Padang (ANTARA) - Loka Kawasan Konservasi Perairan Nasional (LKKPN) Pekanbaru bersama Kelompok Masyarakat Penggerak Konservasi (KOMPAK) Raja Samudra mengubah sampah plastik menjadi material bernilai ekonomis.
Dalam keterangan tertulis yang diterima di Padang, Selasa, Kepala LKKPN Pekanbaru Fajar Kurniawan mengatakan, pihaknya mengolah sampah di Pulau Bando merupakan salah satu pulau di dalam Kawasan Konservasi Pulau Pieh.
Sampah yang ada pulau yang merupakan salah satu lokasi habitat peneluran penyu tersebut diolah sehingga menghasilkan secara ekonomis.
Salah satu isu krusial di pulau itu adalah sampah laut yang dapat mempengaruhi pendaratan penyu sehingga LKKPN Pekanbaru dan KOMPAK Raja Samudera secara rutin berkolaborasi dalam kegiatan pengendalian sampah laut.
Hal itu merupakan upaya mitigasi seperti yang tertuang dalam dokumen perjanjian kemitraan antara kedua belah pihak dan dalam rangka Hari Peduli Sampah Nasional yang diperingati 21 Februari 2023.
Dari kegiatan itu, pihaknya berhasil mengangkut sampah anorganik seberat 47 kilogram dari Pulau Bando menuju Muara Tiram, Kabupaten Padang Pariaman.
Selain itu, pihaknya juga melakukan sosialisasi kepada nelayan di sekitar kawasan Muara Tiram yang sangat antusias untuk dapat bergabung dalam program pengendalian sampah laut tersebut.
“Program ini mengadopsi Bulan Cinta Laut yang merupakan program prioritas Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam penanganan sampah dimana terdapat sirkular ekonomi dari aksi pengambilan, pemilahan, penimbangan hingga pembayaran kompensasi dalam kegiatan tersebut,” katanya.
Kegiatan pengendalian sampah laut di Pulau Bando, Kawasan Konservasi Pulau Pieh itu sudah berjalan empat kali.
Pihaknya mengapresiasi Kelompok Raja Samudera atas aksi yang telah dilakukan sejak Agustus 2022 hingga Februari 2023 tersebut.
"Kelompok ini telah berhasil mengumpulkan sampah laut plastik seberat 691 kilogram dengan kompensasi berupa uang senilai Rp1.475.500 yang telah diterima oleh KOMPAK Raja Samudera,” kata Fajar.
Usai sosialisasi, sampah laut yang telah dikumpulkan dari Pulau Bando dibawa oleh pihak TPS 3R Naras Jaya untuk dipilah dan didaur ulang yang didominasi sampah botol dan gelas plastik.
Ketua TPS 3R Naras Ekho Kurniawan mengatakan, terdapat perbedaan nilai ekonomi antara sampah yang telah dipilah dan sampah yang masih tercampur.
"Sampah yang telah dipilah akan memiliki harga yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan sampah yang belum dipilah. Sampah tutup botol plastik juga akan dihargai lebih tinggi bila terpisah dari botol dan dipilah sesuai warnanya," kata dia.
Ia menjelaskan, adanya perbedaan nilai ekonomi tersebut dikarenakan adanya biaya yang harus dikeluarkan pihak TPS untuk membayar jasa pemilahan apabila sampah yang diterima pihaknya masih dalam kondisi tercampur.
"Sampah plastik dalam kondisi kotor seperti berpasir, berlumut, mau pun ada bagian yang terbakar tidak dapat didaur ulang sehingga termasuk kategori sampah residu yang tidak ada nilai ekonominya dan langsung masuk ke TPA. Namun, kami minta untuk tetap dibawa ke mainland agar tidak mencemari Pulau Bando dan perairan di sekitarnya," kata Ekho.
Dalam keterangan tertulis yang diterima di Padang, Selasa, Kepala LKKPN Pekanbaru Fajar Kurniawan mengatakan, pihaknya mengolah sampah di Pulau Bando merupakan salah satu pulau di dalam Kawasan Konservasi Pulau Pieh.
Sampah yang ada pulau yang merupakan salah satu lokasi habitat peneluran penyu tersebut diolah sehingga menghasilkan secara ekonomis.
Salah satu isu krusial di pulau itu adalah sampah laut yang dapat mempengaruhi pendaratan penyu sehingga LKKPN Pekanbaru dan KOMPAK Raja Samudera secara rutin berkolaborasi dalam kegiatan pengendalian sampah laut.
Hal itu merupakan upaya mitigasi seperti yang tertuang dalam dokumen perjanjian kemitraan antara kedua belah pihak dan dalam rangka Hari Peduli Sampah Nasional yang diperingati 21 Februari 2023.
Dari kegiatan itu, pihaknya berhasil mengangkut sampah anorganik seberat 47 kilogram dari Pulau Bando menuju Muara Tiram, Kabupaten Padang Pariaman.
Selain itu, pihaknya juga melakukan sosialisasi kepada nelayan di sekitar kawasan Muara Tiram yang sangat antusias untuk dapat bergabung dalam program pengendalian sampah laut tersebut.
“Program ini mengadopsi Bulan Cinta Laut yang merupakan program prioritas Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam penanganan sampah dimana terdapat sirkular ekonomi dari aksi pengambilan, pemilahan, penimbangan hingga pembayaran kompensasi dalam kegiatan tersebut,” katanya.
Kegiatan pengendalian sampah laut di Pulau Bando, Kawasan Konservasi Pulau Pieh itu sudah berjalan empat kali.
Pihaknya mengapresiasi Kelompok Raja Samudera atas aksi yang telah dilakukan sejak Agustus 2022 hingga Februari 2023 tersebut.
"Kelompok ini telah berhasil mengumpulkan sampah laut plastik seberat 691 kilogram dengan kompensasi berupa uang senilai Rp1.475.500 yang telah diterima oleh KOMPAK Raja Samudera,” kata Fajar.
Usai sosialisasi, sampah laut yang telah dikumpulkan dari Pulau Bando dibawa oleh pihak TPS 3R Naras Jaya untuk dipilah dan didaur ulang yang didominasi sampah botol dan gelas plastik.
Ketua TPS 3R Naras Ekho Kurniawan mengatakan, terdapat perbedaan nilai ekonomi antara sampah yang telah dipilah dan sampah yang masih tercampur.
"Sampah yang telah dipilah akan memiliki harga yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan sampah yang belum dipilah. Sampah tutup botol plastik juga akan dihargai lebih tinggi bila terpisah dari botol dan dipilah sesuai warnanya," kata dia.
Ia menjelaskan, adanya perbedaan nilai ekonomi tersebut dikarenakan adanya biaya yang harus dikeluarkan pihak TPS untuk membayar jasa pemilahan apabila sampah yang diterima pihaknya masih dalam kondisi tercampur.
"Sampah plastik dalam kondisi kotor seperti berpasir, berlumut, mau pun ada bagian yang terbakar tidak dapat didaur ulang sehingga termasuk kategori sampah residu yang tidak ada nilai ekonominya dan langsung masuk ke TPA. Namun, kami minta untuk tetap dibawa ke mainland agar tidak mencemari Pulau Bando dan perairan di sekitarnya," kata Ekho.