Padang (ANTARA) - Pengunjung lantai Tiga Gramedia Padang Damar, Provinsi Sumatera Barat membludak, umumnya oleh anak-anak muda, bukan untuk membeli buku tetapi bincang dengan penulis Novel "Dompet Ayah Sepatu Ibu" J.S Khairen.
Suasana kian meriah karena para penulis muda dan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi itu, juga sekaligus bisa bertatapan muka langsung dengan dua novelis muda asal Ranah Minang, Selasa sore.
Dua novelis yang telah menerbitkan belasan karya Best Seller yang digemari Gen Z itu, yakni JS.Khairen dan Boy Chandra.
Antusias ratusan penggemarnya yang hadir terlihat ruang penuh sesak, bahkan rela berdiri ditangga naik lantai tiga toko buku modern di Padang itu.
Selain itu, bertubi-tubi pertanyaan dari peserta yang umumnya mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi itu kepada dua novelis.
Di antara pertanyaan muncul seputar kiat-kiat bagaimana menulis novel, mengatur waktu untuk bisa konsisten menulis.
Selain itu, bagaimana naskah tulisan bisa menembus penerbit. Ada juga yang menanyakan dalam tulisan tidak mengambang dan rileks bagi pembaca, serta apa cita-cita novelis.
Penulis Novel "Dompet Ayah Sepatu Ibu" dengan kocaknya menjawab pertanyaan pertanyaan peserta. Mulai JS. Khairen menceritakan mula hadirnya karya perdananya.
Ia menyebutkan tidak begitu bagus bagus amat bahasa di dalam naskah tersebut. Namanya saja perdana menulis naskah.
Ia menyebutkan, ingin tulis ulang naskah novel perdananya agar membuat tulisan lebih baik.
Menurut pria dua anak itu, bagi yang ingin menulis naskah jangan berpikir dulu bagaimana bahasa bagus. Dan tak perlu juga diksi diksi yang terlalu berat dan tinggi dalam naskah. Mulai sajalah dengan sudut pandang yang berbeda dengan orang lain.
Sementara itu, Boy Chandra menyampaikan, sebagai seorang penulis coba belajar memahami selera orang lain, artinya selera pembaca agar tulisan yang dihasilkan dapat meminimalisir keakuan dalam sebuah naskah.
Kemudian berkaitan menghasilkan bahasa yang ringan dalam sebuah naskah novel, tentu membutuhkan jam terbang. Seberapa banyak naskah yang telah dihasilkan. Bagi pemula tidak mesti dipikirkan bagian itu dulu, mulai saja lahirkan naskah.
Menurut Boy, melahirkan naskah yang punya diksi memang dapat membuat pembaca suka dan senang membaca karya kita, tapi butuh latihan.
Selain itu, agar mudah dalam menulis naskah untuk suatu karya novel misalnya, selain dari membiasakan membaca tetapi tak kala pentingnya membiasakan berpikir yang tertutur dalam keseharian.
Kebiasaan demikian dalam keseharian sudah dibiasakan, maka akan tercermin di saat membuat atau menulis naskah.
"Sebenarnya bagi penulis asal Minang ada keistimewaan kerena diksi bahasa minang, ada kedekatan dengan bahasa Indonesia,"ujarnya.*
Suasana kian meriah karena para penulis muda dan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi itu, juga sekaligus bisa bertatapan muka langsung dengan dua novelis muda asal Ranah Minang, Selasa sore.
Dua novelis yang telah menerbitkan belasan karya Best Seller yang digemari Gen Z itu, yakni JS.Khairen dan Boy Chandra.
Antusias ratusan penggemarnya yang hadir terlihat ruang penuh sesak, bahkan rela berdiri ditangga naik lantai tiga toko buku modern di Padang itu.
Selain itu, bertubi-tubi pertanyaan dari peserta yang umumnya mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi itu kepada dua novelis.
Di antara pertanyaan muncul seputar kiat-kiat bagaimana menulis novel, mengatur waktu untuk bisa konsisten menulis.
Selain itu, bagaimana naskah tulisan bisa menembus penerbit. Ada juga yang menanyakan dalam tulisan tidak mengambang dan rileks bagi pembaca, serta apa cita-cita novelis.
Penulis Novel "Dompet Ayah Sepatu Ibu" dengan kocaknya menjawab pertanyaan pertanyaan peserta. Mulai JS. Khairen menceritakan mula hadirnya karya perdananya.
Ia menyebutkan tidak begitu bagus bagus amat bahasa di dalam naskah tersebut. Namanya saja perdana menulis naskah.
Ia menyebutkan, ingin tulis ulang naskah novel perdananya agar membuat tulisan lebih baik.
Menurut pria dua anak itu, bagi yang ingin menulis naskah jangan berpikir dulu bagaimana bahasa bagus. Dan tak perlu juga diksi diksi yang terlalu berat dan tinggi dalam naskah. Mulai sajalah dengan sudut pandang yang berbeda dengan orang lain.
Sementara itu, Boy Chandra menyampaikan, sebagai seorang penulis coba belajar memahami selera orang lain, artinya selera pembaca agar tulisan yang dihasilkan dapat meminimalisir keakuan dalam sebuah naskah.
Kemudian berkaitan menghasilkan bahasa yang ringan dalam sebuah naskah novel, tentu membutuhkan jam terbang. Seberapa banyak naskah yang telah dihasilkan. Bagi pemula tidak mesti dipikirkan bagian itu dulu, mulai saja lahirkan naskah.
Menurut Boy, melahirkan naskah yang punya diksi memang dapat membuat pembaca suka dan senang membaca karya kita, tapi butuh latihan.
Selain itu, agar mudah dalam menulis naskah untuk suatu karya novel misalnya, selain dari membiasakan membaca tetapi tak kala pentingnya membiasakan berpikir yang tertutur dalam keseharian.
Kebiasaan demikian dalam keseharian sudah dibiasakan, maka akan tercermin di saat membuat atau menulis naskah.
"Sebenarnya bagi penulis asal Minang ada keistimewaan kerena diksi bahasa minang, ada kedekatan dengan bahasa Indonesia,"ujarnya.*