Padang (ANTARA) - Penumpang dari dan ke bandara Internasional Minangkabau pada dua hari terakhir seakan tak mengacuhkan kecelakaan pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ 182 yang terbang dari Jakarta menuju Pontianak pada Sabtu siang (9/1) dengan tetap ramainya aktivitas penumpang yang datang maupun berangkat.
General Manager Angkasa Pura II Bandara Internasional Minangkabau Yos Sugiono di Padang, Senin di Padang menyatakan, pada Minggu (10/1) jumlah penumpang pesawat bahkan mencapai 4.100-an orang lebih banyak sekira 1000 penumpang dibanding kondisi Sabtu, sementara pada Senin sampai sore sudah mencapai 1.800-an penumpang.
"Bisa dikatakan penumpang di BIM tidak terlalu terpengaruh dengan kecelakaan pesawat, orang kan butuh pergerakan (mobilitas)," ujar Yos yang sudah dua tahun menggawangi AP II Padang itu.
Pesawat Sriwijaya yang melayani rute Padang-Jakarta dan sebaliknya pada sore dan malam hari juga tetap beroperasi seperti biasa.
Ia mengatakan moda transportasi udara tetap lebih aman dibanding lainnya. Sebagai contoh selama 2020 tidak ada kecelakaan pesawat di Indonesia. Sebagai gambaran di Soetta saja setiap hari pada kondisi normal sebelum COVID 19 ada pergerakan 1.200-an pesawat yang mendarat ataupun terbang setiap harinyanya.
"Standar operasional prosedur penerbangan kan ketat, pesawat juga dilakukan perawatan rutin dan dikemudikan oleh pilot yang bersertifikat," jelasnya.
Ia menjelaskan pada Januari-Maret biasanya mobilitas penumpang lebih rendah disebabkan aparat sipil negara yang menjadi pengguna pesawat udara belum banyak yang melakukan perjalanan dinas. Begitu juga kegiatan edukasi, pariwisata dan bisnis masih tidak terlalu banyak.
Puncak pengguna angkutan udara di BIM terjadi pada 24 Desember 2020 dimana ada 6000-an penumpang yang datang dan berangkat. Saat itu banyak perantau yang balik ke Padang untuk berlibur akhir tahun.
Arus penumpang yang datang dan pergi dari dan ke BIM selama 2018 mencapai 3 jutaan dan pada 2019 meningkat jadi 4,1 juta penumpang sementara pada 2020 dengan adanya COVID 19 pergerakan penumpang mengalami penurunan yang signifikan.
Bandar Udara Internasional Minangkabau berdiri di atas tanah seluas 4,27 km persegi dengan landasan pacu sepanjang 3.000 meter dengan lebar 45 meter. Penerbangan domestik dan internasional dilayani oleh terminal seluas 20.568 m², yang berkapasitas sekitar 2,3 juta penumpang setiap tahunnya. Pada 2017, bandara ini akan diperluas dua tahap hingga mencapai 49.000 meter persegi dan bisa menampung sekitar 5,9 juta penumpang per tahun.
General Manager Angkasa Pura II Bandara Internasional Minangkabau Yos Sugiono di Padang, Senin di Padang menyatakan, pada Minggu (10/1) jumlah penumpang pesawat bahkan mencapai 4.100-an orang lebih banyak sekira 1000 penumpang dibanding kondisi Sabtu, sementara pada Senin sampai sore sudah mencapai 1.800-an penumpang.
"Bisa dikatakan penumpang di BIM tidak terlalu terpengaruh dengan kecelakaan pesawat, orang kan butuh pergerakan (mobilitas)," ujar Yos yang sudah dua tahun menggawangi AP II Padang itu.
Pesawat Sriwijaya yang melayani rute Padang-Jakarta dan sebaliknya pada sore dan malam hari juga tetap beroperasi seperti biasa.
Ia mengatakan moda transportasi udara tetap lebih aman dibanding lainnya. Sebagai contoh selama 2020 tidak ada kecelakaan pesawat di Indonesia. Sebagai gambaran di Soetta saja setiap hari pada kondisi normal sebelum COVID 19 ada pergerakan 1.200-an pesawat yang mendarat ataupun terbang setiap harinyanya.
"Standar operasional prosedur penerbangan kan ketat, pesawat juga dilakukan perawatan rutin dan dikemudikan oleh pilot yang bersertifikat," jelasnya.
Ia menjelaskan pada Januari-Maret biasanya mobilitas penumpang lebih rendah disebabkan aparat sipil negara yang menjadi pengguna pesawat udara belum banyak yang melakukan perjalanan dinas. Begitu juga kegiatan edukasi, pariwisata dan bisnis masih tidak terlalu banyak.
Puncak pengguna angkutan udara di BIM terjadi pada 24 Desember 2020 dimana ada 6000-an penumpang yang datang dan berangkat. Saat itu banyak perantau yang balik ke Padang untuk berlibur akhir tahun.
Arus penumpang yang datang dan pergi dari dan ke BIM selama 2018 mencapai 3 jutaan dan pada 2019 meningkat jadi 4,1 juta penumpang sementara pada 2020 dengan adanya COVID 19 pergerakan penumpang mengalami penurunan yang signifikan.
Bandar Udara Internasional Minangkabau berdiri di atas tanah seluas 4,27 km persegi dengan landasan pacu sepanjang 3.000 meter dengan lebar 45 meter. Penerbangan domestik dan internasional dilayani oleh terminal seluas 20.568 m², yang berkapasitas sekitar 2,3 juta penumpang setiap tahunnya. Pada 2017, bandara ini akan diperluas dua tahap hingga mencapai 49.000 meter persegi dan bisa menampung sekitar 5,9 juta penumpang per tahun.