Singapura (ANTARA) - Saham-saham Asia mencatat penurunan terbesar dalam dua minggu pada sesi pagi Senin, karena kekhawatiran tentang kenaikan suku bunga AS yang cepat dan perlambatan pertumbuhan mengguncang investor, sementara euro mendapat dukungan setelah Emmanuel Macron memenangkan masa jabatan kedua sebagai presiden Prancis.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang jatuh 1,6 persen ke level terendah enam minggu, dan dorongan dari pihak berwenang memperpanjang kerugian tajam untuk yuan China.

Nikkei Jepang merosot 1,9 persen. Indeks Hang Seng Hong Kong anjlok 3,0 persen. Indeks S&P 500 berjangka melemah 0,8 persen, sementara FTSE berjangka turun lebih dari 1,0 persen. Minyak mentah juga tergelincir 2,7 persen.

Euro secara luas stabil di 1,0802 dolar, dibandingkan dengan kenaikan dolar secara luas di tempat lain, dan menyentuh level tertinggi hampir dua bulan terhadap sterling yang kesulitan.

Macron dengan nyaman mengatasi tantangan sayap kanan, meyakinkan pasar tentang komitmen Prancis untuk Eropa yang terintegrasi, sekalipun platform ekonominya sekarang bergantung pada pemilihan parlemen pada Juni.

"Tidak adanya perubahan tentu saja akan meyakinkan tidak hanya negara-negara Uni Eropa lainnya tetapi juga NATO," kata Vincent Mortier, Kepala Investasi Amundi, manajer dana terbesar di Eropa.

Namun berita sedikit melegakan itu dibayangi kekhawatiran yang lebih luas tentang latar belakang global inflasi tinggi dan kemungkinan kenaikan suku bunga yang telah memukul pasar obligasi selama berbulan-bulan - diperburuk oleh perang di Ukraina dan gangguan dari penguncian terkait Virus Corona di China.

Saham AS jatuh pada akhir pekan lalu setelah Ketua Federal Reserve (Fed) Jerome Powell mengatakan kenaikan suku bunga 50 basis poin ada di meja pada pertemuan Mei dan Presiden Fed St. Louis James Bullard melontarkan gagasan kenaikan 75 basis poin.

"Kekhawatiran seputar suku bunga dan resesi sekarang menjadi risiko terbesar bagi investor" dengan fokus khusus pada permintaan, kata Candace Browning, Kepala Penelitian Global Bank of America.

"Melonjaknya harga makanan dan bensin ditambah berakhirnya program stimulus utama membuat investor khawatir tentang kemampuan konsumen berpenghasilan rendah untuk berbelanja."

Pasar obligasi pemerintah stabil, menjaga imbal hasil acuan obligasi Pemerintah AS 10-tahun di 2,8581 persen dan imbal hasil obligasi dua tahun turun dari tertinggi minggu lalu di 2,6399 persen.

Pembatasan keras di China juga mulai menyebar ke Beijing, di mana lebih dari selusin bangunan telah dikunci, ketika kekhawatiran tentang kerusakan ekonomi akibat penutupan Shanghai meningkat.

Indeks saham unggulan China CSI 300 turun ke level terendah sejak Juni 2020 dan investor sejauh ini dikecewakan oleh dukungan kebijakan untuk ekonomi yang lesu.

Kurs tengah rentang perdagangan mata uang China dalam negeri ditetapkan pada level terendah dalam delapan bulan pada Senin, dilihat sebagai anggukan resmi untuk penurunan yuan baru-baru ini dan dengan cepat dijual ke level terendah satu tahun di 6,5225 per dolar.

Dolar juga bergerak menguat meskipun perdagangan sedikit menipis oleh hari libur umum di Australia dan Selandia Baru. Aussie turun 0,8 persen ke level terendah enam minggu di 0,7185 dolar AS dan kiwi turun 0,4 persen ke level terendah dua bulan di 0,6603 dolar AS.

Sterling, diterpa oleh angka penjualan ritel yang lemah minggu lalu, tergelincir 0,3 persen ke level terendah 18-bulan di 1,2792 dolar AS.

Minyak mentah berjangka Brent turun 2,7 persen ke level terendah dua minggu di 103,88 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka AS turun 2,6 persen menjadi 99,38 dolar AS per barel.

Tembaga dan bijih besi jatuh di Asia, meskipun minyak kedelai melonjak setelah larangan ekspor minyak sawit Indonesia.

Ke depan akan digerakkan oleh data pertumbuhan AS yang akan dirilis pada Kamis (28/4/2022), angka inflasi Eropa yang akan dirilis pada Jumat (29/4/2022) dan pertemuan kebijakan moneter untuk bank sentral Jepang (BOJ).

Investor memperkirakan pertumbuhan AS akan stabil di sekitar 1,1 persen, yang mungkin cukup kuat untuk menahan kenaikan suku bunga.

Pertemuan BOJ juga akan diawasi dengan ketat untuk setiap penyesuaian proyeksi ekonomi atau tanda-tanda respons kebijakan terhadap yen, yang telah jatuh lebih dari 10 persen dalam dua bulan.

Bitcoin bertahan tepat di atas resistensi di 40.000 dolar AS.
 

Pewarta : Apep Suhendar
Editor : Joko Nugroho
Copyright © ANTARA 2024