alat Pelindung Diri (APD), merupakan salah satu perilaku tidak aman yang dapat berisiko mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja maupun timbul penyakit akibat kerja.
Kebanyakan alasan yang muncul, kata dia, perasaan kurang nyaman ketika menggunakan APD saat bekerja, dan juga kesadaran akan manfaat penggunaan APD yang masih kurang pada pekerja.
Justru itu, perlu disosialisasikan pada setiap pekerja manfaat dari penerapan K3. "Bagi pekerja di sektor informal sangat dibutuhkan perhatian serius agar upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja dapat diterapkan," ujarnya.
Apalagi, pembuatan batu bata merupakan salah satu industri informal atau rumah tangga yang dimiliki perorangan atau non pemerintah yang banyak dijumpai di berbagai daerah, termasuk di Nagari Sarilamak Kabupaten Limapuluh Kota Provinsi Sumatera Barat.
Ia mengungkapkan, sikap kerja dalam melakukan proses produksi batu bata juga dapat menimbulkan gangguan nyeri tulang punggung belakang seperti gangguan musculoskeletal.
Oleh karena itu, Tim Pengabdian Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas yang diketuai oleh Fea Firdani, MKM beserta tim dari dosen dan mahasiswa bidang ilmu K3KL FKM Unand yaitu Intan Sahara Kusuma, Dwina Aulia Putri, dkk melaksanakan kegiatan pengabdian dari Mei hingga Juni 2024.
Kegiatan dimulai dengan observasi untuk mengetahui dengan proses kerja dan mengidentifikasi potensi bahaya yang dapat berdampak pada kesehatan dan keselamatan pada pekerja Batu Bata.
Kemudian dilanjutkan dengan pemberian edukasi prilaku aman dalam bekerja serta pemberian alat pelindung diri bagi pekerja Batu Bata di Kenagarian Sarilamak Kabupaten Limapuluh Kota.*