Lubukbasung, (ANTARA) - Sebanyak 43 individu bunga rhizanthes lowii ditemukan di kawasan Cagar Alam Batang Palupuh, Kabupaten Agam, Sumatera Barat ditetapkan semenjak 1930 oleh pemerintah Belanda pada waktu itu.
Data tersebut merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat atas nama Rangga Agus.
"Saya menemukan 43 bunga rhizanthes lowii itu dengan kondisi mekar lima buah dan berupa knop 38 buah," katanya di Lubukbasung, Selasa.
Ia mengatakan, penelitian itu dilakukan beberapa hari dengan cara menghitung dengan mengamati akar atau inang.
Sedangkan metodenya dengan membuat 12 plot atau petak pengamatan di kawasan Cagar Alam Batang Palupuh.
"Satu plot dengan ukuran 20x20 meter persegi," katanya.
Sementara Kepala Resor Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Maninjau, Ade Putra menambahkan rhizhanthes adalah jenis tumbuhan berbunga dan termasuk parasit sejati yang dapat tumbuh tanpa daun, batang, akar dan klorofil sehingga ia tidak mampu melakukan fotosintesis.
"Keunikan tumbuhan ini adalah endotermik dimana rhizanthes tidak hanya menghasilkan panas sendiri tetapi memiliki kemampuan dalam mengatur suhunya sendiri," katanya.
Ia menambahkan, rhizhanthes berasal dari mycelium yang membelah diri setelah mencapai ukuran tertentu tumbuhan ini kemudian menembus jaringan permukaan epidermis Tetrastigma lanceofolia.
Rhizanthes termasuk suku Rafflesiaceae dimana anggotanya merupakan tumbuhan parasit sejati yang sangat bergantung kepada inangnya. Beberapa diantaranya adalah Rafflesia, Mitrasremma, Rhizhanthes dan Sapria. Rhizanhes merupakan jenis paling kecil dengan garis tengah kurang lebih 15 centimeter dengan dimensi ukuran jika dihitung secara keseluruhan termasuk lobus dapat mencapai sekitar 30 centimeter.
Seperti Rafflesia, mula-mula hanya sebesar kutil lalu membesar mencapai ukuran bulat sebesar tomat dan bergaris tengah berwarna coklat .
Ketika terbuka pada bagian pusat bunga berwarna cokelat. Berbulu rapat sepanjang kurang lebih satu centimeter membulat bergaris tengah sekitar empat centimeter. Sedang ke arah luar berwarna putih melingkar pada area selebar lima centimeter berbulu pendek dengan warna coklat.
Bagian berwarna merah-cokelat mengkilap tanpa bulu disebut “cuping” (lobus) berbentuk lanset sebanyak 14-18 lobus dengan tambahan bangunan bagai cacing yang makin ke ujung bentuknya semakin meruncing. Panjangnya kurang lebih tujuh centimeter dan memiliki warna bunga yang cantik dan dapat bertahan sekitar 5-7 hari.
"Saat itulah semut akan datang berbondong-bondong menutupi hampir seluruh permukaan bunga," katanya
Setelah itu warnanya akan berangsur kusam menjadi hitam lalu membusuk. Dari ukuran sebesar kelereng sampai besar dan terbuka atau mekar dibutuhkan waktu yang cukup lama mencapai dua tahun.
Rhizanthes memiliki kemiripan karakter fisik dengan bunga Rafflesia, yaitu tidak memiliki batang, akar, daun, dan klorofil. Tumbuhan itu tidak dapat melakukan fotosintesis sehingga bergantung kepada inang untuk mendapatkan makanan.
Rhizanthes berbeda dengan tumbuhan parasit benalu (Loranthaceae) yang memiliki daun batang dan akar dan mampu memproduksi karbohidrat. Rhizanthes memperoleh energi dan makanan dari inangnya yaitu Tetrastigma lanceofolia, tumbuhan berkayu memanjat yang dapat tumbuh hingga 50 meter.
Beberapa diantara jenis rhizhanthes yaitu rhizanthes zippeli amat sulit dijumpai karena habitatnya dialam yang cenderung tumbuh dihutan hujan tropis yang sangat rapat diantara semak dan terkadang dijumpai di lereng yang curam menambah makin langkanya tanaman ini.
Tumbuhan yang biasa hidup di daerah dengan ketinggian 500-1300 mdpl itu antara lain ditemukan di Pulau Sumatera, khususnya Sumatera Barat. Beberapa kali dilaporkan tumbuhan unik dan langka ini ditemukan di kawasan Cagar Alam Maninjau di Kabupaten Agam.
