Padang (ANTARA) - Guru besar Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas (Unand) Padang Prof Anwar Kasim mengemukakan gambir yang selama ini sedikit sekali dimanfaatkan di dalam negeri berpeluang menjadi bahan baku industri di masa depan.
"Indonesia dikenal sebagai pemasok gambir utama dunia, tanaman gambir sudah lama dibudidayakan dengan produk utama berupa ekstrak air dari daun dan ranting yang kemudian lebih banyak diekspor, padahal sebenarnya dapat digunakan sebagai bahan baku industri dalam negeri," kata dia di Padang, Senin.
Ia menyampaikan hal itu pada orasi ilmiah pengukuhan sebagai guru besar tetap dalam Ilmu Teknologi Pertanian pada Fakultas Teknologi Pertanian Unand dengan judul "Gambir: Tanaman Dari Masa Lalu dan Bahan Baku Industri di Masa Datang".
Ia menjelaskan gambir memiliki komponen kimia utama katekin dan tanin. Katekin memiliki manfaat pada bidang farmasi dan kosmetik, sedangkan tanin 90 persen diproduksi dunia untuk menyamak kulit.
Menurutnya Indonesia sebagai penghasil ekstrak gambir lebih banyak mengekspor dan 84 persen diantaranya dikirim ke India.
"Di India gambir digunakan sebagai penyegar mulut, campuran pada sirih dan pewarna tekstil," kata dia.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan gambir dapat digunakan sebagai bahan baku industri dalam negeri seperti bahan baku perekat, bahan penyamak kulit hingga zat pewarna.
Ia menemukan penggunaan gambir sebagai bahan baku perekat papan partikel memungkinkan bila ditinjau dari komponen kimia penyusun gambir.
"Dalam gambir terdapat tanin dan di beberapa negara tanin telah digunakan sebagai bahan baku perekat," katanya.
Anwar mengatakan gambir juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan perekat kayu lapis dan telah mematenkan perekat kayu lapis dari gambir.
"Perekat dari gambir lebih alami dan ramah lingkungan dan dapat terus diperbarui," ujar dia.
Kemudian gambir juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan penyamak kulit yang diambil dari tanin yang terkandung dalam gambir.
Ia menemukan Indonesia mengimpor bahan penyamak kulit yang sebenarnya dapat disubstitusi dengan gambir.
Pada sisi lain ia mengungkapkan gambir sudah lama dibudidayakan di Sumbar dan menjadi sumber kehidupan petani.
"Namun permasalahan yang dihadapi adalah harganya amat fluktuatif karena amat bergantung pada pasar ekspor," ujarnya.
Oleh sebab itu beranjak dari penelitian yang dilakukan pemanfaatan gambir untuk bahan baku industri dalam negeri terbuka lebar.
"Akan tetapi perlu didukung oleh kebijakan untuk meningkatkan pemanfaatan gambir seperti insentif bagi industri yang menggunakan sehingga tidak lagi menjadi tanaman masa lalu namun bahan baku industri di masa depan," kata dia.
"Indonesia dikenal sebagai pemasok gambir utama dunia, tanaman gambir sudah lama dibudidayakan dengan produk utama berupa ekstrak air dari daun dan ranting yang kemudian lebih banyak diekspor, padahal sebenarnya dapat digunakan sebagai bahan baku industri dalam negeri," kata dia di Padang, Senin.
Ia menyampaikan hal itu pada orasi ilmiah pengukuhan sebagai guru besar tetap dalam Ilmu Teknologi Pertanian pada Fakultas Teknologi Pertanian Unand dengan judul "Gambir: Tanaman Dari Masa Lalu dan Bahan Baku Industri di Masa Datang".
Ia menjelaskan gambir memiliki komponen kimia utama katekin dan tanin. Katekin memiliki manfaat pada bidang farmasi dan kosmetik, sedangkan tanin 90 persen diproduksi dunia untuk menyamak kulit.
Menurutnya Indonesia sebagai penghasil ekstrak gambir lebih banyak mengekspor dan 84 persen diantaranya dikirim ke India.
"Di India gambir digunakan sebagai penyegar mulut, campuran pada sirih dan pewarna tekstil," kata dia.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan gambir dapat digunakan sebagai bahan baku industri dalam negeri seperti bahan baku perekat, bahan penyamak kulit hingga zat pewarna.
Ia menemukan penggunaan gambir sebagai bahan baku perekat papan partikel memungkinkan bila ditinjau dari komponen kimia penyusun gambir.
"Dalam gambir terdapat tanin dan di beberapa negara tanin telah digunakan sebagai bahan baku perekat," katanya.
Anwar mengatakan gambir juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan perekat kayu lapis dan telah mematenkan perekat kayu lapis dari gambir.
"Perekat dari gambir lebih alami dan ramah lingkungan dan dapat terus diperbarui," ujar dia.
Kemudian gambir juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan penyamak kulit yang diambil dari tanin yang terkandung dalam gambir.
Ia menemukan Indonesia mengimpor bahan penyamak kulit yang sebenarnya dapat disubstitusi dengan gambir.
Pada sisi lain ia mengungkapkan gambir sudah lama dibudidayakan di Sumbar dan menjadi sumber kehidupan petani.
"Namun permasalahan yang dihadapi adalah harganya amat fluktuatif karena amat bergantung pada pasar ekspor," ujarnya.
Oleh sebab itu beranjak dari penelitian yang dilakukan pemanfaatan gambir untuk bahan baku industri dalam negeri terbuka lebar.
"Akan tetapi perlu didukung oleh kebijakan untuk meningkatkan pemanfaatan gambir seperti insentif bagi industri yang menggunakan sehingga tidak lagi menjadi tanaman masa lalu namun bahan baku industri di masa depan," kata dia.