Gresik, Jatim, (ANTARA) - Petrokimia Gresik tengah mempersiapkan pembangunan pabrik pupuk buatan NPK (Nitrogen, Fosfor, Kalium) di Yordania untuk mengantisipasi tingginya harga dan turunnya pasokan pupuk global akibat perang di kawasan Eropa.
Direktur Utama Petrokimia Gresik Dwi Satriyo Annurogo di Gresik, Jawa Timur, Rabu, mengatakan bahan baku NPK yang terpengaruh perang Eropa adalah phosphate dan kalium yang tidak tersedia di Tanah Air.
Oleh karena itu, kata Dwi, dalam peringatan HUT ke-50 Petrokimia Gresik di Sarana Olah Raga Tri Dharma, Gresik, mengatakan dampak perang di Eropa itu menjadi tantangan yang kini harus dihadapi Petrokimia Gresik.
Sehingga, strategi pertama yang dicanangkan untuk menjaga pasokan NPK di Indonesia adalah dengan membangun pabrik NPK di Yordania.
Langkah strategis ini dilakukan bersama holding Pupuk Indonesia, untuk mendekatkan pabrik NPK Petrokimia Gresik dengan sumber bahan baku, sehingga diharapkan dapat mengefisienkan biaya produksinya.
Langkah itu, kata Dwi, juga sebagai salah satu upaya dari enam ekspansi bisnis ke depan, sebagai upaya menjaga keberlangsungan perusahaan, kemajuan pertanian, serta memperkuat industri kimia nasional.
Dwi menjelaskan upaya kedua dan ketiga adalah peningkatan produktivitas NPK nasional dengan melakukan konversi pabrik, dari pabrik pupuk Fosfat menjadi pabrik NPK Phonska V, serta mempersiapkan pendirian pabrik baru NPK Phonska VI.
“Ketiga upaya ini tidak hanya akan mengamankan produktivitas NPK nasional, tapi juga memperkuat posisi Petrokimia Gresik sebagai produsen NPK terbesar di Indonesia, bahkan Asia. Sehingga kesempatan untuk ekspansi pasar internasional semakin terbuka lebar, tentunya setelah memenuhi kebutuhan pupuk di dalam negeri," kata Dwi.
Keempat, struktur bisnis perusahaan yang erat kaitannya dengan bahan baku gas juga menjadi perhatian Petrokimia Gresik, dan perusahaan akan melakukan penjajakan untuk mendapatkan suplai gas baru dari Utara Pulau Jawa. Pasokan gas ini rencananya akan dimanfaatkan untuk pengembangan pabrik Amoniak-Urea (Amurea) III atau pengembangan lainnya.
"Jika Petrokimia Gresik berhasil memperoleh pasokan gas yang baru, perusahaan dapat meningkatkan produktivitas pupuk Urea melalui pengembangan pabrik Amurea III. Sehingga ke depan kita tidak hanya menjadi leader di pasar NPK, tapi juga Urea," katanya.
Upaya kelima, kata dia, tidak hanya berfokus pada peningkatan produksi pupuk saja, tapi juga mendorong kemajuan industri kimia nasional. Di antaranya pembangunan pabrik Soda Ash berkapasitas 300.000 ton per tahun, dengan memanfaatkan produk hilir dari pabrik Amoniak-Urea berupa CO2 yang diolah menjadi bahan baku pembuatan Soda Ash.
"Nantinya ini akan menjadi produk Soda Ash pertama buatan dalam negeri untuk membantu mengurangi ketergantungan impor Soda Ash yang mencapai 1 juta ton per tahun," tuturnya.
Upaya keenam adalah melakukan peningkatan menjadi pabrik Green Surfactant yang ternyata mendapat sambutan baik dari industri minyak dan gas setelah pertama kali dipasarkan pada tahun 2021 kemarin.
"Produk ini berfungsi untuk meningkatkan produktivitas sumur minyak bumi, bahkan mampu mengeluarkan minyak mentah dari lapangan atau sumur minyak tua yang sudah tidak berproduksi lagi," katanya.
