Padang (ANTARA) - Sejumlah masyarakat Sumatera Barat telah merasakan kebaikan materi yang diberikan Arnis Saleh dalam pembangunan di Ranah Minang. Sosok Arnis Saleh menjadi tempat berkumpulnya kaum yang berharap datangnya bantuan dari keberkahan usaha emas saudagar minang yang sukses di perantauan. Sejak dulu orang Minang tidak pernah merubah haluan untuk menjadi berdagang. Berdagang merupakan salah satu sumber pintu rezeki yang dijamin Allah sebagaimana prinsip hidup kebanyakan orang minang.
Arnis Saleh Datuak Malano Basa merupakan salah satu cermin perantau Minang yang sudah menikmati keringat kesuksesan di kala senja. Tidak sedikit bantuan masjid yang telah disalurkan, bahkan angka yang disedekahkan tidak tanggung-tanggung. Begitulah seharusnya prinsip hidup yang dimiliki orang Minang jika telah sukses di perantauan. Mereka tidak lupa dengan kampung dan kaumnya di kampung halaman.
Seperti pembangunan Masjid Taqwa Muhammadiyah Kauman Padang Panjang pada 2019, Arnis Saleh menjadi donatur utama penyediaan karpet shalat kualitas terbaik sepanjang 1.000 meter persegi (TopSumbar.co.id 15/12/2019). Demikian pula dengan karpet Masjid Islamic Center Padang Panjang yang merupakan juga bukti kedermawanannya.
Selain itu ia juga melunasi utang pembangunan masjid yang hampir mencapai Rp1 miliar. Jika ditelusuri, maka wajar ia menggelontorkan uang sebanyak itu karena Arnis Saleh merupakan putra asli Minangkabau yang lahir di Padang Panjang tepatnya Batipuh X Koto. Dalam telusuran penulis, ternyata anaknya adalah bekas Wali Kota Padang Panjang 2013-2018 yang memimpin Padang Panjang selama 5 tahun yang namanya sudah tidak asing bagi warga yaitu Hendri Arnis.
Kegigihan, semangat tinggi dan tidak mau menyerah menjadi kunci prinsip keberhasilan Arnis Saleh meraih semua pencapaian sekarang, bermodalkan insting berdagang yang diasah sedari kecil menjadi sebuah ketekunan yang telah diraih dalam meraup pundi-pundi emas yang telah bergelimang cabang-cabang diseluruh Indonesia. Khususnya di Sumbar sebut saja tokoh emas Murni, tokoh emas Jewelry yang menjadi bagian dari cabang emas Arnis Saleh.
Malewakan Alek PKM
Sebenarnya dari penuturan para pencetus Yayasan Pusat Kebudayaan Minangkabau (YPKM), berangkat dari pemikiran para tokoh budaya Minangkabau tahun 2011 yang ingin membentuk sebuah pusat literasi budaya Minangkabau berbadan hukum resmi. Akhirnya dimotori oleh Alwi Karmena, Mestika Zed, Darman Moenir dan lainnya sehingga baru terbentuk menjadi lembaga resmi pada tahun 2015. Diantara visi yang dibangun ketika itu “Terwujudnya kebudayaan Minangkabau yang Rahmatan Lil`Alamin”.
Namun dibalik itu semua, seiring perjalanan waktu hingga 2021 dikarenakan banyak para para pendiri yang telah meninggal dunia, seperti Mestika Zed, Darman Moenir. Maka, para pendiri lainnya bersepakat untuk melakukan perubahan melalui notaris pada tanggal 22 Februari 2021 dan disahkan melalui Surat Keputusan Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia pada tanggal 24 Februari 2021.
Tidak ada perubahan pada komposisi dewan pendiri, namun pada struktur dewan pembina dan kepengurusan dilakukan perubahan kepengurusan periode kedua tahun 2020-2025. Pada periode kedua ini PKM diketuai oleh Shofwan Karim sebagai ketua umum dan Hasril Chaniago sebagai ketua dan seterusnya. Berdirinya PKM berangkat ddari semangat akan adanya sebuah lembaga yang bergerak secara terus menerus dan sistematis “merayakan” ragam budaya Minangkabau.
Alhasil, agenda malewakan buku “Arnis Saleh Saudagar Emas Minangkabau” menjadi agenda perdana PKM dalam setiap adat Minangkabau sebagai bagian dari membesarkan, mengembangkan, memartabatkan dan menyemarakkan dalam melihat dinamika kehidupan masyarakat Minangkabau sekarang. Kehadiran PKM menjadi bagian penting dalam menggelorakan kembali semangat berMinangkabau dalam merespon arus globalisasi yang semakin berhembus.
