Bukittinggi (ANTARA) - Calon Gubernur Sumatera Barat  Nasrul Abit mengatakan bukan hanya wajah pariwisata di daerah itu yang harus dibenahi tapi juga cara berpikir masyarakat sehingga tidak terjadi “main pakuak” terhadap pengunjung objek wisata.

“Selama ini saya sering mendapat keluhan soal ‘tukang pakuak’.  Ini bukan persoalan baru. Ke depan, saya dan Indra Catri akan terus membenahi ini,” katanya 

Ia menilai “Main pakuak” di objek wisata dapat berupa tarif parkir, harga makanan dan minuman, serta tiket masuk. Biasanya hal itu terjadi pada hari-hari besar dan libur panjang.

Ia mengatakan ada yang melapor, baru sampai di objek wisata, belum sempat menikmati objek wisata, langsung diminta uang parkir. Inikan keterlaluan. Cara berpikir seperti ini harus dibenahi. 

"Saya khawatir jika hal tersebut tidak segera diubah, pariwisata Sumbar dinilai buruk oleh pengunjung,” tutur Ketua Tim Pengembangan Pariwisata Sumbar yang sedang cuti Pilkada itu.

Menurutnya jika ingin objek wisata Sumbar menjadi tujuan utama wisatawan lokal dan asing, perlu ada cara untuk memberikan kenyamanan terhadap wisatawan, bukan malah memanfaatkan kesempatan dengan menetapkan tarif terlalu mahal.

“Dampaknya, lokasi itu bisa tidak dikunjungi oleh wisatawan di masa mendatang. Jadi, baik kepada warga sekitar, pelaku wisata, maupun pengelola wisata, lokasi wisata mau dikunjungi untuk tahun ini saja atau tetap dikunjungi hingga masa mendatang?” katanya.

Untuk mengatasi masalah itu, Nasrul Abit mengimbau pemerintah kabupaten dan kota untuk membentuk tim khusus pengawas pariwisata.

Ia menjelaskan bahwa pengawasan tersebut akan dilakukan di semua sektor, mulai dari objek yang dikelola swasta hingga pemerintah, termasuk persoalan parkir.

“Kalau kami terpilih, ‘tukang pakuak’ kami sikat,” ucapnya.


Pedagang Seragam adukan nasib ke Indra Catri

Pedagang seragam sekolah di Padang Panjang mengadu kepada calon Wakil Gubernur Sumbar, Indra Catri karena omzet penjualannya turun drastis hingga 200 persen sejak pandemi Covid-19 melanda provinsi itu.

“Sejak pandemi korona, omzet turun drastis. Anak-anak juga sangat ingin ke sekolah,” kata pedagang seragam baju di Pasar Padang Panjang, Elfa Renita.

Elfa mengatakan bahwa hingga kini ia masih berjualan meski dampak pandemi terus menggoyang usahanya. 

Ia menyebut bahwa masih ada pembeli yang mencari baju seragam sekolah, tetapi jumlahnya sangat sedikit daripada biasanya.

Dirinya berharap pemerintah mempertimbangkan untuk membuka sekolah kembali dengan penerapan protokol kesehatan meski penyebaran COVID-19 masih terjadi di Sumbar.

“Anak-anak saya misalnya, sudah bosan belajar di rumah. Belajar di rumah juga tidak efektif,” ujarnya.

Sementara itu, Indra Catri mengatakan bahwa saat ini penyebaran COVID-19 memang masih tinggi. Kemudian, kebijakan tentang kapan sekolah dimulai berada di tangan pemerintah.

“Dampaknya memang luar biasa, tidak hanya di sektor pendidikan, tetapi juga ekonomi. Semoga korona segera berlalu,” kata dia.

Indra Catri menyampaikan bahwa ke depan merupakan tantangan berat bagi pemerintah, yakni memulihkan ekonomi dan sektor lain yang terdampak pandemi. Ia bersama calon Gubernur Sumbar, Nasrul Abit, sudah merancang strategi pemulihan tersebut. (*)

Pewarta : Mario Sofia Nasution
Editor : Siri Antoni
Copyright © ANTARA 2024