Padang (ANTARA) - Rektor Universitas Negeri Padang (UNP) Sumatera Barat, Prof Ganefri menyatakan kampus tersebut resmi miliki 92 guru besar dan ini akan memberikan makna positif dang menguatkan kelembagaan sebagai Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) sejak tahun 2021.
Prof Ganefri dalam Rapat Senat Pengukuhan Guru Besar di Auditorium UNP di Padang, Kamis mengatakan pihaknya mengukuhkan empat guru besar baru yakni tiga fakultas dari Fakultas Ilmu Keolahragaan, Fakultas Bahasa dan Seni dan Fakultas Matematika dan IPA (MIPA) .
Ia mengatakan keempat guru besar itu adalah Prof Muhammad Sazelo Rifki, Prof Nurul Ihsan dari Fakultas Ilmu Keolahragaan. Kemudian Prof Yetti Zainil dari Fakultas Bahasa dan Seni serta Prof Yohandri dari MIPA.
Ia mengatakan pengukuhan guru besar bukanlah hanya sebuah formalitas dari tradisi akademik saja di sebuah perguruan tinggi. Selain itu pengukuhan Guru Besar ini, juga memberikan kontribusi untuk pencapaian Indikator Kinerja Utama UNP dan World Class University, serta memberi nilai tambah untuk mempertahankan akreditasi UNP sebagai Perguruan Tinggi Unggul sejak awal tahun 2022 yang lalu.
Menurut dia karier puncak seorang dosen adalah menjadi profesor atau guru besar pada bidang ilmu yang ditekuni dan saat dikukuhkan seorang dosen dianggap sebagai ahli di bidang tertentu dan menjadi Profesor atau Guru Besar adalah harapan bagi seorang dosen atau pengajar di perguruan tinggi, sehingga mereka berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai jabatan akademik tersebut.
"Guru besar diibaratkan sebuah etalase sebuah perguruan tinggi dan kualitas guru besar di perguruan tinggi juga banyak menentukan kualitas sebuah perguruan tinggi. Karena itu, sebagai etalase perguruan tinggi, para guru besar harus memberikan peran fundamental dalam kemajuan pendidikan,"kata dia.
Selain itu guru besar dengan gelar profesor, adalah salah satu pilar terpenting yang menyokong keunggulan suatu perguruan tinggi. Setiap dosen dalam menjalani kariernya pasti pernah memiliki impian menjadi profesor dan pencapaian itu tidak mudah serta selalu diiringi kerja keras dan panjang.
"Setelah menjadi guru besar, bukan berarti seorang mereka berhenti berkarya. Sebaliknya, beban mereka cukup berat karena harapan masyarakat Indonesia menempel pada gelar profesor yang disandangnya," kata dia.
Ia mengatakan di samping Integritas guru besar akan diuji secara ilmiah dan secara institusi, seorang guru besar juga harus senantiasa menambah dan membagi ilmu mereka kepada generasi muda, sekaligus memberi kontribusi ke negara, untuk menjadi guru besar, seseorang harus menghasilkan penelitian dengan "impact factor" dan karya inovatif yang diakui.
"Artinya, karya ilmiah dan karya inovatif seorang guru besar harus memberi dampak pada bidang keilmuan yang ditekuni, bukan hanya pada kehidupan. Guru besar terus dituntut berkarya dan berkarya atau menghasilkan karya tulis ilmiah hasil riset, yang diakui atau ditulis di jurnal internasional bereputasi, atau pembicara di forum seminar bergengsi serta menulis buku yang terkait dengan keilmuan," kata dia