Padang (ANTARA) -
Saat ini anak dengan usia di bawah dua tahun (Baduta) merupakan kelompok rentan gizi yang dapat menentukan kualitas hidup di masa yang akan datang, sehingga pemenuhan nutrisinya perlu dioptimalkan.
 
Induk kesehatan dunia dan induk perlindungan anak WHO serta UNICEF telah merekomendasikan beberapa upaya untuk mengoptimalisasi pemenuhan kebutuhan gizi tersebut antara lain pemberian ASI secara ekslusif hingga enam bulan serta memberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) mulai usia enam bulan.
 
Meskipun pemberian MP-ASI itu amat penting namun banyak orang tua kelompok Baduta belum mengetahui dan memahami pentingnya pemenuhan nutrisi tersebut. Akibatnya kasus kurangnya gizi pada anak Baduta dan balita seperti stunting terus bertambah.
 
Sebagai langkah untuk menekan kejadian gizi buruk tersebut tentunya diperlukan upaya peningkatan pengetahuan dan pemahaman dari orang tua tentang pemenuhan MP-ASI tersebut.
 
Inilah yang menjadi latar belakang Tim Pengabdian Masyarakat Kebidanan Unbrah melakukan edukasi sekaligus pelatihan pembuatan MP-ASI dari pangan lokal bagi Ibu Kader Posyandu dan Ibu Baduta di desa binaan Unbrah Kelurahan Aie Pacah Padang.
 
Tim Pengabdian Masyarakat ini terdiri atas Vitri Yuli Afni Amran, Putri Engla Pasalina, Nirmala Sari dan Hendri Devita, 4 orang mahasiswa dari Prodi Kebidanan. Tim tersebut turun langsung ke lapangan dan memberikan pelatihan serta arahan tentang membuat MP-ASI dari bahan yang mudah didapatkan pada lokasi tersebut.
 
Kegiatan yang dilaksanakan pada Jumat 27 Oktober 2023, bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang pembuatan MP-ASI bagi ibu yang memiliki bayi berumur 6 bulan hingga dua tahun sehingga dapat mengantisipasi sejak dini kemungkinan tidak terpenuhinya nutrisi.
Tim Pengabdian Masyarakat Kebidanan Unbrah melakukan edukasi sekaligus pelatihan pembuatan MP-ASI dari pangan lokal. (ANTARA/ist)
Hal ini diprioritaskan mengingat adanya temuan pada desa binaan tersebut 20 anak yang mengalami gejala stunting dikarenakan masih terjadinya disinformasi di kalangan kader posyandu setempat.
 
Akibatnya ibu baduta gagap dalam menentukan bentuk MP-ASI meskipun dalam kedisiplinan pengisian Buku Kartu Menuju Sehat (KMS) dianggap optimal oleh kader tersebut. 
 
Kegiatan ini dilaksanakan dengan beberapa tahapan diantaranya mensosialisasikan dan memberikan pelatihan pembuatan MP ASI berbasis pangan lokal. Sasaran yang mengikuti kegiatan ini adalah kader sebanyak 10 orang dan ibu yang memiliki baduta sebanyak 10 orang dimana 8 diantaranya merupakan ibu yang memiliki anak beresiko stunting. 
 
Pada tahapan pertama tim pengabdian memberikan edukasi tentang bahan pangan berbasis lokal serta komposisi kebutuhan MP ASI berdasarkan usia anak. Selanjutnya, pada tahapan kedua ibu diminta untuk menyiapkan bahan pangan yang akan dibuat MP ASI dan pengelolaan berdasarkan buku resep yang diberikan. 
 
MP ASI dibuat oleh para kader dan ibu beresiko stunting pada 10 lokasi posyandu dan hasil pengelolaan MP ASI diperlombakan berdasarkan pada komposisi bahan MP ASI yang digunakan, cara pengelolaan bahan makanan dan penyajian bahan makanan sesuai usia baduta. 
Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan kader serta ibu yang memiliki baduta dalam melakukan pengelolaan makanan yang tepat untuk optimalisasi tumbuh kembang anak.  *
 
 

Pewarta : Tim Pengabdian Kepada Masyarakat Kebidanan Unbrah
Editor : Miko Elfisha
Copyright © ANTARA 2024