Padang (ANTARA) - Guna mendukung pemerintah dalam mengatasi persoalan sampah Kota Padang yang terus menumpuk, PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Sumatera Barat bersama mitra binaannya, yaitu Bank Sampah Pasie Nan Tigo dan MinaGot Sumbar, lakukan transformasi sampah dengan mengolahnya menjadi barang berdaya guna sehingga sampah benar-benar menjadi zero waste sebagai aksi nyata peduli lingkungan.
Hal tersebut terlihat jelas setelah aksi bersih-bersih Pantai Cimpago Kota Padang pada 5 Juni 2024 lalu, bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang berhasil mengumpulkan sebanyak 1,2 ton sampah bersama ratusan volunter. Sampah ini diolah menjadi barang produktif oleh masing- masing mitra sesuai dengan kategori sampahnya.
General Manager PLN UID Sumbar, Eric Rossi Priyo Nugroho, menyampaikan bahwa PLN secara nyata terus membuktikan komitmennya terhadap kelestarian lingkungan. Demi mencapai tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), PLN mencanangkan program yang berbasis pada Creating Shared Value (CSV), yakni dalam berbisnis juga memperhatikan masalah dan kebutuhan sosial lingkungan.
“Sampah yang terkumpul dilakukan pemilahan menjadi organik dan anorganik. Dari situ, sampah tersebut akan diolah menjadi barang berdaya guna bersama mitra binaan PLN, sehingga sampah ini benar-benar menjadi zero waste, serta memiliki manfaat dan nilai ekonomis,” ujarnya.
Eric optimis pengolahan sampah ini bisa menyelesaikan solusi penumpukan sampah Kota Padang hingga 60 persen bila terus ditingkatkan bersama. Seperti saat ini, sampah anorganik yang diolah berhasil menjadi furniture, kerajinan, ecobrick, tas, dan dompet oleh Bank Sampah Pasie Nan Tigo sebagai kelompok daur ulang sampah.
Sedangkan sampah organik diolah menjadi pupuk dan pakan ternak oleh MinaGot Sumbar, kelompok usaha budidaya maggot Black Soldier Fly (BSF) yang memiliki nilai ekonomis sebagai alternatif pakan ternak.
Tak hanya itu, kedua mitra binaan PLN yang pernah mendapat anugerah CSR Award kategori lingkungan ini telah menjalankan pengolahan sampah organik dan anorganik sejak tahun 2020. Kegiatan ini mendatangkan banyak manfaat dari sisi keekonomian, seperti memiliki omzet rata-rata 4-5 juta rupiah per bulan dari pengolahan sampah menjadi barang berguna yang digunakan oleh banyak masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Ketua Pengelola Kelompok Usaha Bersama (KUB) Bank Sampah Unit Pasie Nan Tigo, Maivita, menyatakan bahwa proses pengolahan sampah memiliki beberapa tahap sehingga benar-benar higienis dan aman ketika digunakan kembali oleh masyarakat.
“Hasil sampah yang telah dipilah, baik organik maupun anorganik, akan kami proses secara bertahap seperti pembersihan, pemotongan, hingga pengeringan sehingga menjadi barang berdaya guna yang bisa digunakan masyarakat. Jadi, semuanya dalam budidaya sampah ini bisa bermanfaat. Volume sampah yang terolah semakin meningkat, kesehatan dan keselamatan lingkungan juga meningkat,” jelas Maivita.
Maivita juga menambahkan, dengan adanya bank sampah seperti ini, sudah banyak masyarakat yang memahami dan berpartisipasi pada kelompoknya menjaga lingkungan sekaligus merasakan edukasi 3R (reduce, reuse, recycle) serta manfaat ekonomis dari pengumpulan dan pemilahan sampah.
Hal tersebut terlihat jelas setelah aksi bersih-bersih Pantai Cimpago Kota Padang pada 5 Juni 2024 lalu, bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang berhasil mengumpulkan sebanyak 1,2 ton sampah bersama ratusan volunter. Sampah ini diolah menjadi barang produktif oleh masing- masing mitra sesuai dengan kategori sampahnya.
General Manager PLN UID Sumbar, Eric Rossi Priyo Nugroho, menyampaikan bahwa PLN secara nyata terus membuktikan komitmennya terhadap kelestarian lingkungan. Demi mencapai tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), PLN mencanangkan program yang berbasis pada Creating Shared Value (CSV), yakni dalam berbisnis juga memperhatikan masalah dan kebutuhan sosial lingkungan.
“Sampah yang terkumpul dilakukan pemilahan menjadi organik dan anorganik. Dari situ, sampah tersebut akan diolah menjadi barang berdaya guna bersama mitra binaan PLN, sehingga sampah ini benar-benar menjadi zero waste, serta memiliki manfaat dan nilai ekonomis,” ujarnya.
Eric optimis pengolahan sampah ini bisa menyelesaikan solusi penumpukan sampah Kota Padang hingga 60 persen bila terus ditingkatkan bersama. Seperti saat ini, sampah anorganik yang diolah berhasil menjadi furniture, kerajinan, ecobrick, tas, dan dompet oleh Bank Sampah Pasie Nan Tigo sebagai kelompok daur ulang sampah.
Sedangkan sampah organik diolah menjadi pupuk dan pakan ternak oleh MinaGot Sumbar, kelompok usaha budidaya maggot Black Soldier Fly (BSF) yang memiliki nilai ekonomis sebagai alternatif pakan ternak.
Tak hanya itu, kedua mitra binaan PLN yang pernah mendapat anugerah CSR Award kategori lingkungan ini telah menjalankan pengolahan sampah organik dan anorganik sejak tahun 2020. Kegiatan ini mendatangkan banyak manfaat dari sisi keekonomian, seperti memiliki omzet rata-rata 4-5 juta rupiah per bulan dari pengolahan sampah menjadi barang berguna yang digunakan oleh banyak masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Ketua Pengelola Kelompok Usaha Bersama (KUB) Bank Sampah Unit Pasie Nan Tigo, Maivita, menyatakan bahwa proses pengolahan sampah memiliki beberapa tahap sehingga benar-benar higienis dan aman ketika digunakan kembali oleh masyarakat.
“Hasil sampah yang telah dipilah, baik organik maupun anorganik, akan kami proses secara bertahap seperti pembersihan, pemotongan, hingga pengeringan sehingga menjadi barang berdaya guna yang bisa digunakan masyarakat. Jadi, semuanya dalam budidaya sampah ini bisa bermanfaat. Volume sampah yang terolah semakin meningkat, kesehatan dan keselamatan lingkungan juga meningkat,” jelas Maivita.
Maivita juga menambahkan, dengan adanya bank sampah seperti ini, sudah banyak masyarakat yang memahami dan berpartisipasi pada kelompoknya menjaga lingkungan sekaligus merasakan edukasi 3R (reduce, reuse, recycle) serta manfaat ekonomis dari pengumpulan dan pemilahan sampah.