Padang (ANTARA) - Sebagai bentuk komitmen Universitas Andalas dalam menyikapi Permendikbud No. 3 Tahun 2020 pasal 18 ayat 3 butir c bahwa proses pembelajaran dapat dilaksanakan di luar Perguruan Tinggi, Unand mengadakan Diskusi Grup Terpumpun untuk menyiapkan instrumen yang akan digunakan sebagai pedoman implementasi Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
FGD Merdeka Belajar – Kampus Merdeka: Membangun Desa dan Proyek Kemanusiaan Terintegrasi KKN digelar pada Rabu (7/10) secara daring, dihadiri oleh Rektor Unand, Wakil Rektor, pimpinan fakultas, Ketua Jurusan/Bagian/Program Studi, Ketua/Direktur Pusat Studi/Kajian, Ketua UPT KKN, dan Wali Nagari di Sumatera Barat, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Sumatera Barat serta Tim Penyusun Panduan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka Universitas Andalas.
Diskusi juga menghadirkan beberapa Narasumber yaitu Dirjen Dikti Kemdikbud RI Prof.Nizam, PhD, Anwar Sanusi, PhD Inisiator Forum Pertides yang saat ini juga menjabat sebagai sekjen Kemnaker RI, Dessy Aliandrina, PhD yang merupakan Head of Technopreneurship Dept. Surya University yang juga merupakan Founder SociopreneurID.
Dalam program MBKM ada delapan bentuk kegiatan yang bisa dilakukan mahasiswa yaitu program pertukaran belajar, magang/praktek kerja, mengajar di satuan pendidikan, penelitian, proyek kemanusiaan, kegiatan membangun desa/KKN Tematik dan studi independent.
Rektor Unand Prof Yuliandri mengatakan bahwa program MBKM ini berkaitan dengan kesempatan bagi mahasiswa selama satu semester untuk mengikuti dan memilih matakuliah di luar program studi pada Perguruan Tinggi yang sama, dan paling lama 2 semester untuk menempuh pembelajaran pada program studi yang sama di Perguruan Tinggi yang berbeda, pembelajaran pada program studi yang berbeda pada Perguruan Tinggi yang berbeda.
Ia juga menyatakan program MBKM memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan pembelajaran di luar Perguruan Tinggi terutama dalam pemberdayaan masyarakat.
“Harapan kita bersama, program kampus merdeka ini memberikan manfaat terutama dalam capaian pembelajaran yang dilakukan mahasiswa serta memberikan banyak kontribusi konkret kepada masyarakat” ujarnya.
FGD MBKM yang dilakukan unand juga bertujuan untuk menerjemahkan bagaimana gagasan MBKM dalam satu poin yaitu proyek desa dapat dilaksanakan.
Inisiator Forum Pertides Anwar Sanusi menyatakan proyek desa ini dapat dilakukan bersama dengan aparatur desa (kepala desa), BUMDes, koperasi, atau organisasi desa lainnya.
“Dalam proyek desa ada dua hal yang bisa dilakukan yaitu proyek sosial untuk membantu masyarakat di pedesaan atau daerah terpencil dalam membangun ekonomi rakyat, infrastruktur dan SDM”, ungkapnya.
Ia berpendapat melalui digitalisasi desa, mampu menciptakan nilai tambah bagi kalangan masyarakat desa, contohnya melalui integrasi usaha di desa dengan platform digital e-commerce.
Tugas perguruan tinggi adalah memberikan kontribusi dalam peningkatan SDM Pedesaan. Mahasiswa melalui program MBKM dapat membantu transformasi digital di wilayah pedesaan.
Sementara itu, Dirjen Dikti Kemdikbud RI Prof. Nizam, PhD menyatakan mahasiswa diturunkan ke desa untuk melakukan edukasi, mengembangkan berbagai bidang untuk membantu masyarakat baik itu dalam bidang pendidikan, pertanian, kesehatan dan perekonomian.
Lebih lanjut ia juga mengatakan melalui program yang dijalankan harapannya menghasilkan output SDM yang unggul, hardskill dan softskillnya terbangun, network kuat, pengalaman kuat.
“Outcome dari program MBKM ini adalah menghasilkan lulusan yang profesional, entrepreneur, sociopreneur, saintist, birokrat, politisi yang sudah terasah di dunia kerja," ujarnya.
Ia berharap perguruan tinggi juga bersinergi dengan mitra industri, sehingga kampus merdeka yang kita rancang bersama diharapkan menghasilkan output SDM yang unggul’.
Prof Nizam juga mengapresiasi Rektor Unand yang sangat aktif dalam mendorong kerjasama untuk mewujudkan kampus merdeka.
