Solok (ANTARA) - Bupati Solok Epyardi Asda mengajak seluruh komponen untuk bersinergi melawan peredaran narkoba yang saat ini tengah terjadi peningkatan angka penyalahgunaan barang haram tersebut pada 28 nagari (desa) Kabupaten Solok, Sumatera Barat (Sumbar).
"Dalam upaya memerangi narkoba ini, karena bagi saya ini merupakan kasus yang exstraordinary (luar biasa), maka menghadapinya juga harus dengan cara yang extraordinary, harus tuntas dan tidak boleh tanggung-tanggung," kata Bupati Solok Epyardi Asda di Solok, Sabtu.
Menurutnya, cara menghadapi persoalan tersebut perlu kerja sama seluruh pihak supaya bersinergi dalam memerangi narkoba. Selain itu, kata dia perlu dikuatkan lagi peranan tiga tungku sejarangan yakni peran ninik mamak, alim ulama, dan cerdik pandai di daerah itu.
Salah satunya mengembalikan peranan ninik mamak dalam membina anak kemenakan sehingga tidak terjerumus ke hal-hal yang demikian.
"Bahaya penyalahgunaan narkoba telah masuk ke nagari kita, sehingga memang memerlukan ketegasan dan peran serta kita bersama dalam memeranginya," ujarnya.
Selain itu, Pemkab Solok akan membentuk Satgas Narkoba di tingkat nagari dengan memberdayakan parik paga dalam nagari/pemuda. Nagari tersebut yang nantinya diberikan penghargaan atas bantuan menyelesaikan kasus narkoba di tingkat nagari.
Lebih jauh ia mengatakan saat ini di Kabupaten Solok tengah terjadi peningkatan angka penyalahgunaan narkoba, dimana terdapat 28 nagari yang saat ini dalam status bahaya.
"Sebagai Bupati Solok, saya merasa prihatin dan sedih. Semoga hal ini tidak berkembang lebih jauh lagi bagi anak-anak generasi muda kita," katanya.
Ia mengatakan pengaruh narkoba sangat besar bagi para pemakainya, ibarat mendapatkan tiket one way, sekali mendapatkan itu maka sudah sulit, bahkan tidak mungkin lagi untuk kembali normal seperti biasa.
"Sebagaimana gambaran yang diberikan BNN Sumbar, dimana dari 100 orang pengguna yang direhabilitasi, sebanyak 80 orang kembali menggunakannya lagi," ujarnya.
Selain itu, kata Epyardi, dalam pemberantasan narkoba tentu juga harus dimulai dari diri sendiri terlebih dahulu. Untuk itu ia memerintahkan para ASN, pegawai pemerintah, perangkat dan wali nagari melaksanakan tes narkoba.
Kepala BNNP Sumbar Brigjen Pol Ricky Yanuarfi mengapresiasi Bupati Solok atas respon cepatnya. "Bahkan hanya dengan via telepon saja, kita meminta izin untuk mengumpulkan 28 wali nagari yang wilayahnya dalam status bahaya narkoba. Alhamdulillah, direspon positif oleh Bupati Solok dengan mengumpulkan seluruh wali nagari lengkap dengan ninik mamak," katanya.
Ia turut prihatin karena dulunya Sumbar hanya sebagai jalur peredaran narkoba, sekarang sudah menjadi daerah yang mengalami peningkatan kasus penyalahgunaan narkoba.
"Bahkan setelah ditelaah hanya dari jenis sabu saja bisa mencapai dua kilogram per minggu dan delapan kilogram per bulan. Untuk itu memang perlu langkah yang extraordinary juga untuk menghadapinya," ujar dia.