Ia berharap dengan enam upaya ini bisa membuktikan Petrokimia Gresik tidak hanya unggul sebagai perintis produk pupuk, namun juga produk lainnya yang dapat memperkuat struktur industri kimia nasional. (*)
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Petrokimia Gresik persiapkan bangun pabrik NPK di Yordania
Direktur Utama Petrokimia Gresik Dwi Satriyo Annurogo di Gresik, Jawa Timur, Rabu, mengatakan bahan baku NPK yang terpengaruh perang Eropa adalah phosphate dan kalium yang tidak tersedia di Tanah Air.
Oleh karena itu, kata Dwi, dalam peringatan HUT ke-50 Petrokimia Gresik di Sarana Olah Raga Tri Dharma, Gresik, mengatakan dampak perang di Eropa itu menjadi tantangan yang kini harus dihadapi Petrokimia Gresik.
Sehingga, strategi pertama yang dicanangkan untuk menjaga pasokan NPK di Indonesia adalah dengan membangun pabrik NPK di Yordania.
Langkah strategis ini dilakukan bersama holding Pupuk Indonesia, untuk mendekatkan pabrik NPK Petrokimia Gresik dengan sumber bahan baku, sehingga diharapkan dapat mengefisienkan biaya produksinya.
Langkah itu, kata Dwi, juga sebagai salah satu upaya dari enam ekspansi bisnis ke depan, sebagai upaya menjaga keberlangsungan perusahaan, kemajuan pertanian, serta memperkuat industri kimia nasional.
Dwi menjelaskan upaya kedua dan ketiga adalah peningkatan produktivitas NPK nasional dengan melakukan konversi pabrik, dari pabrik pupuk Fosfat menjadi pabrik NPK Phonska V, serta mempersiapkan pendirian pabrik baru NPK Phonska VI.
“Ketiga upaya ini tidak hanya akan mengamankan produktivitas NPK nasional, tapi juga memperkuat posisi Petrokimia Gresik sebagai produsen NPK terbesar di Indonesia, bahkan Asia. Sehingga kesempatan untuk ekspansi pasar internasional semakin terbuka lebar, tentunya setelah memenuhi kebutuhan pupuk di dalam negeri," kata Dwi.
Keempat, struktur bisnis perusahaan yang erat kaitannya dengan bahan baku gas juga menjadi perhatian Petrokimia Gresik, dan perusahaan akan melakukan penjajakan untuk mendapatkan suplai gas baru dari Utara Pulau Jawa. Pasokan gas ini rencananya akan dimanfaatkan untuk pengembangan pabrik Amoniak-Urea (Amurea) III atau pengembangan lainnya.
"Jika Petrokimia Gresik berhasil memperoleh pasokan gas yang baru, perusahaan dapat meningkatkan produktivitas pupuk Urea melalui pengembangan pabrik Amurea III. Sehingga ke depan kita tidak hanya menjadi leader di pasar NPK, tapi juga Urea," katanya.
Upaya kelima, kata dia, tidak hanya berfokus pada peningkatan produksi pupuk saja, tapi juga mendorong kemajuan industri kimia nasional. Di antaranya pembangunan pabrik Soda Ash berkapasitas 300.000 ton per tahun, dengan memanfaatkan produk hilir dari pabrik Amoniak-Urea berupa CO2 yang diolah menjadi bahan baku pembuatan Soda Ash.
"Nantinya ini akan menjadi produk Soda Ash pertama buatan dalam negeri untuk membantu mengurangi ketergantungan impor Soda Ash yang mencapai 1 juta ton per tahun," tuturnya.
Upaya keenam adalah melakukan peningkatan menjadi pabrik Green Surfactant yang ternyata mendapat sambutan baik dari industri minyak dan gas setelah pertama kali dipasarkan pada tahun 2021 kemarin.
"Produk ini berfungsi untuk meningkatkan produktivitas sumur minyak bumi, bahkan mampu mengeluarkan minyak mentah dari lapangan atau sumur minyak tua yang sudah tidak berproduksi lagi," katanya.
Ia berharap dengan enam upaya ini bisa membuktikan Petrokimia Gresik tidak hanya unggul sebagai perintis produk pupuk, namun juga produk lainnya yang dapat memperkuat struktur industri kimia nasional. (*)
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Petrokimia Gresik persiapkan bangun pabrik NPK di Yordania