Jakarta (ANTARA) - Di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi akibat pandemi COVID-19 dan menurunnya harga aset serta instrumen investasi di Indonesia pada 2020 ini, PT Maybank Asset Management (PTMAM) menilai prospek investasi berbasis obligasi pemerintah Indonesia masih menjanjikan, didukung kebijakan moneter yang akomodatif, penurunan suku bunga dan pembelian obligasi negara oleh Bank Sentral.
 
Selain itu, potensi akan terjadinya risiko gagal bayar dan risiko likuiditas pada obligasi pemerintah masih tergolong minim dan bertolak belakang dengan kecenderungan peningkatan risiko serupa pada obligasi korporasi yang sangat dipengaruhi volatilitas pasar.
 
Seiring dengan berjalannya dukungan kebijakan pemerintah dan dengan pertimbangan akan potensi investasi pada obligasi pemerintah yang masih menarik, maka PTMAM meluncurkan produk reksa dana terbaru yaitu Reksa Dana Maybank Dana Obligasi Negara (MDON), kata Glant Saputra Hadi, Head, Wealth Management Group, Maybank Indonesia seperti dalam rilis yang diterima, Senin.
 
Reksa dana MDON dikemas dalam komposisi penempatan mayoritas dana pada obligasi pemerintah Indonesia dengan minimum 80 persen alokasi aset pada berbagai seri dan tenor Surat Utang Negara (SUN) dan/atau Sukuk Negara. 

Pemilihan obligasi dilakukan oleh manajer investasi berdasarkan strategi portofolio yang ditinjau dan disesuaikan secara terus menerus terhadap kondisi pasar terkini dan outlook ke depannya.
 
Pada peluncuran perdananya, PTMAM bekerja sama dengan PT Bank Maybank Indonesia Tbk, yang akan bertindak sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) dan akan memasarkan reksa dana MDON kepada nasabah Bank, baik secara online melalui platform digital M2U ID, maupun offline melalui kantor cabang Maybank Indonesia yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.
 
Glant Saputra Hadi, Head, Wealth Management Group, Maybank Indonesia, mengemukakan melalui produk ini, investor dapat berinvestasi di beberapa seri obligasi pemerintah sekaligus. Manfaat lainnya, sebagai wujud partisipasi untuk membantu pembangunan negara, apalagi dalam situasi pandemi seperti sekarang.
 
“Nasabah dapat memulai investasi dengan nominal yang kecil dan terjangkau, bebas pemotongan pajak, serta transaksi dapat dilakukan kapan saja, bahkan fleksibel untuk dialihkan ke jenis reksa dana lainnya,” tambah Glant.

Menurut dia, penerbitan produk baru ini merupakan wujud semangat Bank untuk terus berinovasi dengan produk-produk yang relevan.
  
Sementara, Direktur PTMAM, Raja Edham Zulkarnaen menyampaikan keunggulan utama MDON terletak pada penerapan strategi durasi yang aktif dengan high conviction didukung proses investasi yang sistematis dan terukur. 

"Kami menggunakan metodologi multi-factor scoring yang mempertimbangkan kondisi makro, fundamental, likuiditas dan sentimen pasar untuk menentukan strategi ke depannya,” papar Raja.
 
Dengan strategi tersebut, kinerja reksa dana MDON diharapkan dapat memberikan hasil yang optimal dan mengalahkan tolok ukurnya, yaitu 80 persen Indeks BINDO - Bloomberg Indonesia Local Sovereign Index (net) yang dipadukan dengan 20 persen rata-rata deposito 1 bulan (net).
 
Di samping menawarkan akses untuk mendukung pembangunan, jalinan kerja sama eksklusif antara PTMAM dengan Maybank Indonesia ini juga menyediakan akses kepada investor untuk ikut berkontribusi dalam upaya melawan pandemi. Hal ini diwujudkan dengan menyisihkan pendapatan kedua perusahaan yang berasal dari MDON sebesar 0,4 persen per tahun yang dihitung dari total dana kelolaan yang dihimpun dari nasabah Maybank Indonesia untuk disalurkan kepada tenaga medis dalam bentuk perlindungan Asuransi jiwa.
 
“Melalui reksa dana MDON, kami tidak hanya menyajikan aspek imbal hasil kepada investor, tetapi juga ingin memberikan sarana untuk berpartisipasi dalam pembangunan, sekaligus secara langsung memberikan dukungan kepada para tenaga medis kita yang tengah berjuang melawan pandemi di tanah air,” tutur Raja.
 
 

Pewarta : Rls-ant
Editor : Siri Antoni
Copyright © ANTARA 2024