Parit Malintang (ANTARA) - Sebanyak tiga rumah di Korong Pasie Baru, Nagari Pilubang, Kecamatan Sungai Limau, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat rusak dalam satu bulan terakhir akibat abrasi pantai yang terus terjadi di daerah itu.
"Kalau tidak ditanggulangi cepat mungkin ratusan rumah dan sekolah akan terdampak abrasi ini," kata salah seorang tokoh masyarakat setempat Imsarlim di Sungai Limau, Minggu.
Ia mengatakan saat ini warga yang terdampak abrasi tersebut pada malam hari terpaksa menumpang di rumah saudaranya sedangkan kalau siang kembali ke rumah untuk membersihkan rumahnya.
Ia menyampaikan sebelumnya pemerintah sudah membangun batu grip di sekitar seratus meter dari lokasi tersebut di bagian sebelah barat namun hal itu justru berdampak pada daerah mereka yang berada di timur.
"Dulu jarak bibir pantai dengan rumah berkisar 20 sampai 30 meter namun sekarang sudah sampai ke rumah," katanya.
Warga di daerah itu berharap pemerintah membangun batu grip di daerah itu dengan bentuk memanjang dari barat ke timur atau tidak mengarah ke laut sehingga rumah dan sekolah yang berada di daerah itu aman dari abrasi.
Saat ini, lanjutnya pihaknya hanya dapat memasang karung yang diisi pasir bantuan dari pemerintah setempat guna mengurangi dampak abrasi di daerah itu.
Saat ini dapur dan bagian kecil ruangan lainnya dari rumah mereka ambruk karena tanahnya terkikis ombak sehingga tidak dapat dihuni lagi.
Sementara itu, Anggota Komisi VIII DPR RI dari Fraksi Golkar John Kenedy Azis saat mendatangi lokasi tersebut mengaku prihatin dengan abrasi yang masih terjadi di daerah itu.
John mengatakan ia masih ingat ketika dirinya datang ke lokasi tersebut beberapa tahun lalu jarak bibir pantai dari rumah warga jauh.
"Saya berdiskusi dengan masyarakat, masyarakat meminta batu grip dibangun secara horizontal, tidak vertikal seperti sekarang," ujarnya.
Ia menyampaikan hal tersebut merupakan aspirasi dari masyarakat untuk disampaikan kepada pemerintah daerah dan pusat.
"Saya akan menyampaikan ini kepada pemerintah agar menjadi perhatian dan diprioritaskan penanganannya," tambahnya.*
"Kalau tidak ditanggulangi cepat mungkin ratusan rumah dan sekolah akan terdampak abrasi ini," kata salah seorang tokoh masyarakat setempat Imsarlim di Sungai Limau, Minggu.
Ia mengatakan saat ini warga yang terdampak abrasi tersebut pada malam hari terpaksa menumpang di rumah saudaranya sedangkan kalau siang kembali ke rumah untuk membersihkan rumahnya.
Ia menyampaikan sebelumnya pemerintah sudah membangun batu grip di sekitar seratus meter dari lokasi tersebut di bagian sebelah barat namun hal itu justru berdampak pada daerah mereka yang berada di timur.
"Dulu jarak bibir pantai dengan rumah berkisar 20 sampai 30 meter namun sekarang sudah sampai ke rumah," katanya.
Warga di daerah itu berharap pemerintah membangun batu grip di daerah itu dengan bentuk memanjang dari barat ke timur atau tidak mengarah ke laut sehingga rumah dan sekolah yang berada di daerah itu aman dari abrasi.
Saat ini, lanjutnya pihaknya hanya dapat memasang karung yang diisi pasir bantuan dari pemerintah setempat guna mengurangi dampak abrasi di daerah itu.
Saat ini dapur dan bagian kecil ruangan lainnya dari rumah mereka ambruk karena tanahnya terkikis ombak sehingga tidak dapat dihuni lagi.
Sementara itu, Anggota Komisi VIII DPR RI dari Fraksi Golkar John Kenedy Azis saat mendatangi lokasi tersebut mengaku prihatin dengan abrasi yang masih terjadi di daerah itu.
John mengatakan ia masih ingat ketika dirinya datang ke lokasi tersebut beberapa tahun lalu jarak bibir pantai dari rumah warga jauh.
"Saya berdiskusi dengan masyarakat, masyarakat meminta batu grip dibangun secara horizontal, tidak vertikal seperti sekarang," ujarnya.
Ia menyampaikan hal tersebut merupakan aspirasi dari masyarakat untuk disampaikan kepada pemerintah daerah dan pusat.
"Saya akan menyampaikan ini kepada pemerintah agar menjadi perhatian dan diprioritaskan penanganannya," tambahnya.*