Kebudayaan Minangkabau yang Rahmatan Lil`Alamin menjadi logo simbolik untuk merespon kondisi sosial-politik masyarakat Minangkabau era kini sehingga diharapkan setiap masyarakat Minangkabau bisa menjadi tameng dalam menyemarakkan budaya Minang yang kian hari kian keujung sehingga para generasi milenial mulai menghilangkan diri dalam memberi identitas kepada dirinya bahwa sesungguhnya mereka adalah orang Minangkabau.
Dalam visi yang dicetuskan, PKM mengungkapkan sejarah diri sebagai wadah merevitalisasi kebudayaan Minangkabau dalam mengusung misi melakukan kajian kebudayaan secara komprehensif dalam mempromosikan nilai kearifan lokal serta mengembangkan diplomasi kebudayaan dengan membangun database kebudayaan Minangkabau.
Visi dan misi menjadi tujuan dalam mengendarai nahkoda organisasi PKM menuju tempat tujuan sehingga betul-betul dapat diharapkan kehadiran dalam menyemarakkan setiap agenda kebudayaan, tokoh, yang terus mengingatkan betapa pentingnya memperkenalkan kepada generasi sekarang yang tidak mau tahu dan tidak ingin mengenal lagi seperti apa budaya Minangkabau itu sebetulnya.
Dengan adanya Alek Malewakan peluncuran buku Arnis Saleh Saudagar Emas Minangkabau menjadi bukti eksistensi budaya Minang dalam mempertahankan nilai-nilai yang masih dipegang erat urang minang terutama generasi milenial Minang yang terbawa arus perubahan. Oleh karena itu, dengan ditampilkannya sosok Arnis Saleh dalam peluncuran buku, diharapkan menjadi inspirasi dan semangat bagi kawula muda Minang untuk bermental wirausaha dalam menggali potensi diri keaslian Minangkabau.
Sebab, dari dulu suku Minangkabau telah dikenal sebagai suku perantau yang mendiami diberbagai tempat belahan dibumi manapun. Dari merantau tersebut, pilihan orang Minang Cuma satu, berdagang. Dan akhirnya sukses berdagang di perantauan dan kemudian pulang ke kampung halaman dengan memberi bantuan, membangun kampung halaman dan mendedikasikan sebagian kekayaannya untuk masyarakat kampung yang membutuhkan.
Peserta YPKM/Mahasiswa Magister Sosiologi UNAND
Arnis Saleh Datuak Malano Basa merupakan salah satu cermin perantau Minang yang sudah menikmati keringat kesuksesan di kala senja. Tidak sedikit bantuan masjid yang telah disalurkan, bahkan angka yang disedekahkan tidak tanggung-tanggung. Begitulah seharusnya prinsip hidup yang dimiliki orang Minang jika telah sukses di perantauan. Mereka tidak lupa dengan kampung dan kaumnya di kampung halaman.
Seperti pembangunan Masjid Taqwa Muhammadiyah Kauman Padang Panjang pada 2019, Arnis Saleh menjadi donatur utama penyediaan karpet shalat kualitas terbaik sepanjang 1.000 meter persegi (TopSumbar.co.id 15/12/2019). Demikian pula dengan karpet Masjid Islamic Center Padang Panjang yang merupakan juga bukti kedermawanannya.
Selain itu ia juga melunasi utang pembangunan masjid yang hampir mencapai Rp1 miliar. Jika ditelusuri, maka wajar ia menggelontorkan uang sebanyak itu karena Arnis Saleh merupakan putra asli Minangkabau yang lahir di Padang Panjang tepatnya Batipuh X Koto. Dalam telusuran penulis, ternyata anaknya adalah bekas Wali Kota Padang Panjang 2013-2018 yang memimpin Padang Panjang selama 5 tahun yang namanya sudah tidak asing bagi warga yaitu Hendri Arnis.
Kegigihan, semangat tinggi dan tidak mau menyerah menjadi kunci prinsip keberhasilan Arnis Saleh meraih semua pencapaian sekarang, bermodalkan insting berdagang yang diasah sedari kecil menjadi sebuah ketekunan yang telah diraih dalam meraup pundi-pundi emas yang telah bergelimang cabang-cabang diseluruh Indonesia. Khususnya di Sumbar sebut saja tokoh emas Murni, tokoh emas Jewelry yang menjadi bagian dari cabang emas Arnis Saleh.
