Jakarta (ANTARA) - Selain munculnya tren bercocok tanam tumbuhan janda bolong dan memelihara ikan cupang di masa pandemi, bersepeda juga menjadi salah satu kegiatan yang ikut menjamur di kalangan masyarakat Ibu Kota.

Tak hanya faktor untuk menjadikan tubuh bugar  dan menaikkan imunitas. Naiknya tren bersepeda juga didukung fasilitas-fasilitas yang terus dikembangkan oleh Pemprov DKI Jakarta dengan misi menjadikan kota Metropolitan itu sebagai transit oriented city.

Mulai dari jalur sepeda sepanjang 63 kilometer yang tersedia melintasi wilayah-wilayah kota, fasilitas tempat parkir sepeda di setiap stasiun MRT Jakarta, hingga penerapan jam khusus bagi pesepeda turut mendorong kegiatan mengayuh pedal sepeda kian berkembang di Ibu Kota.

Tak hanya warga biasa, mulai dari artis hingga pejabat turut  tertular demam bersepeda ini. Sayangnya, dalam beberapa waktu terakhir tren bersepeda yang sedang naik daun di Jakarta itu diikuti juga dengan tren kriminalitas penjambretan oleh beberapa oknum yang tidak bertanggung jawab.
  Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bersepeda di kawasan Bundaran HI , Minggu (3/11/2019). (ANTARA/Livia Kristianti)

Tak hanya sekali dua kali, penjambret itu berkali-kali melancarkan aksinya merampas barang-barang berharga pesepeda yang kerap terjadi berupa telepon genggam bahkan aksi itu bisa berujung membahayakan pesepeda.

Kejadian itu pun berulang, tak lagi di titik-titik yang sepi namun sudah mengintai hingga ke ruas-ruas jalan protokol seperti di kawasan Sudirman- MH Thamrin yang memang ramai penggunanya.

“Memang kan akhir-akhir ini sering banget denger ada begal pesepeda, ada jambret yang nyasarnya pesepeda doang. Karena gua kan baru juga mulai sepedaan kayaknya gua akan mengurangi dulu deh intensitas bersepedanya atau bahkan berhenti dulu,” ujar Mutia salah seorang warga Jakarta yang baru meniti hobinya bersepeda pada Juni 2020.

Tak hanya meresahkan bagi pesepeda pemula, para penjambret itu bahkan membuat rasa trauma bagi pesepeda yang menjadi korban perampasan barang berharganya sehingga ada keengganan untuk kembali menggowes pedal sepeda.

“Jujur trauma, lagi menepi di pinggir jalan tiba-tiba handphone-ku raib gitu aja. Ya sekarang jadinya milih olahraga lari. Sepedaan juga mikir-mikir, paling di lokasi-lokasi dekat rumah aja jadi gak perlu bawa barang berharga,” ujar Acen salah seorang pesepeda yang pernah menjadi korban penjambretan di kawasan FX Sudirman.

Dua pendapat itu dapat memberi gambaran kecil keresahan para pesepeda atas tren penjambretan yang menyasar orang-orang yang tengah bersepeda di jalanan Ibu Kota.

Andil polisi 
Berkaca dari banyaknya perbincangan di media sosial atas fenomena jambret yang menyasar pesepeda itu, petugas kepolisian setempat pun bergerak cepat.

Misalnya seperti yang dilakukan oleh Polsek Metro Menteng yang dengan cepat mengamankan seorang pemuda berinisial BG (21) pada Sabtu (17/10) usai mencoba menjambret pesepeda di Jalan HOS Cokroaminoto, Menteng, Jakarta Pusat.

Rupanya setelah diselidiki oleh penyidik, BG telah melancarkan aksinya di sekitar kawasan Menteng itu sebanyak tujuh kali.

BG pun kerap beraksi bersama temannya berisial A. Keduanya beraksi ketika melihat pesepeda dalam kondisi sendirian dan tidak bersama rombongan.

Mereka menggunakan motor Satria FU hitam tanpa plat nomor untuk merampas barang berharga milik korbannya.

A saat ini berstatus buron akibat melarikan diri pada saat gagal menjambret telepon seluler seharga Rp 22 juta di HOS Cokroaminoto itu dan meninggalkan BG sendirian pada saat dicokok warga sekitar.

“Mudah-mudahan dengan ditangkapnya para pelaku ini kejahatan jalanan ini khususnya bagi para pesepeda di jalanan ini bisa kita cegah. Kalau pun ada, tolong laporkan ke kita nanti kita cari," ujar Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Pol Heru Novianto.

Meski sudah ada spesialis jambret pesepeda yang ditangkap di kawasan Menteng, rupanya kejadian serupa kembali terulang pada Selasa (20/10). Kali ini terjadi di lokasi yang lebih ramai yaitu di kawasan Bundaran HI.

Pesepeda berinisial TL yang menjadi korban pun bahkan mengalami luka di bagian pahanya akibat mempertahankan telepon genggamnya dari dua orang pelaku yang lagi- lagi menggunakan motor pada saat menjambret pesepeda,

Kanit Polsek Metro Menteng Komisaris Polisi Ghozali Luhulima pun mengatakan kedua pelaku dipastikan segera diburu, tak mau berlama-lama Ghozali bahkan mengatakan akan menyiapkan pasukan untuk menganalisis titik-titik rawan penjambretan yang mengintai para pesepeda di kawasan Menteng.

