Padang (ANTARA) - Bank Nagari menggandeng Founder Emotional Spiritual Quotient (ESG) Dr Ary Ginanjar Agustian dalam memberikan pemahaman terkait literasi perbankan syariah melalui webinar yang berlangsung secara daring dan luring, Senin.
Direktur Utama Bank Nagari, Muhamad Irsyad di Padang, mengatakan Webinar hari ini merupakan salah satu bentuk kepedulian Bank Nagari atas masih rendahnya tingkat literasi keuangan syariah di Sumbar.
"Berdasarkan survei nasional, literasi dan inklusi keuangan oleh OJK pada 2019 menunjukkan indeks literasi keuangan mencapai 38,03 persen, meningkat dibandingkan hasil survei tahun 2016 29,7 persen," ucapnya.
Secara nasional, tingkat literasi perbankan syariah berada jauh dibawah perbankan konvensional dimana tingkat literasi perbankan syariah baru mencapai 7,92 persen pada 2019, sedangkan konvensional mencapai 35,25 persen.
Hal ini, menurutnya sangat bertolak belakang dari data penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam.
Di Sumbar, tingkat literasi keuangan syariah lebih tinggi dibanding dengan rata-rata nasional yakni sebesar 11,6 persen pada 2016, kemudian meningkat menjadi 17,28 persen pada 2019.
Hal ini menandakan bahwa pemahaman masyarakat Sumbar akan keuangan syariah cukup baik dan masih terdapat potensi untuk ditingkatkan mengingat transaksi berbasis syariah sangat selaras dengan filosofi masyarakat Minangkabau.
"Yakni 'Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah', kondisi ini perlu menjadi perhatian kita bersama. Bank Nagari dalam hal ini tidak bisa bergerak sendirian, untuk itu butuh dukungan, sinergi dan kolaborasi dari berbagai pihak," ujar dia.
Bank Nagari telah melakukan penandatanganan MoU dengan 18 lembaga keagamaan di Sumbar yang terdiri dari institusi pemerintah, perguruan tinggi, organisasi kemasyarakatan yang bergerak di bidang keagamaan dan sosial kemasyarakatan.
Dengan dilakukannya kolaborasi ini, pihaknya berharap pelaksanaan edukasi keuangan khususnya terkait dengan program perbankan syariah dapat terlaksana secara massif.
"Sejalan dengan tema yang diangkat pada Webinar saat ini yakni 'Indahnya bersyariah', dengan tujuan peserta webinar dapat memahami bahwa memanfaatkan produk dan jasa layanan syariah tidak hanya sekedar hitungan untung dan rugi saja namun ada hal positif lain yang dapat diperoleh," ucapnya.
Ia berharap melalui Webinar ini peserta dapat pemahaman tentang transaksi yang berbasiskan syariah, dan ke depan masyarakat dapat memanfaatkan produk dan jasa layanan syariah secara maksimal terutama yang tersedia di Unit Usaha Syariah Bank Nagari.
Lebih lanjut ia mengatakan pada 2021 ini Bank Nagari telah mengembangkan beberapa produk seperti Tabungan Tahari Junior, Tabungan Sikoci Umrah, dan Tabungan Sikoci Qurban. Selain itu juga tersedia KUR Syariah, Pembiayaan Modal Kerja Konstruksi Perumahan.
Disisi lain, Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah mengatakan diperlukan kegiatan-kegiatan guna peningkatan literasi keuangan agar masyarakat dapat menentukan produk dan jasa keuangan yang sesuai dengan kebutuhan.
"Kemudian memahami manfaat dan resiko, mengetahui hak dan kewajiban, serta memperoleh keyakinan bahwa produk dan jasa keuangan yang dipilih akan berdampak kepada kesejahteraan pribadi, keluarga dan masyarakat," ucapnya.
Gubernur berharap agar kerjasama edukasi literasi dan sosialisasi program perbankan syariah tersebut dapat memberikan kontribusi yang positif bagi masyarakat Sumbar dalam menentukan produk dan jasa perbankan syariah.
Ia memberi apresiasi atas pelaksanaan Webinar tersebut yang diselenggarakan Bank Nagari bersama Founder ESQ tersebut.
Sementara Ary Ginanjar Agustian yang merupakan seorang motivator terkenal di Indonesia mengatakan ada tiga hal yang perlu ditanamkan terkait perbankan syariah.
Tiga hal yang perlu ditanamkan terkait perbankan syariah yakni Knowledge (pemahaman), Mindset (pola pikir) dan Beliefs (keyakinan).
"Ketika kita memahami ini semuanya maka kita harus mampu memahami bahwa literasi itu bukan hanya dimensi intelektual, tetapi juga dimensi emosional, dan dimensi spiritual," ucapnya.
Menurut dia, selama ini perbankan hanya memberikan pemahaman saja kepada masyarakat tanpa membangun keyakinan dan pola pikir masyarakat.
Sehingga, lanjutnya, tidak banyak penduduk Indonesia yang bertransaksi syariah walaupun dari 250 juta penduduk Indonesia, 80 persen penduduknya adalah beragama Islam.
