Solok (ANTARA) - Angka prevalensi stunting di Kabupaten Solok, Sumatera Barat pada tahun 2023 mencapai 12,11 persen, melebihi target yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Solok 2021-2026.
Kepala Bapelitbang Kabupaten Solok Desmalia Ramadanur di Padang, Rabu mengatakan angka prevalensi stunting tersebut berdasarkan aplikasi elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) yang merupakan pencatatan dan pelaporan berbasis masyarakat dengan teknologi elektronik.
"Berdasarkan data e-PPGBM bahkan menunjukkan angka prevalensi stunting Kabupaten Solok mencapai 12,11 persen, melebihi target yang telah ditetapkan dalam RPJMD Kabupaten Solok 2021-2026 untuk tahun tersebut," katanya.
Hal itu disampaikan Desmalia saat mengunjungi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sumatera Barat dalam rangka mengikuti penilaian kinerja percepatan penurunan stunting tahun 2024 tingkat Sumbar.
Dalam kegiatan tersebut Desmalia juga didampingi oleh Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Solok lainnya seperti Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Teta Midra, Kepala DPPKBP3A Kabupaten Solok Maryeti Marwazi, Kepala Dinas Sosial Muliadi Marcos dan Sekretaris Dinas Kesehatan Adriani.
Ia bersama Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Solok serta dengan berbagai pihak terkait lainnya berharap prevalensi stunting di daerah itu agar lebih baik lagi pada tahun 2024 ini.
Desmalia juga menyebutkan berdasarkan hasil survei Kementerian Kesehatan dari 2021 hingga 2023 menunjukkan bahwa Kabupaten Solok berhasil mengurangi angka stunting sebanyak 14,7 persen.
"Penurunan ini menunjukkan kinerja positif Pemerintah Kabupaten Solok dalam upaya percepatan penurunan stunting," katanya.
Menurutnya, keberhasilan tersebut tidak terlepas dari kerja keras dan kerja sama yang solid antara berbagai pihak terkait, serta program-program yang terencana dengan baik dan dilaksanakan dengan penuh komitmen.
"Hal ini membuktikan bahwa dengan tekad dan upaya bersama, masalah serius seperti stunting dapat diatasi secara signifikan," katanya.
Selain itu, kesuksesan Kabupaten Solok dalam menanggulangi stunting menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk mengadopsi strategi yang sama dalam memerangi masalah kesehatan yang kompleks ini.
"Semoga prestasi ini menjadi motivasi bagi semua pihak untuk terus bergerak maju dalam menciptakan masa depan yang lebih sehat dan berkelanjutan bagi generasi mendatang," ucapnya.
Kepala Bapelitbang Kabupaten Solok Desmalia Ramadanur di Padang, Rabu mengatakan angka prevalensi stunting tersebut berdasarkan aplikasi elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) yang merupakan pencatatan dan pelaporan berbasis masyarakat dengan teknologi elektronik.
"Berdasarkan data e-PPGBM bahkan menunjukkan angka prevalensi stunting Kabupaten Solok mencapai 12,11 persen, melebihi target yang telah ditetapkan dalam RPJMD Kabupaten Solok 2021-2026 untuk tahun tersebut," katanya.
Hal itu disampaikan Desmalia saat mengunjungi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sumatera Barat dalam rangka mengikuti penilaian kinerja percepatan penurunan stunting tahun 2024 tingkat Sumbar.
Dalam kegiatan tersebut Desmalia juga didampingi oleh Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Solok lainnya seperti Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Teta Midra, Kepala DPPKBP3A Kabupaten Solok Maryeti Marwazi, Kepala Dinas Sosial Muliadi Marcos dan Sekretaris Dinas Kesehatan Adriani.
Ia bersama Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Solok serta dengan berbagai pihak terkait lainnya berharap prevalensi stunting di daerah itu agar lebih baik lagi pada tahun 2024 ini.
Desmalia juga menyebutkan berdasarkan hasil survei Kementerian Kesehatan dari 2021 hingga 2023 menunjukkan bahwa Kabupaten Solok berhasil mengurangi angka stunting sebanyak 14,7 persen.
"Penurunan ini menunjukkan kinerja positif Pemerintah Kabupaten Solok dalam upaya percepatan penurunan stunting," katanya.
Menurutnya, keberhasilan tersebut tidak terlepas dari kerja keras dan kerja sama yang solid antara berbagai pihak terkait, serta program-program yang terencana dengan baik dan dilaksanakan dengan penuh komitmen.
"Hal ini membuktikan bahwa dengan tekad dan upaya bersama, masalah serius seperti stunting dapat diatasi secara signifikan," katanya.
Selain itu, kesuksesan Kabupaten Solok dalam menanggulangi stunting menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk mengadopsi strategi yang sama dalam memerangi masalah kesehatan yang kompleks ini.
"Semoga prestasi ini menjadi motivasi bagi semua pihak untuk terus bergerak maju dalam menciptakan masa depan yang lebih sehat dan berkelanjutan bagi generasi mendatang," ucapnya.