Solok (ANTARA) - Pondok Pesantren Warasatul Anbiya’ saat ini beralamat di Jalan Padang Ribu-Ribu RT 2 RW 6 Ampang Kualo, Kecamatan Tanjung Harapan, Kota Solok, Sumatera Barat.  

Pesantren tersebut telah berdiri sejak tahun 2008 silam. Sementara proses belajar mengajar (PBM) baru dilaksanakan pada tahun 2009 yang kala itu masih menumpang di SMA PGRI Sembilan Korong dengan serba keterbatasannya. 

"Jumlah santri pertama kita sebanyak 14 orang. Itu hanya bertahan tujuh orang samai tamat," kata Pimpinan Ponpes Waratsatul Anbiya Dalmarison saat diwawancarai di Solok, Selasa (1/8).

Hingga akhirnya, pada tahun 2015 silam Pondok Pesantren Warasatul Anbiya' itu dapat membeli tanah di kawasan Ampang Kualo. Kemudian di tahun 2016 bulan April baru mulai dilakukan pembangunan pesantren di daerah itu.  

Tahun 2017, tepatnya di bulan Juli telah selesai dilakukan pembangunan tahap pertama sehingga para santri bisa pindah ke pesantren tersebut untuk menikmati PBM di sekolah sendiri. 

Semenjak saat itu, pesantren tersebut  terus mengalami perkembangan. Bahkan termasuk jumlah santri yang tetus mengalami peningkatan dari tahun ke tahunnya. Hanya saja terkendala dengan keterbatasan tempat belajar. Sementara tahun ini hanya bisa menerima 150 orang santri padahal yang mendaftar mencapai 270 orang lebih.  

Murid yang paling jauh berasal dari luar daerah Sumbar, yakni Bengkulu, Batam, Jambi. Dari daerah Sumbar berapa dari Dharmasraya, Solok Selatan, dan daerah lainnya. sementara untuk jumlah murid terbanyak berasal dari daerah Kabupaten Solok. 

Pesantren ini berbasis salafiah dan memang berbeda dengan pesantren modern lainnya. Pesantren ini lebih mengarah ke pesantren tradisional serta lebih banyak belajar kitab kuning, kata Dalmarison. 

Belajar umum biasanya di Hari Senin sampai Selasa. Rabu siang sampai Sabtu belajar kitab kuning kalau malam hari Senin sampai Kamis belajar kitab. Selain itu, Sabtu juga diisi dengan kegiatan muhadarah, begitu pula dengan hari Minggu, setiap harinya selalu ada kegiatan.  

Kegiatan di pesantren sudah dimulai sejak jam 04.15 WIB mulai dari bangun tidur dan shalat tahajud kemudian dilanjutkan dengan shalat subuh berjamaah.  

Shalat lima waktu diwajibkan selalu berjamaah di pesantren. Selesai shalat subuh mereka langsung masuk lokal masing-masing sampai jam 06.30 WIB mereka mengikuti kegiatan tahfidz Quran.

Dilanjutkan dengan kultum sebentar bersama pimpinan pondok pesantren istirahat sebentar di Masjid langsung masuk ke lokal masing-masing jam 07.30 WIB dan setelah itu mereka mandi dan makan sampai pukul 08.00 WIB. 
  Mengenal lebih dekat Pondpes Warasatul Anbiya' di Kota Beras Serambi Madinah Solok (ANTARA/HO-Dokumen pribadi)
Senin seperti biasa diawali kegiatan upacara bendera, Selasa pidato bahasa Arab, Rabu pidato bahasa Inggris Kamis Asmaul Husna, Jumat pidato bahasa Indonesia dan hari Sabtu MSQ jam 08.00 langsung masuk lokal belajar sampai pukul 13.00 WIB.  

Beragam Kegiatan Ekstrakurikuler mengasah bakat santri 

Ada banyak kegiatan ekstrakurikuler yang bisa diikuti oleh anak-anak santri dan santriwati di lingkungan pesantren itu.  Diantaranya pada hari Senin ekstranya tahfidz Quran bagi yang berminat saja, hari Selasa kegiatan tialawatil Quran. Hari Rabu khusus ekstrakurikuler Qasidah rabana. 

