Padang (ANTARA) - Tim pengabdian yang berasal dari dosen di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Baiturahmah menghadirkan aplikasi SpecialSmile yang bisa membantu layani masalah kesehatan gigi dan mulut bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) secara real time.
"Alhamdulillah, aplikasi ini nanti juga dapat memudahkan dokter gigi dalam mendata semua ABK dan para dokter akan bisa memberikan pelayanan yang baik," kata Wali Kota Padang, Hendri Septa di Padang, Rabu.
Ia berharap tidak hanya Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Baiturahmah saja yang melakukan kegiatan ini tetapi semua perguruan tinggi yang ada di Padang bisa ikut berkolaborasi dan bersinergi dengan dinas terkait.
"Misalnya berkolaborasi dengan Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan agar bisa memberikan perhatian kepada anak didik dan menjaga senyum atau kesehatan gigi mereka," kata Wako saat meresmikan aplikasi tersebut.
Sementara itu, Rektor Universitas Baiturahmah Padang, Prof Dr Musliar Kasim mengatakan aplikasi ini merupakan luaran program kemitraan masyarakat (PKM) hibah Dikti 2021 yang bisa diakses secara umum, namun lebih dikhususkan kepada orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus.
Ia mengatakan orang tua ABK bisa masuk diaplikasi tersebut untuk melakukan konsultasi secara gratis terkait masalah gigi anaknya tanpa perlu harus datang ke klinik atau rumah sakit sebab ABK ada yang tidak bisa jalan, bicara dan sebagainya.
"Orang tua anak bisa berkonsultasi dengan dokter gigi karena sudah banyak dokter gigi umum yang bergabung di aplikasi tersebut bahkan ada juga dokter gigi spesialis," ucapnya.
Disisi lain, Ketua Tim Pengabdian Universitas Baiturrahmah drg. Valendriyani Ningrum, MPH, Ph.D., memastikan dokter yang bergabung diaplikasi itu adalah dokter yang sudah memiliki Surat Izin Praktek (SIP) dan sudah kompeten di bidangnya.
Ia menjelaskan latar belakang lahirnya aplikasi itu berawal dari wawancara yang dilakukan pada beberapa orang tua yang disertai pemeriksaan rongga mulut ABK dan berdasarkan penelitian bahwa kesehatan rongga mulut ABK lebih memprihatinkan dibandingkan anak normal.
Setelah ia gali lebih jauh, penyebabnya adalah akses ke dokter yang terbatas disebabkan ABK tidak kooperatif dan menunggu di dokter gigi yang cukup lama, ditambah lagi anak-anak tersebut tidak siap untuk diperiksa.
Untuk itu, lanjutnya perlu konsultasi terlebih dahulu terhadap penyakit ABK sehingga ketika datang ke tempat praktek bisa langsung dilakukan tindakan oleh dokter dan hadirnya aplikasi tersebut bisa menjawab masalah orang tua ABK.
Aplikasi itu tidak hanya sebagai sarana konsultasi namun juga sebagai sarana edukasi yang diberikan dalam bentuk visual maupun audio visual terkait kesehatan gigi dan mulut.
"Selain itu salah satu keunggulan dari aplikasi ini adalah memiliki fitur notifikasi yang mengingatkan pengguna waktu yang tepat untuk gosok gigi dua kali sehari," ucapnya.
Menurut dia, waktu menyikat gigi yang ideal secara literatur adalah setelah sarapan pagi dan sebelum tidur. Kebanyakan orang menyikat gigi dua kali sehari hanya pada saat mandi.
"Alhamdulillah, aplikasi ini nanti juga dapat memudahkan dokter gigi dalam mendata semua ABK dan para dokter akan bisa memberikan pelayanan yang baik," kata Wali Kota Padang, Hendri Septa di Padang, Rabu.
Ia berharap tidak hanya Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Baiturahmah saja yang melakukan kegiatan ini tetapi semua perguruan tinggi yang ada di Padang bisa ikut berkolaborasi dan bersinergi dengan dinas terkait.
"Misalnya berkolaborasi dengan Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan agar bisa memberikan perhatian kepada anak didik dan menjaga senyum atau kesehatan gigi mereka," kata Wako saat meresmikan aplikasi tersebut.
Sementara itu, Rektor Universitas Baiturahmah Padang, Prof Dr Musliar Kasim mengatakan aplikasi ini merupakan luaran program kemitraan masyarakat (PKM) hibah Dikti 2021 yang bisa diakses secara umum, namun lebih dikhususkan kepada orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus.
Ia mengatakan orang tua ABK bisa masuk diaplikasi tersebut untuk melakukan konsultasi secara gratis terkait masalah gigi anaknya tanpa perlu harus datang ke klinik atau rumah sakit sebab ABK ada yang tidak bisa jalan, bicara dan sebagainya.
"Orang tua anak bisa berkonsultasi dengan dokter gigi karena sudah banyak dokter gigi umum yang bergabung di aplikasi tersebut bahkan ada juga dokter gigi spesialis," ucapnya.
Disisi lain, Ketua Tim Pengabdian Universitas Baiturrahmah drg. Valendriyani Ningrum, MPH, Ph.D., memastikan dokter yang bergabung diaplikasi itu adalah dokter yang sudah memiliki Surat Izin Praktek (SIP) dan sudah kompeten di bidangnya.
Ia menjelaskan latar belakang lahirnya aplikasi itu berawal dari wawancara yang dilakukan pada beberapa orang tua yang disertai pemeriksaan rongga mulut ABK dan berdasarkan penelitian bahwa kesehatan rongga mulut ABK lebih memprihatinkan dibandingkan anak normal.
Setelah ia gali lebih jauh, penyebabnya adalah akses ke dokter yang terbatas disebabkan ABK tidak kooperatif dan menunggu di dokter gigi yang cukup lama, ditambah lagi anak-anak tersebut tidak siap untuk diperiksa.
Untuk itu, lanjutnya perlu konsultasi terlebih dahulu terhadap penyakit ABK sehingga ketika datang ke tempat praktek bisa langsung dilakukan tindakan oleh dokter dan hadirnya aplikasi tersebut bisa menjawab masalah orang tua ABK.
Aplikasi itu tidak hanya sebagai sarana konsultasi namun juga sebagai sarana edukasi yang diberikan dalam bentuk visual maupun audio visual terkait kesehatan gigi dan mulut.
"Selain itu salah satu keunggulan dari aplikasi ini adalah memiliki fitur notifikasi yang mengingatkan pengguna waktu yang tepat untuk gosok gigi dua kali sehari," ucapnya.
Menurut dia, waktu menyikat gigi yang ideal secara literatur adalah setelah sarapan pagi dan sebelum tidur. Kebanyakan orang menyikat gigi dua kali sehari hanya pada saat mandi.