FGD ini ditutup dengan penandatangan MoU antara Rektor Unand dan Dessy Aliandrina, PhD yang merupakan Founder SociopreneurID
FGD Merdeka Belajar – Kampus Merdeka: Membangun Desa dan Proyek Kemanusiaan Terintegrasi KKN digelar pada Rabu (7/10) secara daring, dihadiri oleh Rektor Unand, Wakil Rektor, pimpinan fakultas, Ketua Jurusan/Bagian/Program Studi, Ketua/Direktur Pusat Studi/Kajian, Ketua UPT KKN, dan Wali Nagari di Sumatera Barat, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Sumatera Barat serta Tim Penyusun Panduan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka Universitas Andalas.
Diskusi juga menghadirkan beberapa Narasumber yaitu Dirjen Dikti Kemdikbud RI Prof.Nizam, PhD, Anwar Sanusi, PhD Inisiator Forum Pertides yang saat ini juga menjabat sebagai sekjen Kemnaker RI, Dessy Aliandrina, PhD yang merupakan Head of Technopreneurship Dept. Surya University yang juga merupakan Founder SociopreneurID.
Dalam program MBKM ada delapan bentuk kegiatan yang bisa dilakukan mahasiswa yaitu program pertukaran belajar, magang/praktek kerja, mengajar di satuan pendidikan, penelitian, proyek kemanusiaan, kegiatan membangun desa/KKN Tematik dan studi independent.
Rektor Unand Prof Yuliandri mengatakan bahwa program MBKM ini berkaitan dengan kesempatan bagi mahasiswa selama satu semester untuk mengikuti dan memilih matakuliah di luar program studi pada Perguruan Tinggi yang sama, dan paling lama 2 semester untuk menempuh pembelajaran pada program studi yang sama di Perguruan Tinggi yang berbeda, pembelajaran pada program studi yang berbeda pada Perguruan Tinggi yang berbeda.
Ia juga menyatakan program MBKM memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan pembelajaran di luar Perguruan Tinggi terutama dalam pemberdayaan masyarakat.
“Harapan kita bersama, program kampus merdeka ini memberikan manfaat terutama dalam capaian pembelajaran yang dilakukan mahasiswa serta memberikan banyak kontribusi konkret kepada masyarakat” ujarnya.
FGD MBKM yang dilakukan unand juga bertujuan untuk menerjemahkan bagaimana gagasan MBKM dalam satu poin yaitu proyek desa dapat dilaksanakan.
Inisiator Forum Pertides Anwar Sanusi menyatakan proyek desa ini dapat dilakukan bersama dengan aparatur desa (kepala desa), BUMDes, koperasi, atau organisasi desa lainnya.
“Dalam proyek desa ada dua hal yang bisa dilakukan yaitu proyek sosial untuk membantu masyarakat di pedesaan atau daerah terpencil dalam membangun ekonomi rakyat, infrastruktur dan SDM”, ungkapnya.
Ia berpendapat melalui digitalisasi desa, mampu menciptakan nilai tambah bagi kalangan masyarakat desa, contohnya melalui integrasi usaha di desa dengan platform digital e-commerce.
Tugas perguruan tinggi adalah memberikan kontribusi dalam peningkatan SDM Pedesaan. Mahasiswa melalui program MBKM dapat membantu transformasi digital di wilayah pedesaan.
Sementara itu, Dirjen Dikti Kemdikbud RI Prof. Nizam, PhD menyatakan mahasiswa diturunkan ke desa untuk melakukan edukasi, mengembangkan berbagai bidang untuk membantu masyarakat baik itu dalam bidang pendidikan, pertanian, kesehatan dan perekonomian.
Lebih lanjut ia juga mengatakan melalui program yang dijalankan harapannya menghasilkan output SDM yang unggul, hardskill dan softskillnya terbangun, network kuat, pengalaman kuat.
“Outcome dari program MBKM ini adalah menghasilkan lulusan yang profesional, entrepreneur, sociopreneur, saintist, birokrat, politisi yang sudah terasah di dunia kerja," ujarnya.
Ia berharap perguruan tinggi juga bersinergi dengan mitra industri, sehingga kampus merdeka yang kita rancang bersama diharapkan menghasilkan output SDM yang unggul’.
Prof Nizam juga mengapresiasi Rektor Unand yang sangat aktif dalam mendorong kerjasama untuk mewujudkan kampus merdeka.
FGD ini ditutup dengan penandatangan MoU antara Rektor Unand dan Dessy Aliandrina, PhD yang merupakan Founder SociopreneurID