Pulau Punjung (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat (Sumbar) mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos yang dapat dimanfaatkan sebagai media tanam dan penyubur tanaman.
"Pembuatan pupuk kompos ini juga sebagai edukasi ke masyarakat untuk memanfaatkan sampah menjadi barang yang berguna dan mengurangi sampah yang ada di Dharmasraya," kata Kepala DLH Dharmasraya, Budi Waluyo, di Pulau Punjung, Kamis.
Menurut dia untuk tahap awal pihak DLH mempekerjakan empat orang pekerja dalam proses pengolahan pupuk kompos. Sebelum dibuat kompos, proses yang dilakukan adalah pemilahan, pencacahan, dan selanjutnya proses pengomposan.
"Saat ini hasil pupuk kompos kita sudah mencapai satu ton. Ke depan pengolahanya akan dimaksimalkan lagi," ujarnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos diharapkan menjadi solusi dari menumpuknya sampah di TPA, sekaligus dapat membantu petani mengatasi mahalnya harga pupuk.
Adapun bahan baku pembuatan kompos berasal dari sampah rumah tangga seperti sayur-sayuran, buah-buahan, daun pisang, kulit jengkol, dan bongkol pisang, kata dia.
"Serta berbagai sampah organik berasal masyarakat," ujarnya.
Ia menambahkan hasil dari pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos yang dikolola DLH dapat menjadi sumber pendapatan asli daerah PAD dari sektor sampah.
Sementara, seorang petani cabai Sukri mengemukakan cukup terbantu dengan adanya produksi kompos oleh DLH. Ia berharap produksi pupuk kompos terus bertambah karena akan dibutuhkan banyak petani.
"Ini sangat membantu saya sebagian petani musiman. Biasanya kita tergantung pupuk buatan, sekarang sudah dengan kompos yang tentunya dengan harga yang relationship terjangkau," ujarnya.
"Pembuatan pupuk kompos ini juga sebagai edukasi ke masyarakat untuk memanfaatkan sampah menjadi barang yang berguna dan mengurangi sampah yang ada di Dharmasraya," kata Kepala DLH Dharmasraya, Budi Waluyo, di Pulau Punjung, Kamis.
Menurut dia untuk tahap awal pihak DLH mempekerjakan empat orang pekerja dalam proses pengolahan pupuk kompos. Sebelum dibuat kompos, proses yang dilakukan adalah pemilahan, pencacahan, dan selanjutnya proses pengomposan.
"Saat ini hasil pupuk kompos kita sudah mencapai satu ton. Ke depan pengolahanya akan dimaksimalkan lagi," ujarnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos diharapkan menjadi solusi dari menumpuknya sampah di TPA, sekaligus dapat membantu petani mengatasi mahalnya harga pupuk.
Adapun bahan baku pembuatan kompos berasal dari sampah rumah tangga seperti sayur-sayuran, buah-buahan, daun pisang, kulit jengkol, dan bongkol pisang, kata dia.
"Serta berbagai sampah organik berasal masyarakat," ujarnya.
Ia menambahkan hasil dari pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos yang dikolola DLH dapat menjadi sumber pendapatan asli daerah PAD dari sektor sampah.
Sementara, seorang petani cabai Sukri mengemukakan cukup terbantu dengan adanya produksi kompos oleh DLH. Ia berharap produksi pupuk kompos terus bertambah karena akan dibutuhkan banyak petani.
"Ini sangat membantu saya sebagian petani musiman. Biasanya kita tergantung pupuk buatan, sekarang sudah dengan kompos yang tentunya dengan harga yang relationship terjangkau," ujarnya.