“Seminggu ini tim buser kita akan analisa jam-jam rawan si pelaku jambret beraksi dan di lokasi mana saja nih yang jadi sasarannya. Kita cocokan juga sama data yang kemarin kita himpun," ujar Ghozali.

Kisah lain datang dari artis Anjasmara yang juga sempat menjadi korban penjambretan di kawasan Sudirman, Jakarta Selatan saat bersepeda. Anjasmara lewat akun instagramnya @anjasmara menceritakan dirinya sampai terjatuh karena mencoba membela diri saat mempertahankan telepon genggamnya.

Suami dari aktris Dian Nitami itu pun akhirnya mengalami luka di bagian leher dan bahunya. Ia bahkan sampai melakukan MRI karena sempat mengalami sakit kepala usai membela diri.

Untuk menghindari kejadian serupa, Polres Jakarta Selatan pun membentuk Satgas Khusus Anti Begal sehingga dapat menciptakan rasa aman bagi para pesepeda untuk melakukan aktivitasnya khususnya di Jakarta Selatan.

“Walaupun ada sebagian kejadian (penjambretan pesepeda) itu melapor dan tidak melapor, namun bagaimanapun juga itu menimbulkan keresahan. Keresahan ini yang perlu kita jawab dengan kesiapan kami membentuk Satgas khusus gabungan," ujar Wakapolres Metro Jakarta Selatan AKBP Agustinus Agus Rahmanto.

Kiat hindari jambret
Berbagai upaya polisi untuk mengantisipasi adanya penjambret yang menyasar pesepeda mendapatkan apresiasi dari komunitas-komunitas pesepeda.

Salah satu komunitas pesepeda yang menyampaikan apresiasi atas upaya- upaya petugas keamanan menjaga para pesepeda itu adalah komunitas Brompton Owner Group Kelapa Gading dan Sekitarnya (Bogas).

Ketua komunitas Bogas Chriswanto bahkan menyampaikan harapannya agar dengan adanya penjagaan dari petugas keamanan secara khusus bagi pesepeda maka tidak ada lagi kasus penjambretan yang harus dialami pengguna kendaraan beroda dua yang ramah lingkungan itu.

“Kami tentu apresiasi. Kami sebagai komunitas pesepeda tentu senang dengan adanya upaya-upaya dari polisi menjaga kami. Mudah-mudahan kejadian seperti ini bisa berkurang sehingga kita para pesepeda bisa nyaman gowes,” ujar Chriswanto.

Meski demikian, Chriswanto menyampaikan bagi pesepeda juga harus melakukan proteksi diri secara mandiri agar dapat terhindar dari penjambretan saat sedang mengayuh sepeda di jalanan Jakarta.

Ia membagikan empat tips yang bisa diikuti oleh pesepeda lainnya agar aman saat bersepeda khususnya untuk menghindari penjambret-penjambret yang ringan tangan.

"Pertama, hindari menaruh barang berharga di lokasi-lokasi yang mencolok. Seperti meletakkan ponsel (telepon seluler) di setang sepeda, di belakang baju, dan di dalam tas selempang yang longgar. Itu sebisa mungkin dihindari," ujar Chriswanto.

Hal itu dilakukan agar pesepeda tidak terlihat mencolok dan menarik perhatian penjambret sehingga pesepeda dapat aman saat mengayuh sepeda.

Kiat kedua, adalah bersepeda bersama komunitas atau beriringan dengan kelompok. Hal itu perlu dilakukan karena hingga saat ini penjambret spesialis pesepeda melancarkan aksinya saat pesepeda tidak ditemani orang lain atau sendirian.

Selanjutnya dan kiat yang paling penting adalah selalu menggunakan alat pelindung diri seperti helm saat bersepeda. Pelindung diri menjadi penting jika terjadi penjambretan setidaknya organ terpenting yaitu kepala dapat terlindungi.

Kiat terakhir yang dapat dilakukan pesepeda agar aman saat bersepeda di Jakarta adalah istirahat di trotoar.

"Istirahatnya jangan di badan jalan, karena itu rentan sekali penjambret melancarkan aksinya. Jambret itu melancarkan aksinya naik motor. Kalau di badan jalan otomatis dia bisa sedikit berhenti dan merebut barang berharga kita, saat istirahat di badan jalan. Jadi pastikan di trotoar sehingga memperkecil potensi penjambretan," ujar Chriswanto.

Bagi komunitas ada tips tambahan yang dapat diikuti dan dicontoh dari Bogas agar kegiatan gowes dapat berjalan lebih nyaman yaitu menyiapkan tim pengamanan tambahan.

“Tim khusus ini bisa pakai motor, motor biasa saja. Kalau misalnya kita komunitas mau gowes sekitar 40 orang. Ya nanti ada tiga motor itu satu di depan, satu di tengah, dan satu di belakang untuk mengawal semua yang bersepeda. Itu jadi jika ada kejadian seperti jambret, gerakannya akan lebih cepat. Setidaknya bisa dikejar,” kata Chriswanto.

Menutup tulisan ini, pesan penting bagi pesepeda di Ibu Kota agar selalu mawas diri dan memberikan proteksi mandiri adalah prioritas. Waspadalah menjadi kunci saat bersepeda agar selamat sampai tujuan.

Pewarta : Livia Kristianti
Editor : Joko Nugroho
Copyright © ANTARA 2024