Pariaman (ANTARA) - Memasuki pantai Desa Apar, Kecamatan Pariaman Utara, Kota Pariaman, Sumatera Barat gerbang berwarna hijau menyerupai gonjong rumah gadang berdiri kokoh menyambut kedatangan wisatawan.

Di balik gerbang itu tersusun ratusan papan berwarna merah kecoklatan sebagai lantai dan pagar kayu berwarna hijau sebagai pagar untuk menjelajahi lebatnya hutan mangrove Pariaman.

Bila menyusuri lebih dalam ke ujung trek jelajah kawasan mangrove itu terlihat sejumlah fauna khas hutan bakau merayap di atas rawa mencari makan dan sejumlah burung hinggap di sejumlah dahan.

Dari menara terlihat burung-burung terbang dan sejumlah warga mencoba mengoperasikan kano sebagai salah satu wahana yang akan ditawarkan ke wisatawan.

Apar Mangrove Park sendiri memiliki luas 10,62 hektare yang awalnya merupakan tanah kosong yang tidak produktif, hingga akhirnya pada tahun 2010 Pemerintah Daerah dan juga masyarakat desa setempat melalui kelompok-kelompok Penggerak Masyarakat Konservasi menanam 50.000 mangrove di lokasi tersebut. 

Begitulah gambaran Apar Pariaman Mangrove Park yang merupakan salah satu dari dua trek jelajah hutan bakau dengan luas tanaman tersebut sekitar enam hektare yang terletak di Desa Apar.

Trek ini dibangun oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sebagai sarana jelajah hutan bakau yang tujuannya untuk edukasi dan peningkatan ekonomi warga setempat yang bermuara pada pelestarian tanaman itu.

Trek yang baru diresmikan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Sakti Wahyu Trenggono pada Rabu (2/6) tersebut memiliki panjang sekitar 100 meter, empat gazebo, dan satu menara.

Sekarang pengelolaan trek tersebut diserahkan kepada BUMDes desa setempat yaitu Apar Mandiri dengan biaya tiket masuk Rp3 ribu per orang sehingga secara tidak langsung warga di daerah itu menjadi pihak yang terdepan menjaga kelestarian hutan mangrove serta memberikan edukasi terhadap wisatawan.

Sakti Wahyu Trenggono usai meresmikan trek tersebut meminta pihak terkait di Kota Pariaman untuk terus melestarikan hutan mangrove di daerah itu untuk mitigasi dan peningkatan ekonomi warga.

"Saya meminta hutan mangrove ini dijaga kebersihannya dan diperlebar wilayahnya supaya mampu meningkatkan ekonomi masyarakat," kata Sakti Wahyu Trenggono usai meresmikan Apar Pariaman Mangrove Park.

Pentingnya melestarikan hutan mangrove untuk keberlangsungan kehidupan terutama warga di daerah itu baik sebagai mitigasi bencana maupun sebagai peningkatan ekonomi melalui sektor pariwisata dan perikanan.

"Mangrove ini adalah kehidupan, jadi kalau mangrove ini kita jaga dengan baik dan terus ditumbuhkan maka nilai ekonominya juga besar," katanya.

Untuk mewujudkan hal tersebut, dapat dilakukan oleh banyak pihak sehingga hutan mangrove di Pariaman terus memberikan dampak positif bagi manusia terutama warga di daerah itu.

Pentingnya pengendalian sampah plastik di kawasan hutan mangrove karena tidak saja berdampak buruk bagi lingkungan namun juga memberikan kesan kotor sehingga tanaman itu sulit untuk berkembang dan wisatawan pun enggan untuk berkunjung.

Wali Kota Pariaman, Genius Umar mengatakan daerah itu telah banyak dibantu oleh KKP dalam pembenahan dalam mendukung sektor pariwisata yaitu di antaranya pembangunan dermaga Pulau Angso dan Pulau Tangah.

"Bantuan terakhir yaitu membuat trek mangrove," katanya.

Trek tersebut dapat menambah objek wisata di Pariaman sehingga daya tarik pariwisata di daerah itu semakin meningkat terutama di bidang edukasi mangrove.


Destinasi wisata

Permintaan dari MKP disanggupi, untuk memperluas kawasan hutan mangrove di desa itu karena ingin menciptakan mitigasi berbasis alam serta peningkatan ekonomi warga melalui sektor pariwisata.

Bahkan, ingin menjadikan kawasan tersebut sebagai hutan kota berbasis mangrove agar kelestarian flora dan fauna di daerah itu semakin baik sehingga berdampak lebih besar lagi.

Diharapkan dengan adanya penambahan luas hutan mangrove tersebut maka diharapkan keinginan tersebut dapat tercapai.

"Menteri berpesan menambah 10 hektare lagi. Akan kami tambah di kawasan sekitarnya, dan nanti kami diskusikan dengan masyarakat," katanya.

Saat ini pemanfaatan hutan mangrove di daerah itu yaitu untuk pariwisata dan edukasi yang hal itu didukung oleh dua trek yakni satu dibangun oleh KKP dan satu lagi Pertamina. Selain itu juga digunakan untuk bahan baku minuman dan aneka makanan khas daerah itu yaitu sirup dan galamai.

Tercatat ada sejumlah kegiatan penanaman mangrove di Desa Apar yang dilakukan semenjak 2019 oleh sejumlah pihak dalam rangka menjaga kelangsungan tanaman itu di daerah tersebut.

Adapun penanaman tersebut yaitu oleh Komando Distrik Militer 0308/Pariaman bersama Pemerintah Kota Pariaman pada 2019.

Di tahun yang sama juga dilakukan penanaman bibit mangrove oleh KKP saat peringatan Hari Nusantara di Pariaman. Lalu pada 2021 juga dilakukan penanaman bibit mangrove oleh TNI Angkatan Laut bersamaan dengan kegiatan melatih instansi terkait di Pariaman dalam mengatasi bencana.

Namun di luar itu sudah banyak pelajar dari berbagai daerah yang melaksanakan studi wisata di kawasan hutan mangrove Desa Apar yang salah satu dari rangkaian kegiatannya yaitu menanam bibit tanaman tersebut.

Kini pengunjung kawasan hutan mangrove terus meningkat. Ada yang baru pertama kali berkunjung, namun ada juga datang berulang karena suasana yang lebih tenang dan asri.

Tidak kalah penting adalah, lokasi ini kini menjadi favorit masyarakat karena selain asri juga ada gazebo dan menara yang mendukung untuk dijadikan tempat bercengkrama para pengunjung bersama rekan dan keluarganya.

Apalagi kini memasuki jaman di mana masyarakat dengan mudah memberikan informasi terkait pengalaman pribadi melalui medsos. Sebuah lokasi yang menarik dan menjadi spot untuk swafoto kini dengan mudah tersebar di media pertemanan, yang pada ujungnya dapat mempromosikan sebuah destinasi wisata ke khalayak ramai.


 

Pewarta : Aadiat M Sabir
Editor : Ikhwan Wahyudi
Copyright © ANTARA 2024