Kerusakan habitat akibat alih fungsi pemanfaatan hutan turut mengancam kelestarian tumbuhan bunga langka tersebut. (*)
Data tersebut merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat atas nama Rangga Agus.
"Saya menemukan 43 bunga rhizanthes lowii itu dengan kondisi mekar lima buah dan berupa knop 38 buah," katanya di Lubukbasung, Selasa.
Ia mengatakan, penelitian itu dilakukan beberapa hari dengan cara menghitung dengan mengamati akar atau inang.
Sedangkan metodenya dengan membuat 12 plot atau petak pengamatan di kawasan Cagar Alam Batang Palupuh.
"Satu plot dengan ukuran 20x20 meter persegi," katanya.
Sementara Kepala Resor Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Maninjau, Ade Putra menambahkan rhizhanthes adalah jenis tumbuhan berbunga dan termasuk parasit sejati yang dapat tumbuh tanpa daun, batang, akar dan klorofil sehingga ia tidak mampu melakukan fotosintesis.
"Keunikan tumbuhan ini adalah endotermik dimana rhizanthes tidak hanya menghasilkan panas sendiri tetapi memiliki kemampuan dalam mengatur suhunya sendiri," katanya.
Ia menambahkan, rhizhanthes berasal dari mycelium yang membelah diri setelah mencapai ukuran tertentu tumbuhan ini kemudian menembus jaringan permukaan epidermis Tetrastigma lanceofolia.
Rhizanthes termasuk suku Rafflesiaceae dimana anggotanya merupakan tumbuhan parasit sejati yang sangat bergantung kepada inangnya. Beberapa diantaranya adalah Rafflesia, Mitrasremma, Rhizhanthes dan Sapria. Rhizanhes merupakan jenis paling kecil dengan garis tengah kurang lebih 15 centimeter dengan dimensi ukuran jika dihitung secara keseluruhan termasuk lobus dapat mencapai sekitar 30 centimeter.
Seperti Rafflesia, mula-mula hanya sebesar kutil lalu membesar mencapai ukuran bulat sebesar tomat dan bergaris tengah berwarna coklat .
Ketika terbuka pada bagian pusat bunga berwarna cokelat. Berbulu rapat sepanjang kurang lebih satu centimeter membulat bergaris tengah sekitar empat centimeter. Sedang ke arah luar berwarna putih melingkar pada area selebar lima centimeter berbulu pendek dengan warna coklat.
Bagian berwarna merah-cokelat mengkilap tanpa bulu disebut “cuping” (lobus) berbentuk lanset sebanyak 14-18 lobus dengan tambahan bangunan bagai cacing yang makin ke ujung bentuknya semakin meruncing. Panjangnya kurang lebih tujuh centimeter dan memiliki warna bunga yang cantik dan dapat bertahan sekitar 5-7 hari.
"Saat itulah semut akan datang berbondong-bondong menutupi hampir seluruh permukaan bunga," katanya
Setelah itu warnanya akan berangsur kusam menjadi hitam lalu membusuk. Dari ukuran sebesar kelereng sampai besar dan terbuka atau mekar dibutuhkan waktu yang cukup lama mencapai dua tahun.
Rhizanthes memiliki kemiripan karakter fisik dengan bunga Rafflesia, yaitu tidak memiliki batang, akar, daun, dan klorofil. Tumbuhan itu tidak dapat melakukan fotosintesis sehingga bergantung kepada inang untuk mendapatkan makanan.
Rhizanthes berbeda dengan tumbuhan parasit benalu (Loranthaceae) yang memiliki daun batang dan akar dan mampu memproduksi karbohidrat. Rhizanthes memperoleh energi dan makanan dari inangnya yaitu Tetrastigma lanceofolia, tumbuhan berkayu memanjat yang dapat tumbuh hingga 50 meter.
Beberapa diantara jenis rhizhanthes yaitu rhizanthes zippeli amat sulit dijumpai karena habitatnya dialam yang cenderung tumbuh dihutan hujan tropis yang sangat rapat diantara semak dan terkadang dijumpai di lereng yang curam menambah makin langkanya tanaman ini.
Tumbuhan yang biasa hidup di daerah dengan ketinggian 500-1300 mdpl itu antara lain ditemukan di Pulau Sumatera, khususnya Sumatera Barat. Beberapa kali dilaporkan tumbuhan unik dan langka ini ditemukan di kawasan Cagar Alam Maninjau di Kabupaten Agam.
Kerusakan habitat akibat alih fungsi pemanfaatan hutan turut mengancam kelestarian tumbuhan bunga langka tersebut. (*)