Solok (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Solok melalui Dinas Pertanian Kabupaten Solok, Sumatera Barat meminta agar petani di daerah itu mengurangi penanaman komoditas bawang merah sebagai upaya mencegah terjadinya penurunan harga saat panen.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Solok Kenedy Hamzah di Solok, Kamis mengatakan saat ini yang perlu diperhatikan oleh para petani adalah melakukan antisipasi informasi jadwal tanam dari daerah lain sehingga tidak sama dengan jadwal tanam para petani di daerah kita.
"Artinya ada pengalihan komoditi dengan mengurangi luas tanam bawang merah untuk sementara bertujuan menjaga stabilitas harga," ujar dia.
Menurut Kenedy turunnya harga bawang merah disebabkan karena di daerah lain terjadi panen raya, sehingga berimbas pada masuknya produksi bawang dari daerah lain ke daerah kita serta ke daerah yang biasanya disuplai oleh petani Kabupaten Solok.
"Contohnya daerah Pekanbaru dan Batam yang biasanya kebutuhan bawang merah di daerah itu berasal dari Kabupaten Solok, kini juga menerima pasokan dari daerah Jawa," kata dia.
Salah seorang petani bawang merah Hendri (40) di sentra produksi Desa Alahan Panjang mengeluhkan harga bawang merah ukuran besar mengalami penurunan hanya Rp11ribu hingga Rp13 ribu per kilogram dari harga sebelumnya Rp25 ribu sampai Rp30 ribu per kilogram.
"Penurunan harga tersebut sudah berlangsung sejak lama," kata dia.
Lebih lanjut, ia menyebutkan harga sejumlah hasil pertanian lainnya berupa cabai merah masih stabil, yakni Rp30 ribu sampai Rp34 ribu per kilogram dan cabai hijau Rp18 ribu sampai Rp22 ribu per kilogram.
Sejumlah komoditas lainnya mengalami kenaikan harga berupa tanaman sayur-sayuran seperti wortel Rp7 ribu sampai Rp8 ribu per kilogram dari harga sebelumnya Rp5 ribu per kilogram.
Selain itu, harga tomat naik jadi Rp12 ribu dari Rp8 ribu per kilogram, seledri Rp13 ribu sampai Rp16 ribu per kilogram, dan kubis naik jadi Rp4 ribu per kilogram.
Hendri berharap harga bawang merah kembali naik. Karena saat ini hampir seluruh tanamannya didominasi oleh komoditas bawang merah.
"Kalau harga masih turun, tentu saya dan petani lainnya mengalami kerugian. Sementara untuk mengolah lahan pertanian selanjutnya membutuhkan biaya yang sangat besar," kata dia.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Solok Kenedy Hamzah di Solok, Kamis mengatakan saat ini yang perlu diperhatikan oleh para petani adalah melakukan antisipasi informasi jadwal tanam dari daerah lain sehingga tidak sama dengan jadwal tanam para petani di daerah kita.
"Artinya ada pengalihan komoditi dengan mengurangi luas tanam bawang merah untuk sementara bertujuan menjaga stabilitas harga," ujar dia.
Menurut Kenedy turunnya harga bawang merah disebabkan karena di daerah lain terjadi panen raya, sehingga berimbas pada masuknya produksi bawang dari daerah lain ke daerah kita serta ke daerah yang biasanya disuplai oleh petani Kabupaten Solok.
"Contohnya daerah Pekanbaru dan Batam yang biasanya kebutuhan bawang merah di daerah itu berasal dari Kabupaten Solok, kini juga menerima pasokan dari daerah Jawa," kata dia.
Salah seorang petani bawang merah Hendri (40) di sentra produksi Desa Alahan Panjang mengeluhkan harga bawang merah ukuran besar mengalami penurunan hanya Rp11ribu hingga Rp13 ribu per kilogram dari harga sebelumnya Rp25 ribu sampai Rp30 ribu per kilogram.
"Penurunan harga tersebut sudah berlangsung sejak lama," kata dia.
Lebih lanjut, ia menyebutkan harga sejumlah hasil pertanian lainnya berupa cabai merah masih stabil, yakni Rp30 ribu sampai Rp34 ribu per kilogram dan cabai hijau Rp18 ribu sampai Rp22 ribu per kilogram.
Sejumlah komoditas lainnya mengalami kenaikan harga berupa tanaman sayur-sayuran seperti wortel Rp7 ribu sampai Rp8 ribu per kilogram dari harga sebelumnya Rp5 ribu per kilogram.
Selain itu, harga tomat naik jadi Rp12 ribu dari Rp8 ribu per kilogram, seledri Rp13 ribu sampai Rp16 ribu per kilogram, dan kubis naik jadi Rp4 ribu per kilogram.
Hendri berharap harga bawang merah kembali naik. Karena saat ini hampir seluruh tanamannya didominasi oleh komoditas bawang merah.
"Kalau harga masih turun, tentu saya dan petani lainnya mengalami kerugian. Sementara untuk mengolah lahan pertanian selanjutnya membutuhkan biaya yang sangat besar," kata dia.