Solok (ANTARA) - Salah seorang petani bawang merah Yanti (40) di sentra produksi Desa Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat mengkreasikan bawang merah hasil panen di ladangnya menjadi bawang kepang oleh-oleh khas daerah itu yang paling banyak diminati wisatawan.
"Saya dan suami termasuk salah satu dari sekian banyaknya petani di daerah ini galau akibat murahnya harga bawang yang sudah berlangsung sejak lama," kata Yanti di Alahan Panjang, Senin.
Ia menyebutkan sampai saat ini harga tanaman bawang masih anjlok.
Bahkan bawang merah untuk ukuran paling besar dan sudah dibersihkan hanya terjual Rp12 ribu per kilogram dari harga sebelumnya Rp30 ribu per kilogram di tingkat petani.
"Itu pun untuk penjualannya sangat sulit. Bahkan ada bawang yang sudah panen dibiarkan berminggu-minggu di tempat pengeringannya karena tidak satu pun tauke yang menawar," kata dia.
Hal itu pun juga dirasakan oleh Yanti dan hampir saja membuatnya putus asa. Bawang miliknya bahkan sudah kering sempurna di tempat pengeringan namun tak kunjung ada yang membeli.
"Alhamdulillah rumah saya berdekatan dengan objek wisata vila kayu putih. Akhirnya muncul ide untuk menjual bawang merah dalam bentuk unik, yakni mengepang daunnya seperti kepangan rambut ke pengunjung vila," ucap dia.
Ternyata ide Yanti membuahkan hasil. Bawang merah kepang miliknya paling banyak diminati wisatawan yang datang.
Bawang merah yang sebelumnya tidak berharga kini terjual Rp23 ribu per kepang dengan berat 1 kilogram. Bawang kepang tersebut paling banyak diminati. Karena dijadikan sebagai oleh-oleh khas Alahan Panjang bagi wisatawan.
"Dulu sewaktu harga bawang masih stabil pernah juga menjual bawang kepang. Tapi hanya sekadar coba-coba," kata Yanti.
Namun sekarang hampir semua bawang hasil panennya dijual dalam bentuk kepang. Ia mengaku paling banyak menjual bawang kepang pada Minggu kemarin karena pengunjung objek wisata vila kayu putih sangat ramai.
"Minggu kemarin paling banyak penjualan mencapai Rp1,7 juta per hari. Dan bawang yang paling banyak diminati memang bawang merah kepang. Biasanya kalau cukup ramai lumayan juga penjualan mencapai Rp700 ribu sampai Rp800 ribu per hari," kata dia.
Menurut Yanti peluang usaha bawang merah kepang untuk daerah Alahan Panjang atau Kecamatan Lembah Gumanti sangat menjanjikan. Apa lagi Lembah Gumanti terkenal dengan daerahnya yang memiliki beragam objek wisata.
"Bawang merah kepang juga bisa dijadikan oleh-oleh khas Alahan Panjang. Coba kalau bisa diisi di setiap objek wisata yang ada di Alahan Panjang. Tentu ini akan menjadikan bawang merah dengan daya jual yang bernilai tinggi. Sekalipun harga anjlok petani tidak akan semenjerit ini," kata dia.
Yanti berharap kepada pemerintah setempat untuk membantu para petani memberikan solusi dalam menyikapi harga tanaman bawang merah yang semakin anjlok.
"Saya dan suami termasuk salah satu dari sekian banyaknya petani di daerah ini galau akibat murahnya harga bawang yang sudah berlangsung sejak lama," kata Yanti di Alahan Panjang, Senin.
Ia menyebutkan sampai saat ini harga tanaman bawang masih anjlok.
Bahkan bawang merah untuk ukuran paling besar dan sudah dibersihkan hanya terjual Rp12 ribu per kilogram dari harga sebelumnya Rp30 ribu per kilogram di tingkat petani.
"Itu pun untuk penjualannya sangat sulit. Bahkan ada bawang yang sudah panen dibiarkan berminggu-minggu di tempat pengeringannya karena tidak satu pun tauke yang menawar," kata dia.
Hal itu pun juga dirasakan oleh Yanti dan hampir saja membuatnya putus asa. Bawang miliknya bahkan sudah kering sempurna di tempat pengeringan namun tak kunjung ada yang membeli.
"Alhamdulillah rumah saya berdekatan dengan objek wisata vila kayu putih. Akhirnya muncul ide untuk menjual bawang merah dalam bentuk unik, yakni mengepang daunnya seperti kepangan rambut ke pengunjung vila," ucap dia.
Ternyata ide Yanti membuahkan hasil. Bawang merah kepang miliknya paling banyak diminati wisatawan yang datang.
Bawang merah yang sebelumnya tidak berharga kini terjual Rp23 ribu per kepang dengan berat 1 kilogram. Bawang kepang tersebut paling banyak diminati. Karena dijadikan sebagai oleh-oleh khas Alahan Panjang bagi wisatawan.
"Dulu sewaktu harga bawang masih stabil pernah juga menjual bawang kepang. Tapi hanya sekadar coba-coba," kata Yanti.
Namun sekarang hampir semua bawang hasil panennya dijual dalam bentuk kepang. Ia mengaku paling banyak menjual bawang kepang pada Minggu kemarin karena pengunjung objek wisata vila kayu putih sangat ramai.
"Minggu kemarin paling banyak penjualan mencapai Rp1,7 juta per hari. Dan bawang yang paling banyak diminati memang bawang merah kepang. Biasanya kalau cukup ramai lumayan juga penjualan mencapai Rp700 ribu sampai Rp800 ribu per hari," kata dia.
Menurut Yanti peluang usaha bawang merah kepang untuk daerah Alahan Panjang atau Kecamatan Lembah Gumanti sangat menjanjikan. Apa lagi Lembah Gumanti terkenal dengan daerahnya yang memiliki beragam objek wisata.
"Bawang merah kepang juga bisa dijadikan oleh-oleh khas Alahan Panjang. Coba kalau bisa diisi di setiap objek wisata yang ada di Alahan Panjang. Tentu ini akan menjadikan bawang merah dengan daya jual yang bernilai tinggi. Sekalipun harga anjlok petani tidak akan semenjerit ini," kata dia.
Yanti berharap kepada pemerintah setempat untuk membantu para petani memberikan solusi dalam menyikapi harga tanaman bawang merah yang semakin anjlok.