Jakarta, (Antara) - Dua pendaki gunung Indonesia yang berasal dari "Tim Eksepedisi 7 Summits", yaitu Fajri Al Luthfi (28 tahun) dan Martin Rimbawan (28) kembali ke Tanah Air, Selasa, setelah sukses mengibarkan Merah Putih di Puncak Everest melalui Jalur Selatan (Nepal) pada 23 Mei lalu.
Sukses tersebut menggenapi keberhasilan mereka menggapai tujuh puncak dunia (seven summits), setelah sebelumnya mencapai puncak Ndugu Ndugu (Cartenz Pyramid) di Papua (4.884 mdpl), Kilimanjaro di Afrika (5.892), Elbrus di Eropa (5.642), Aconcagua di Amerika Selatan (6.962), Denali (McKenley) di Amerika Utara (6.194) dan Vinson Massiv di Antartika (4.897).
Fajri dan Martin disambut penuh haru oleh Ketua Umum Tim 7 Summits Endriartono Sutarto, Ketua Dewan Penasehat Erry Ryana Hardjapemekas dan mantan Menpora Adhyaksa Dault serta sekitar seratus anggota organisasi pencinta alam Wanadri yang sudah menunggu di Restoran Pulau Dua Senayan, Jakarta.
Dengan terbata-bata sambil menahan tangis haru, Fajri dan Martin yang baru beberapa jam sebelumnya mendarat di bandara Soekarno-Hatta mengisahkan petualangan mereka.
"Sangat sulit bagi saya untuk menjelaskan dengan kata-kata bagaimana perasaan saya waktu mengibarkan bendera Merah Putih di Puncak Everest. Sukses ini juga sukses bangsa Indonesia dan juga berkat doa rekan-rekan semua," kata Fajri yang mengaku sempat hampir menyerah pada saat-saat terakhir akibat kelelahan dan terpaan angin kencang.
Kedua pendaki tersebut pada awalnya dijadwalkan mencapai Puncak Everest pada 23 Mei 2013, tapi perjalanan tidak bisa dilanjutkan setelah mencapai Camp 4 yang di dunia pendakian gunung terkenal dengan sebutan "death zone" (zona maut).
Akibat cuaca buruk dan embusan angin kencang serta kekurangan oksigen pada ketinggian lebih dari 7.500 meter diatas permukaan laut, kedua pendaki itu pun harus bertarung dengan maut akibat perubahan metabolisme tubuh.
Bagi Fajri dan Martin, upaya untuk mencapai puncak tertinggi di dunia tersebut adalah upaya kedua setelah gagal pada usaha pertama pada April 2012.
Fajri gagal mencapai puncak karena tertahan badai di ketinggian 8.000 mdpl, sementara Martin tidak berangkat akibat jatuh sakit.
Perjalanan Fajri dan Martin merupakan rangkaian dari ekspedisi Tim 7 Summits yang berjuang selama 25 bulan, yaitu dari April 2010 sampai Mei 2012 untuk menancapkan Merah Putih di tujuh puncak tertinggi di dunia. (*/jno)