"Pesantren memang tidak menekankan untuk tahfidz Quran tapi alhamdulillah anak-anak di sini banyak juga yang tamat dari pesantren yang menjadi tahfidz Quran bahkan sampai 14 juz Alhamdulillah kemarin ada lulus santriwan dan santriwati di pesantren ini yang lanjut kuliah ke Timur Tengah," kata pimpinan Pondpes di sana.

Berdasarkan seleksi Kota Solok Pesantren Warasatul Anbiya dinyatakan lulus tiga orang lanjut kuliah ke Timur Tengah dari total 25 orang  yang ikut seleksi. Bahkan juara 1, juara 2 dan juara 3 adalah anak-anak dari Warasatul Anbiya.

"Alhamdulillah setiap subuh kami selalu mengadakan setoran hafalan sampai jam 06.30 WIB," ujar dia. 

Hari-hari santri di Pondpes Warasatul Anbiya' selalu diisi dengan kegiatan yang positif dan bermanfaat. Setiap bakat santri pun disalurkan melalui kegiatan ekstrakurikuler sekolah.  

Telah mengukir banyak prestasi 

Banyak prestasi yang telah berhasil diraih oleh santriwan dan santriwati di pesantren Warasatul Anbiya yang telah berakreditasi A ini. Bahkan sudah mencapai tingkat nasional dari tahun 2014 dari Sumatera Barat meraih peringkat empat MTK.

2017 kembali mendapat juara empat setelah Agam Padang Pariaman dan Kota Solok mampu mengalahkan Kabupaten Padang Panjang dan Tanah Datar bahkan sampai ke tingkat nasional yaitu ke Jepara.
  Mengenal lebih dekat Pondpes Warasatul Anbiya' di Kota Beras Serambi Madinah Solok (ANTARA/HO-Dokumen pribadi)
 "Kami berharap ke depan banyak lagi prestasi yang harus ditorehkan," katanya. 

Kurangnya perhatian dari Pemda Setempat

Pimpinan Pondok Pesantren Warasatul Anbiya' itu sangat menyayangkan sekali akan kurangnya perhatian yang diberikan oleh pemerintah daerah setempat ke pondok pesantren mereka.  

Sementara, keberadaan pondok pesantren ini adalah sebagai jantungnya Kota Solok dalam mewujudkan visi dan misi pemerintah daerah yang hendak menjadikan kota itu sebagai Kota Beras Serambi Madinah yang madani.  

"Kami sangat menyayangkan sikap Pemda karena sekolah ini masih kurang mendapatkan perhatian dan dukungan dalam hal pembangunan," kata Dalmarison. 

Ia mengatakan perencanaan pesantren ke depannya sangat besar, yakni akan membuat pekarangan khusus untuk santriwati. Sehingga antara santriwan dan santriwati tidak tergabung.  
"Bantuan yang kita terima berupa BLK dari seorang anggota DPR RI. BLK ini juga sudah terakreditasi A," kata dia. 

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa pesantren ini juga mempunyai beragam usaha untuk menambah kas pesantren.  

"Karena mohon maaf Pemda kurang memberikan perhatian terhadap pesantren ini sehingga pesantren terus berupaya bagaimana caranya membangkitkan perekonomian dan keuangan di pesantren," katanya. 

Saat ini, usaha yang tengah digeluti pesantren berupa kedai kasur, depot air minum di Sungai Kalu. Sekarang juga membuka cabang depot air minum di Tanah Garam yang baru saja dikerjakan.

"Pesantren memang harus mandiri untuk meningkatkan keuangan karena kalau berharap dari bantuan pemerintah sudah bertahun-tahun lamanya mengharapkan tidak kunjung ada bantuan yang direalisasikan," ujar dia. 

Pesantren itu juga terus mengajukan proposal ke pemerintah daerah untuk pembuatan rusunawa. Namun tak juga kunjung direalisasikan. Bahkan karena keterbatasan anggaran saat ini, katanya terpaksa pembangunan kelas dibangun dengan bahan seadanya.  

"Setiap kelas hanya berbahan triplek," ucapnya.  

 

Pewarta : Rahmatul Laila
Editor : Siri Antoni
Copyright © ANTARA 2024