Bukittinggi (ANTARA) - Kepala Pelaksana Badan Penaggulangan Bencana Daerah (Kalaksa BPBD) Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, Ibentaro Samudera meminta masyarakat di daerah menjauhi ngarai saat curah hujan tinggi serta angin kencang akibat perubahan iklim yang disebabkan fenomena La Nina
"Masyarakat dan seluruh pengunjung Kota Bukittinggi diminta menjauhi daerah bibir ngarai dan pepohonan untuk mewaspadai cuaca yang saat ini dipengaruhi oleh iklim dan dampak dari La Nina yang diperkirakan terjadi hingga awal tahun 2022," kata Ibentaro Samudera di Bukittinggi, Sabtu.
Ia menyebut efek La Nina membuat curah hujan tinggi disertai angin kencang, walaupun saat ini tidak ada laporan kebencanaan yang terjadi di Bukittinggi.
"Sampai sekarang hujan masih berlangsung di Bukittinggi sejak empat hari terakhir, hasil pantauan dan monitoring di lapangan belum ada laporan banjir dan pohon tumbang," ujarnya.
Untuk mewaspadai jatunya korban karena musibah yang bisa saja terjadi, ia berharap warga selalu waspada dan aktif melaporkan informasi kebencanaa kepada pemerintah melalui BPBD Kota Bukittinggi dan pihak terkait lainnya.
"Agar masyarakat tidak berteduh di bawah pohon yang mungkin bisa mengakibatkan pohon itu tumbang karena cuaca buruk, juga menghindari berada di bibir ngarai karena sewaktu waktu bisa longsor," kata dia.
Ia menjelaskan, La Nina merupakan fenomena Suhu Muka Laut (SML) di Samudera Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan di bawah kondisi normalnya.
"Pendinginan SML ini mengurangi potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia secara umum dan juga berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, puting beliung, dan sebagainya di berbagai daerah termasuk Bukittinggi Sumatera Barat," jelasnya.
Di beberapa daerah di Sumatera Barat saat ini mengalami cuaca yang relatif hujan dan terkena dampak kebencanaan, seperti di Agam, Mentawai dan Pesisir Selatan serta beberapa ruas jalan utama yang mengalami longsor hingga tidak bisa dilewati.
"Masyarakat dan seluruh pengunjung Kota Bukittinggi diminta menjauhi daerah bibir ngarai dan pepohonan untuk mewaspadai cuaca yang saat ini dipengaruhi oleh iklim dan dampak dari La Nina yang diperkirakan terjadi hingga awal tahun 2022," kata Ibentaro Samudera di Bukittinggi, Sabtu.
Ia menyebut efek La Nina membuat curah hujan tinggi disertai angin kencang, walaupun saat ini tidak ada laporan kebencanaan yang terjadi di Bukittinggi.
"Sampai sekarang hujan masih berlangsung di Bukittinggi sejak empat hari terakhir, hasil pantauan dan monitoring di lapangan belum ada laporan banjir dan pohon tumbang," ujarnya.
Untuk mewaspadai jatunya korban karena musibah yang bisa saja terjadi, ia berharap warga selalu waspada dan aktif melaporkan informasi kebencanaa kepada pemerintah melalui BPBD Kota Bukittinggi dan pihak terkait lainnya.
"Agar masyarakat tidak berteduh di bawah pohon yang mungkin bisa mengakibatkan pohon itu tumbang karena cuaca buruk, juga menghindari berada di bibir ngarai karena sewaktu waktu bisa longsor," kata dia.
Ia menjelaskan, La Nina merupakan fenomena Suhu Muka Laut (SML) di Samudera Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan di bawah kondisi normalnya.
"Pendinginan SML ini mengurangi potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia secara umum dan juga berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, puting beliung, dan sebagainya di berbagai daerah termasuk Bukittinggi Sumatera Barat," jelasnya.
Di beberapa daerah di Sumatera Barat saat ini mengalami cuaca yang relatif hujan dan terkena dampak kebencanaan, seperti di Agam, Mentawai dan Pesisir Selatan serta beberapa ruas jalan utama yang mengalami longsor hingga tidak bisa dilewati.