Lebih lanjut, ia mengatakan tiga hal tersebut juga harus di tanamkan terlebih dahulu kepada karyawan perbankan syariah barulah ditanamkan kepada masyarakat luas.
Direktur Utama Bank Nagari, Muhamad Irsyad di Padang, mengatakan Webinar hari ini merupakan salah satu bentuk kepedulian Bank Nagari atas masih rendahnya tingkat literasi keuangan syariah di Sumbar.
"Berdasarkan survei nasional, literasi dan inklusi keuangan oleh OJK pada 2019 menunjukkan indeks literasi keuangan mencapai 38,03 persen, meningkat dibandingkan hasil survei tahun 2016 29,7 persen," ucapnya.
Secara nasional, tingkat literasi perbankan syariah berada jauh dibawah perbankan konvensional dimana tingkat literasi perbankan syariah baru mencapai 7,92 persen pada 2019, sedangkan konvensional mencapai 35,25 persen.
Hal ini, menurutnya sangat bertolak belakang dari data penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam.
Di Sumbar, tingkat literasi keuangan syariah lebih tinggi dibanding dengan rata-rata nasional yakni sebesar 11,6 persen pada 2016, kemudian meningkat menjadi 17,28 persen pada 2019.
Hal ini menandakan bahwa pemahaman masyarakat Sumbar akan keuangan syariah cukup baik dan masih terdapat potensi untuk ditingkatkan mengingat transaksi berbasis syariah sangat selaras dengan filosofi masyarakat Minangkabau.
"Yakni 'Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah', kondisi ini perlu menjadi perhatian kita bersama. Bank Nagari dalam hal ini tidak bisa bergerak sendirian, untuk itu butuh dukungan, sinergi dan kolaborasi dari berbagai pihak," ujar dia.
Bank Nagari telah melakukan penandatanganan MoU dengan 18 lembaga keagamaan di Sumbar yang terdiri dari institusi pemerintah, perguruan tinggi, organisasi kemasyarakatan yang bergerak di bidang keagamaan dan sosial kemasyarakatan.
Dengan dilakukannya kolaborasi ini, pihaknya berharap pelaksanaan edukasi keuangan khususnya terkait dengan program perbankan syariah dapat terlaksana secara massif.
"Sejalan dengan tema yang diangkat pada Webinar saat ini yakni 'Indahnya bersyariah', dengan tujuan peserta webinar dapat memahami bahwa memanfaatkan produk dan jasa layanan syariah tidak hanya sekedar hitungan untung dan rugi saja namun ada hal positif lain yang dapat diperoleh," ucapnya.
Ia berharap melalui Webinar ini peserta dapat pemahaman tentang transaksi yang berbasiskan syariah, dan ke depan masyarakat dapat memanfaatkan produk dan jasa layanan syariah secara maksimal terutama yang tersedia di Unit Usaha Syariah Bank Nagari.
Lebih lanjut ia mengatakan pada 2021 ini Bank Nagari telah mengembangkan beberapa produk seperti Tabungan Tahari Junior, Tabungan Sikoci Umrah, dan Tabungan Sikoci Qurban. Selain itu juga tersedia KUR Syariah, Pembiayaan Modal Kerja Konstruksi Perumahan.
Disisi lain, Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah mengatakan diperlukan kegiatan-kegiatan guna peningkatan literasi keuangan agar masyarakat dapat menentukan produk dan jasa keuangan yang sesuai dengan kebutuhan.
"Kemudian memahami manfaat dan resiko, mengetahui hak dan kewajiban, serta memperoleh keyakinan bahwa produk dan jasa keuangan yang dipilih akan berdampak kepada kesejahteraan pribadi, keluarga dan masyarakat," ucapnya.
Gubernur berharap agar kerjasama edukasi literasi dan sosialisasi program perbankan syariah tersebut dapat memberikan kontribusi yang positif bagi masyarakat Sumbar dalam menentukan produk dan jasa perbankan syariah.
Ia memberi apresiasi atas pelaksanaan Webinar tersebut yang diselenggarakan Bank Nagari bersama Founder ESQ tersebut.
Sementara Ary Ginanjar Agustian yang merupakan seorang motivator terkenal di Indonesia mengatakan ada tiga hal yang perlu ditanamkan terkait perbankan syariah.
Tiga hal yang perlu ditanamkan terkait perbankan syariah yakni Knowledge (pemahaman), Mindset (pola pikir) dan Beliefs (keyakinan).
"Ketika kita memahami ini semuanya maka kita harus mampu memahami bahwa literasi itu bukan hanya dimensi intelektual, tetapi juga dimensi emosional, dan dimensi spiritual," ucapnya.
Menurut dia, selama ini perbankan hanya memberikan pemahaman saja kepada masyarakat tanpa membangun keyakinan dan pola pikir masyarakat.
Sehingga, lanjutnya, tidak banyak penduduk Indonesia yang bertransaksi syariah walaupun dari 250 juta penduduk Indonesia, 80 persen penduduknya adalah beragama Islam.
Lebih lanjut, ia mengatakan tiga hal tersebut juga harus di tanamkan terlebih dahulu kepada karyawan perbankan syariah barulah ditanamkan kepada masyarakat luas.