Pariaman (ANTARA) - Pos Penyuluh Desa (Posluhdes) Kaluat, Kecamatan Pariaman Timur, Kota Pariaman, Sumatera Barat membina warga di daerah itu untuk membudidayakan burung puyuh hingga memiliki omzet mencapai Rp6 juta perbulannya.
"Budi daya burung puyuh ini merupakan program pemerintah desa sekitar satu tahun lalu untuk meningkatkan ekonomi masyarakat," kata Kepala Desa Kaluat, Ali Amran melalui Kaur Perencanaan Desa Kaluat Mailiza di Pariaman, Jumat.
Ia mengatakan setidaknya pada tahun lalu pihaknya membeli sekitar 1.200 bibit burung puyuh untuk dibudidayakan oleh dua dasawisma di desa itu.
Selain memberikan bibit telur puyuh, lanjutnya pihaknya juga memberikan mesin tetas telur puyuh agar kelompok masyarakat dapat mengembangkan usahanya.
Ia menyampaikan saat ini pihaknya sedang mempersiapkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk mengakomodir penjualan telur puyuh tersebut.
"Insyaallah BUMDes 2021 bisa berdiri dan dapat mengatasi permasalahan usaha dari masyarakat di Desa Kaluat," katanya.
Semantara itu, salah seorang pengelola budi daya burung puyuh setempat Afridoni (42) mengatakan pada masa produktif pendapatan dari penjualan telur puyuh mencapai Rp5 juta sampai Rp6 juta per bulan.
"Sekarang pendapatan menurun karena masa produktif burung puyuh sudah hampir habis," ujarnya.
Karena permasalahan tersebut maka hingga saat ini pemasaran telur puyuh miliknya hanya di Kota Pariaman.
Saat ini pihaknya sedang mengupayakan peremajaan burung puyuh dengan memanfaatkan mesin tetas yang dimiliki.
"Namun untuk pengembangan atau penambahan kandang sulit karena butuh modal yang besar," kata dia.
Ia berharap dengan adanya BUMDes nantinya dapat membantu pihaknya dalam hal pengembangan usaha budi daya puyuh sehingga hasil yang didapatkan juga maksimal.
"Budi daya burung puyuh ini merupakan program pemerintah desa sekitar satu tahun lalu untuk meningkatkan ekonomi masyarakat," kata Kepala Desa Kaluat, Ali Amran melalui Kaur Perencanaan Desa Kaluat Mailiza di Pariaman, Jumat.
Ia mengatakan setidaknya pada tahun lalu pihaknya membeli sekitar 1.200 bibit burung puyuh untuk dibudidayakan oleh dua dasawisma di desa itu.
Selain memberikan bibit telur puyuh, lanjutnya pihaknya juga memberikan mesin tetas telur puyuh agar kelompok masyarakat dapat mengembangkan usahanya.
Ia menyampaikan saat ini pihaknya sedang mempersiapkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk mengakomodir penjualan telur puyuh tersebut.
"Insyaallah BUMDes 2021 bisa berdiri dan dapat mengatasi permasalahan usaha dari masyarakat di Desa Kaluat," katanya.
Semantara itu, salah seorang pengelola budi daya burung puyuh setempat Afridoni (42) mengatakan pada masa produktif pendapatan dari penjualan telur puyuh mencapai Rp5 juta sampai Rp6 juta per bulan.
"Sekarang pendapatan menurun karena masa produktif burung puyuh sudah hampir habis," ujarnya.
Karena permasalahan tersebut maka hingga saat ini pemasaran telur puyuh miliknya hanya di Kota Pariaman.
Saat ini pihaknya sedang mengupayakan peremajaan burung puyuh dengan memanfaatkan mesin tetas yang dimiliki.
"Namun untuk pengembangan atau penambahan kandang sulit karena butuh modal yang besar," kata dia.
Ia berharap dengan adanya BUMDes nantinya dapat membantu pihaknya dalam hal pengembangan usaha budi daya puyuh sehingga hasil yang didapatkan juga maksimal.