Bukittinggi, (ANTARA) - Hendra Nasrul (42), seorang pegawai Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi berhasil merancang seperangkat alat pendeteksi protokol kesehatan berbasis Internet Of Things (IOT) yang sudah diaplikasikan di pusat pelayanan terpadu di kampus setempat.
"Semua berawal dari hobi dan ketertarikan serta latar belakang saya di bidang informatika dan robotik, ada dua jenis mesin yang berhasil dirancang dan telah diaplikasikan langsung di bagian pelayanan Akademis dan Mahasiswa (AKAMA) hingga penerapan prokes benar-benar maksimal dijalankan," kata Hendra saat dijumpai di Kubang Putih, Agam, Selasa (06/07).
Menurutnya, dua jenis alat dari inovasinya itu adalah Automatic Portabel Handwash 4 Sensor (APH4S) dan Temperatur Detection Mask Machine (TD2M).
"APH4S merupakan satu alat pintar yang melayani empat dasar prokes yaitu mencuci tangan dengan air, membasuh dengan sabun, mengeringkan melalui hair dryer serta penggunaan handsanitizer," kata dia.
Penggunaan alat ini menggunakan sensor infrared tanpa harus menyentuh setiap keran atau alat pengering.
"Bahan membuat alat ini terbilang sederhana dan mudah didapatkan, sedangkan program yang digunakan untuk mengendalikan semua alat ini adalah program Arduino yang merupakan ide yang sangat mudah dipelajari siapapun," kata dia.
Kemudian inovasi kedua yang dikembangkan adalah alat TD2M yang bisa melakukan pelacakan suhu tubuh seseorang dari jarak enam meter dan peringatan pemakaian masker.
"Jadi, pada saat seseorang yang akan melakukan pelayanan, sistem akan mendeteksi apakah ia memakai masker atau tidak, kemudian pengukuran suhu tubuhnya otomatis terlacak," kata Hendra.
Menurutnya, TD2M memudahkan informasi pelacakan karena orang yang dicek suhu tubuhnya maka data mereka akan tersimpan secara online dalam data realtime.
"Rencana selanjutnya adalah bagaimana kedua alat ini lebih inovatif lagi, APH4S akan dikembangkan melalui sumber energi matahari dan perintah suara, sedangkan TD2M akan dilanjutkan dengan sistem buka tutup pintu masuk secara otomatis tergantung suhu tubuhnya," kata dia.
Hendra Nasrul merupakan lulusan Sarjana S2 di Universitas Putra Indonesia (UPI) Padang dan putra asli Tanjuang Medan, Kecamatan Ampek Angkek, Kabupaten Agam.
Inovasi yang dibuatnya selain karena latar belakang pendidikan dan hobi, juga untuk membantu program pemerintah memutus mata rantai penyebaran virus dan penerapan protokol kesehatan.
Menurutnya waktu yang dibutuhkan tidak begitu lama dan modal pembuatan yang tidak sampai Rp5 juta.
"Dengan modal tidak begitu besar, saya berharap inovasi ini terpakai oleh setiap instansi khususnya pelayanan banyak orang sehingga proses penerapan prokes bisa berjalan maksimal, InsyaaAllah saya siap membantu program pemerintahan di bidang ini," kata Hendra mengakhiri. (*)
"Semua berawal dari hobi dan ketertarikan serta latar belakang saya di bidang informatika dan robotik, ada dua jenis mesin yang berhasil dirancang dan telah diaplikasikan langsung di bagian pelayanan Akademis dan Mahasiswa (AKAMA) hingga penerapan prokes benar-benar maksimal dijalankan," kata Hendra saat dijumpai di Kubang Putih, Agam, Selasa (06/07).
Menurutnya, dua jenis alat dari inovasinya itu adalah Automatic Portabel Handwash 4 Sensor (APH4S) dan Temperatur Detection Mask Machine (TD2M).
"APH4S merupakan satu alat pintar yang melayani empat dasar prokes yaitu mencuci tangan dengan air, membasuh dengan sabun, mengeringkan melalui hair dryer serta penggunaan handsanitizer," kata dia.
Penggunaan alat ini menggunakan sensor infrared tanpa harus menyentuh setiap keran atau alat pengering.
"Bahan membuat alat ini terbilang sederhana dan mudah didapatkan, sedangkan program yang digunakan untuk mengendalikan semua alat ini adalah program Arduino yang merupakan ide yang sangat mudah dipelajari siapapun," kata dia.
Kemudian inovasi kedua yang dikembangkan adalah alat TD2M yang bisa melakukan pelacakan suhu tubuh seseorang dari jarak enam meter dan peringatan pemakaian masker.
"Jadi, pada saat seseorang yang akan melakukan pelayanan, sistem akan mendeteksi apakah ia memakai masker atau tidak, kemudian pengukuran suhu tubuhnya otomatis terlacak," kata Hendra.
Menurutnya, TD2M memudahkan informasi pelacakan karena orang yang dicek suhu tubuhnya maka data mereka akan tersimpan secara online dalam data realtime.
"Rencana selanjutnya adalah bagaimana kedua alat ini lebih inovatif lagi, APH4S akan dikembangkan melalui sumber energi matahari dan perintah suara, sedangkan TD2M akan dilanjutkan dengan sistem buka tutup pintu masuk secara otomatis tergantung suhu tubuhnya," kata dia.
Hendra Nasrul merupakan lulusan Sarjana S2 di Universitas Putra Indonesia (UPI) Padang dan putra asli Tanjuang Medan, Kecamatan Ampek Angkek, Kabupaten Agam.
Inovasi yang dibuatnya selain karena latar belakang pendidikan dan hobi, juga untuk membantu program pemerintah memutus mata rantai penyebaran virus dan penerapan protokol kesehatan.
Menurutnya waktu yang dibutuhkan tidak begitu lama dan modal pembuatan yang tidak sampai Rp5 juta.
"Dengan modal tidak begitu besar, saya berharap inovasi ini terpakai oleh setiap instansi khususnya pelayanan banyak orang sehingga proses penerapan prokes bisa berjalan maksimal, InsyaaAllah saya siap membantu program pemerintahan di bidang ini," kata Hendra mengakhiri. (*)