Malewakan Alek PKM
Sebenarnya dari penuturan para pencetus Yayasan Pusat Kebudayaan Minangkabau (YPKM), berangkat dari pemikiran para tokoh budaya Minangkabau tahun 2011 yang ingin membentuk sebuah pusat literasi budaya Minangkabau berbadan hukum resmi. Akhirnya dimotori oleh Alwi Karmena, Mestika Zed, Darman Moenir dan lainnya sehingga baru terbentuk menjadi lembaga resmi pada tahun 2015. Diantara visi yang dibangun ketika itu “Terwujudnya kebudayaan Minangkabau yang Rahmatan Lil`Alamin”.
Namun dibalik itu semua, seiring perjalanan waktu hingga 2021 dikarenakan banyak para para pendiri yang telah meninggal dunia, seperti Mestika Zed, Darman Moenir. Maka, para pendiri lainnya bersepakat untuk melakukan perubahan melalui notaris pada tanggal 22 Februari 2021 dan disahkan melalui Surat Keputusan Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia pada tanggal 24 Februari 2021.
Tidak ada perubahan pada komposisi dewan pendiri, namun pada struktur dewan pembina dan kepengurusan dilakukan perubahan kepengurusan periode kedua tahun 2020-2025. Pada periode kedua ini PKM diketuai oleh Shofwan Karim sebagai ketua umum dan Hasril Chaniago sebagai ketua dan seterusnya. Berdirinya PKM berangkat ddari semangat akan adanya sebuah lembaga yang bergerak secara terus menerus dan sistematis “merayakan” ragam budaya Minangkabau.
Alhasil, agenda malewakan buku “Arnis Saleh Saudagar Emas Minangkabau” menjadi agenda perdana PKM dalam setiap adat Minangkabau sebagai bagian dari membesarkan, mengembangkan, memartabatkan dan menyemarakkan dalam melihat dinamika kehidupan masyarakat Minangkabau sekarang. Kehadiran PKM menjadi bagian penting dalam menggelorakan kembali semangat berMinangkabau dalam merespon arus globalisasi yang semakin berhembus.
Kebudayaan Minangkabau yang Rahmatan Lil`Alamin menjadi logo simbolik untuk merespon kondisi sosial-politik masyarakat Minangkabau era kini sehingga diharapkan setiap masyarakat Minangkabau bisa menjadi tameng dalam menyemarakkan budaya Minang yang kian hari kian keujung sehingga para generasi milenial mulai menghilangkan diri dalam memberi identitas kepada dirinya bahwa sesungguhnya mereka adalah orang Minangkabau.
Dalam visi yang dicetuskan, PKM mengungkapkan sejarah diri sebagai wadah merevitalisasi kebudayaan Minangkabau dalam mengusung misi melakukan kajian kebudayaan secara komprehensif dalam mempromosikan nilai kearifan lokal serta mengembangkan diplomasi kebudayaan dengan membangun database kebudayaan Minangkabau.
Visi dan misi menjadi tujuan dalam mengendarai nahkoda organisasi PKM menuju tempat tujuan sehingga betul-betul dapat diharapkan kehadiran dalam menyemarakkan setiap agenda kebudayaan, tokoh, yang terus mengingatkan betapa pentingnya memperkenalkan kepada generasi sekarang yang tidak mau tahu dan tidak ingin mengenal lagi seperti apa budaya Minangkabau itu sebetulnya.
Dengan adanya Alek Malewakan peluncuran buku Arnis Saleh Saudagar Emas Minangkabau menjadi bukti eksistensi budaya Minang dalam mempertahankan nilai-nilai yang masih dipegang erat urang minang terutama generasi milenial Minang yang terbawa arus perubahan. Oleh karena itu, dengan ditampilkannya sosok Arnis Saleh dalam peluncuran buku, diharapkan menjadi inspirasi dan semangat bagi kawula muda Minang untuk bermental wirausaha dalam menggali potensi diri keaslian Minangkabau.
Sebab, dari dulu suku Minangkabau telah dikenal sebagai suku perantau yang mendiami diberbagai tempat belahan dibumi manapun. Dari merantau tersebut, pilihan orang Minang Cuma satu, berdagang. Dan akhirnya sukses berdagang di perantauan dan kemudian pulang ke kampung halaman dengan memberi bantuan, membangun kampung halaman dan mendedikasikan sebagian kekayaannya untuk masyarakat kampung yang membutuhkan.
Peserta YPKM/Mahasiswa Magister Sosiologi UNAND